Kata mereka kau akan lupa seiring berjalannya waktu
Layaknya daun gugur yang menyentuh tanah lalu mengurai
Seperti rasa kopi yang pelan-pelan memudar ketika dibiarkan
Atau kapal karam yang menua hilang di kegelapan
Ya, ketiganya kini terabaikan
Akankah sama?
Pada hari kemarin ketika tawa itu adalah pemecah sunyi
Atau saat ini kala siluet wajahmu adalah penyembuh rindu
Ah, aku rindu namun jua tak tahu malu
Bukankah mulut ini sempat berikrar?
Merelakan lalu melupakan
Seingatku itu pula pintamu
Mengikhlaskan kemudian melepaskan
Namun mengapa ini terlalu menyakitkan?
Aku terlampau percaya diri menebar senyum rapuh atas air mata yang tertahan
Berpura tegar pada sepasang mata yang kutahu tak lama kemudian tertutup rapat
Dan kini harus menelan pahit melupakan
Aku harus bagaimana?
Ketika kapal karam itu nyatanya pernah berjaya
Begitu pula dengan sang kopi yang sempat hangat
Dan dedaunan yang sebelumnya masih rimbun nan memesona
Kau tahu, mereka membekas
Sama seperti potongan memori ini
Yang tertimbun penuh lantas mengakar
Teramat dalam jua terus menggetarkan
Ia berulang kali dipaksa pergi, namun senantiasa kembali hadir~
Foto-foto di puisi ini diambil dari potongan adegan film Kimi 100 Kaime No Koi (2017)
Lhokseumawe, 18 Januari 2018
@putrianandass
Good post
thank you for you share
Thankss😉
Keren kak puisinya..
Wakakka thanksss dek ee
Mantap puisi@ putri
Puisi yang indah, kawan!
Rimbun akan menjadi savana tanpa kopi yang pahit tanpa rasa
👍👍👍