Assalamu'alaikum sahabat steemian, ini adalah tulisan kedua saya di akun steemit. Kali ini saya akan mencoba mereview sebuah buku berjudul Acehnologi karya seorang intelektual muda asal Aceh yang juga merupakan salah satu dosen di lingkungan kampus UIN Ar-Raniry tempat saya menimba ilmu. Beliau adalah Bapak Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad atau biasa dikenal dengan sebutan pak KBA.
Sumber foto: akun steemit @kba13
Acehnologi merupakan sebuah karya ilmiah berbentuk serial yang terdiri dari 6 (enam) Volume/jilid. Buku ini sendiri sebenarnya adalah perkembangan dari buku Acehnologi versi pertama yang pernah ia geluti di tahun 2011. Dan ini hanyalah satu dari sepersekian karya tulis yang pernah ia hasilkan.
Nah, untuk beberapa waktu ke depan, Acehnologi volume 2 dan 3 akan menjadi santapan saya, selamat membaca!
.
.
[Kerak Peradaban Aceh]
Sumber foto: Acehpedia
Bab ini berusaha memaparkan tentang peradaban aceh yang pernah berada di puncak keemasan (the golden age) lalu kemudian jatuh dan terkubur hilang entah kemana. Hal ini pula yang membuat penulis @kba13 merasa sangat penting untuk menyadarkan dan mengajak kembali masyarakat aceh tentang bagaimana mencari kepingan peradaban aceh yang telah hilang pasca abad ke 17 tersebut.
Disini pada awalnya ia menjelaskan perkembangan terkini mengenai peradaban dunia yang dikenal dengan istilah Planetary Civilization (peradaban planet), hal ini ia kutip dari buku karya Michio Kaku yang berjudul physics of the future. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa saat ini kita berada dalam peradaban jenis pertama dimana manusia mampu mengontrol sumber-sumber energi di bumi ini sebelum akhirnya sampai pada tahap mampu mengambil energi dari bintang dan galaksi di angkasa. Konsep dasar Planetary Civilization merupakan hasil kreasi pemikiran manusia yang tidak lepas dari hasil peradaban Barat era modern. Dijelaskan pula bahwasanya pemikiran tentang peradaban planet ini juga dipengaruhi oleh konsep spirit atau geist yang pernah dikemukakan oleh Hegel.
Penulis kemudian mencoba menarik garis berbanding lurus antara konsep spirit hegel (barat) yang kebanyakannya diserap dari spirit dan kajian dalam kristen dengan konsep spirit aceh yang didasarkan pada kajian keislaman. Kedua spirit tersebut kemudian pada akhirnya mempengaruhi peradaban dan mencapai titik puncaknya.
Pertanyaannya, spirit apakah yang mampu membuat Aceh berada pada peradaban yang gemilang pada Abad ke-16 dan 17 Masehi?
Hal ini kemudian menjadi menarik, pasalnya tidak banyak para sarjana yang mencoba menjelaskan konsep spirit atau geist yang telah mempengaruhi rakyat aceh pada masa itu. Namun dari sekian ahli sejarahwan yang mencoba menjelaskan konsep spirit aceh ini dengan melihat dari berbagai aspek seperti kekuasaan atau politik maupun seni dan sastra, penulis sendiri disini berusaha mencari jejak spirit aceh melalui kerangka kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang menyatu dengan spirit keislaman. Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa ada 3 kekuatan yang menopang Aceh hingga mampu menoreh kejayaan yang gemilang sekaligus sebagai menjadi sebuah entitas peradaban di Nusantara kala itu, ketiga kekuatan tersebut yaitu islam, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Penulis kemudian memaparkan bagaimana spirit keislaman yang berisi syariat, hakikat, dan makrifat mampu menjadi kekuatan politik kerajaan Aceh pada masa silam. Tidak ada liberalisasi antar agama dan negara, dengan kata lain keduanya adalah satu kesatuan yang saling menguatkan. Spirit inilah yang selanjutnya dikacaukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, mereka mulai mengadu domba ulee balang yang merupakan representasi kerajaan dan ulama yang merupakan representasi agama itu sendiri. Pada akhirnya kerajaan selaku sistem pusat kekuatan politik disingkirkan dan spiritnya dialihkan kepada para ulama. Padahal di Nusantara, peran raja atau sultan selain sebagai simbol kekuatan juga dianggap sebagai "bayangan tuhan" di muka bumi. Setelah itu aceh tidak memiliki sumbu atau pusat kosmos lagi seperti sistem kosmologi yang dimiliki oleh Jawa dengan keberadaan sultannya yang masih diagungkan hingga sekarang.
Mengenai spirit kebudayaan, Aceh memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi alam, sistem kebudayaan dsb. Hal ini dikarenakan Aceh merupakan titik pertemuan berbagai peradaban besar di dunia, mulai dari India, Arab, Cina bahkan Eropa. Selain itu, juga adanya warisan endatu berupa sistem berpikir mengenai penyatuan alam dengan manusia yang disebut timang, yang kemudian dituangkan dalam bentuk hadih maja.
Sedangkan spirit ilmu pengetahuan terlihat dari banyaknya intelektual aceh yang menyinari peradaban islam di asia tenggara khususnya dalam bidang agama. Maka tidak heran jika Aceh dijuluki dengan sebutan kota serambi Mekkah. Berikut adalah salah satu contoh manuskrip karya intelektual aceh tempoe doeloe.
Sumber foto: mapesaaceh.com
Ketiga spirit inilah yang menciptakan jati diri orang aceh dan membentuk kekuatan peradaban aceh. Namun spirit ini kemudian terpendam dalam benak orang aceh lantaran disebabkan oleh penopang spirit (kerajaan) itu telah hilang, juga karena masyarakat aceh mulai dipengaruhi oleh peradaban barat dan peradaban jawa yang mendominasi, apalagi setelah wilayah Aceh menjadi bagian dari Indonesia.
Pada masa selanjutnya, disaat Aceh tengah gamang mencari jati dirinya yang telah hilang, konflik berkepanjangan dan teguran alam pun datang silih berganti. Sistem kosmologis Jawa mempercayai bahwa Aceh memiliki kekuatan alam yang harus selalu dihormati. Konsekuensinya Indonesia mencari jalan keluar dengan cara memberikan apasaja yang diinginkan oleh orang aceh seperti halnya otonomi khusus. Hal ini menjadi bukti bahwa kekuasaan pemerintah Indonesia sampai saat ini masih dipengaruhi oleh kekuatan kosmologi Jawa.
Melalui jalan inilah dikembalikannya ketiga spirit yang pernah tercabut dari Aceh,namun demikian walaupun ketiga spirit telah dikembalikan, jati diri orang aceh masih belum kembali seutuhnya. Disinilah Acehnologi berusaha menyadarkan kita untuk bangkit kembali mencapai peradaban yang pernah terkubur dengan cara membangkitkan ketiga spirit tersebut dan memikirkan cara mempertahankan peradaban aceh nantinya.
Saya sangat terkesan bahwa Acehnologi berusaha menyadarkan kita untuk membangun peradaban aceh yang baru, paling tidak seperti kata penulis kita memiliki daya tahan terhadap kepungan dan pengaruh peradaban lain di belahan dunia yang berusaha menjauhkan manusia dari tuhan dan cenderung menguasai alam. Menurut saya ini merupakan cita-cita yang cukup besar dari penulis, saat ini sangat jarang ditemukan orang yang berpikir sedemikian rupa untuk Aceh termasuk orang aceh itu sendiri, dan penulis buku ini adalah salah satu dari sepersekian orang yang mampu mendobrak hal tersebut melalui tulisannya.
Congratulations @nidaul20! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
You made your First Comment
Award for the number of upvotes received
Click on any badge to view your Board of Honor.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last announcement from @steemitboard!