Kisah jelajah Pulau Sumatera telah saya tulis dalam empat seri. Pada kisah-kisah sebelumnya, saya bercerita tentang pengalaman tinggal di Bengkulu selama 2,5 bulan. Memulai perjalanan dari Palembang menuju Bengkulu melalui jalur Sekayu.
Kemudian kami bertugas di Rumah Sakit dr. Muhammad Yunus, menikmati keindahan dan ketenangan kota, hingga peristiwa tak terlupakan mendiagnosis flu burung. Perjalanan pertama ke Bengkulu pada tahun 2012 ini, menyisakan kesan mendalam dan berlimpah kenangan.
Kembali ke Palembang dan melanjutkan pendidikan di RSUP. Dr. Muhammad Hoesin, saya tidak pernah lagi menjelajahi Pulau Sumatera, selain seputaran kota Palembang saja. Hingga pada awal 2015, saya dikirim kembali ke luar kota untuk mengemban tugas pendidikan. Sejak saat itulah, begitu banyak wilayah di Sumatera yang saya jelajahi.
Kali ini, saya akan bertugas di Tebingtinggi, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Selama 6 bulan saya melayani pasien di RSUD Tebingtinggi. Waktu itu, saya telah memasuki tahap akhir pendidikan spesialis. Saya sudah menjadi chief senior, dan boleh dilepas untuk berpraktik secara mandiri.
Saya sangat bersyukur dikirim ke Tebingtinggi, sebab tidak terlalu jauh dari Kota Palembang. Hanya sekitar 7-8 jam perjalanan darat. Saya dapat balik ke Palembang, setidaknya seminggu sekali untuk menjenguk istri dan anak-anak. Istri saya, seorang Guru PNS di Aceh, ikut menemani saya selama menempuh pendidikan.
Ia diterima (saya urus) sebagai pegawai titipan di SMP Negeri 27 Palembang. Anak saya, yang laki-laki, sekolah di TK Khalifah 22. Sedangkan si kecil, dijaga pengasuhnya selama ibunya pergi mengajar. Praktis, saya meninggalkan mereka selama 6 bulan. Untung saja, tetangga-tetangga kami sangat baik dan perhatian.
Saya membayangkan, bagaimana perasaan teman-teman saya yang lain. Ada yang dikirim ke Pulau Natuna, Bangka, Seluma, Muko-Muko, Bengkalis, bahkan ada yang dikirim ke Kalimantan dan Papua. Tentunya mereka, akan sangat kesulitan untuk menjenguk keluarganya di Palembang. Tetapi, semua itu wajib dijalani, yang merupakan sebuah proses panjang untuk menjadi dokter spesialis.
Tebingtinggi pun, sebetulnya juga sangat menantang. Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa wilayah ini merupakan kawasan paling berbahaya di Palembang. Mendengar saya ditugaskan ke Empat Lawang, teman-teman saya yang asal Palembang, mewanti-wanti saya untuk selalu waspada selama berada di sana. Tingkat kriminalitasnya cukup tinggi, bahkan penjahat-penjahat kelas kakap, banyak berasal dari daerah ini.
Mendapat masukan dan informasi tersebut, tidak sepenuhnya membuat saya takut. Bagaimanapun, saya pun harus siap menghadapinya. Bismillah saja. Saya berprinsip, di manapun kita berada, asal kita mampu membawa diri dengan baik, bersikap low profile, menghargai orang lain, menghargai adat istiadat setempat, dan menghormati kearifan lokal, InsyaAllah kita akan diterima bahkan dirindukan di tempat baru tersebut.
Prinsip ini sudah pernah saya terapkan dan terbukti berhasil. Dulu, saya pernah bekerja di Lamno, Aceh Jaya selama 6 bulan bersama Medecines Sans Frontieres (MSF) Belgium pada masa tanggap darurat gempa dan tsunami Aceh. Saya bekerja sebagai medical assistant, bekerjasama dengan petugas kesehatan dan masyarakat di sana.
Di akhir misi, saya mendapati staf di Puskesmas Lamno menginginkan saya tetap tinggal di sana. Demikian pula, saat bertugas di Bengkulu selama 2,5 bulan pada 2012, saya juga mendapatkan sambutan yang baik, dan lancar-lancar saja dalam menjalani tugas di sana.
Perjalanan Menuju Tebingtinggi
Baiklah sahabat steemian. Pada 31 Desember 2014, tiba saatnya saya berangkat ke Tebingtinggi. Sebuah daerah yang sangat asing bagi saya. Walaupun sebelum berangkat, saya sudah searching di google tentang Empat Lawang, tapi belum juga saya temukan gambaran tepat bagaimana kondisi sebenarnya daerah penghasil durian tersebut. Informasi online yang saya dapati, kebanyakan seputar peristiwa kriminal, kejahatan, pembunuhan, bajing loncat, dan kekerasan bersenjata lainnya.
Sebetulnya, selaku orang Aceh, sudah tidak asing lagi bagi saya berita buruk seperti itu. Bertahun-tahun kami hidup dalam nuansa konflik, juga dalam ujian berat gempa dan tsunami. Sehingga, untuk tugas di Tebingtinggi, saya sudah tidak ambil pusing lagi.
Pukul 18.00 WIB saya berangkat dengan ojek dari kontrakan di seputaran Kenten, Kota Palembang menuju stasion Kertapati. Pukul 20.00 WIB, kereta kami berangkat. Kini, saya berada dalam gerbong eksekutif kereta yang akan berhenti di stasion terakhir di Lubuk Linggau.
Trip ini berjalan sangat lamban. Kereta sering sekali berhenti. Berhubung baru pertama kali saya menaiki kereta jalur ini, saya bertanya-tanya apa gerangan penyebab kereta berhenti dalam waktu lama.
Setelah bertanya kepada petugas, barulah saya ketahui, rupanya lintasan ini saling berbagi dengan kereta pengangkut batubara. Saya baru ngeh, memang benar kawasan Prabumulih, Muara Enim, hingga Lahat merupakan penghasil utama batubara di Sumatera Selatan.
Selama perjalanan, saya selalu terjaga, mengikuti setiap detik perjalanan. Hingga akhirnya, saya sampai di stasion Tebingtinggi pada sekitar pukul 06.00 pagi hari. Duduk di ruang tunggu, saya segera menelfon direktur RSUD memberitahu bahwa saya sudah tiba. Ibu direktur meminta saya untuk menunggu jemputan.
Setengah jam kemudian, datanglah sebuah ambulan menjemput saya. Kemudian, saya dibawa melewati pasar pagi yang mulai ramai, lalu menyusuri deretan pertokoan yang masih tutup. Tak lebih lima menit, kami sudah tiba di halaman rumah sakit.
Saya turun di halaman sebuah rumah, di depan kiri RSUD. Itulah rumah dinas saya. Setelah diberikan kunci oleh petugas sekuriti, saya segera masuk ke dalamnya meneliti. Ruangan rumah ini cukup nyaman, ruang tamu lengkap dengan sofa, dan dua kamar tidur dilengkapi spring bed, sebuah lemari pakaian, meja kerja, dan televisi. Kamar mandi cukup bersih dan wangi, air juga lancar dan jernih.
Lalu, saya buka pintu belakang, halamannya tidak luas, dengan pagar beton tinggi sebagai pembatas. Di balik beton tersebut, terdapat kebun kopi dan durian.
Setelah beristirahat dan salin pakaian, saya keluar menuju rumah sakit. Rupanya, saya telah ditunggu direktur dan jajaran manajemen di kantornya. Kami berkenalan, lalu dibawalah saya untuk orientasi tempat dan diperkenalkan kepada seluruh staf yang hadir hari itu. Sungguh, sebuah sambutan yang baik dan ramah.
Setelah selesai keliling seluruh ruangan, kemudian saya diajak bertemu dengan staf bagian logistik. Ternyata, saya diberikan sebuah mobil dinas, Mitsubishi Ertiga keluaran terbaru, 2014, warna silver.
Bersambung.......
Salam hangat,
@razack-pulo
Semangat terus om,
Trims bang :)
Gak sabar ingin segera membaca kelanjutan kisah menariknya pak dokter @razack-pulo
Nantikan kisah selanjutnya yaa... hehehe
Gak lama lagi akan jadi buku kisah ini. Top dokter, kisah yg menarik
Waaah, abang ini sudah mengetahui langkah berikutnya... hehe
Trims bang...😁
Perjuangan pak @razak-pulo memang luar biasa. Sekarang apa yang diperjuangkan dulu sudah bisa dinikmati hasilnya. Salut saya sama kisah pak dokter. Kisah yang menyentuh sekaligus menginspirasi kami. Sukses selalu pak.
Alhamdulillah. Trimkasih telah membaca kisah ini. Moga ada intisari pelajaran di dalamnya :)
Pengalaman adalah guru yg berharga... Ertiga bukan roda tiga kan pak dokter.... Hehehhehehe
Hehehe.. trims ya 😁 Ertiga itu sangat tiga
Masyaallahh.. abang sudah prnah tiggal di puskesmas lamno??
Betul bang. Saya kerja di Lamno awal 2005 hingga Juni. Tinggal di Meunasah Weh. Membantu Puskesmas Lamno untuk berfungsi kembali. Perawat senior, seperti ibu Jamilah pasti masih ingat sama saya.. 😁😁
Ohhh... bgitu..?? Saya asli putra lamno bang.. He.. He.. Klo bgitu lebaran ini kita main main ke sana bang ya.. klo. Gk ada halangn
Banyak kisah ya ka😁😁
Hahaha. Banyaak
Sebuah pengalaman hidup yang penuh perjuangan dalam meniti karir tanpa mengenal lelah. Semoga sukses terus dokter @razack-pulo
Betul bang. Sebenarnya, kita semua juga menjalani hal yang sama (perjuangan) walaupun tidak persis sama. Yang penting, tetap on the track hehe. Trims atas komentrnya
wah pak dokter, kisah jelajah ini bisa jadi buku sendiri nih jika dikumpulkan. pasti menarik. bisa disertai foto-foto yang keren.
Makasih bang mus. ini ide yg keren sekali. InsyaAllah nanti kita terbitin bukunya bang. Saya perbanyak dulu ya tulisannya.. hehe
Perjalanan yang sangat seru dr @razack-pulo, masih bersambung ke seri selanjutnya 😊👍👍👍. Kami menanti lagi dr @razack-pulo🙏🙏😊
Masih bersambung neh. Masih sangat panjang ceritanya.. hehehe pelan2 ya, saya cicil di steemit..
Kisah perjalanan yang panjang, ditunggu sekuelnya bang......
Siap bang.. hehee. Kisahnya masih sangat panjang 😁
Nah, rasanya blm lengkap ke Sumatra kalo blm mampir ke Jambi dok😜😜
Siiiap. Kagek akan sampe Jambi jugo. Masih panjang nian ceritonyo.. 😃😃
Benar bng @razack-pulo, dimanapun kita bertugas kalau kita bersikap ramah dan menghargai setiap orang, kita akan mudah diterima dan beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan baru kita. Selamat bertugas bng , semoga selalu dalam lindungan-NYA, sehat selalu, sukses menyertai anda
Yup. Betul bang. Saya sudah membuktikannya selama ini. Saya pernah bertugas di berbagai daerah...
Trims ya doanya. Amiiin
Sipp
Sama-sama bang @razack-pulo
Kisahnya asyik banget, Bang Razack. Ini contoh feature yg bagus dan inspiratif. God luck!
Waaah. Trimkasih banyak pak atas apresiasinya. Jadi makin semangat menulis neh. Alhamdulillah... :)
Berjalan indah lah manusia. Dengan begitu akan muncul kisah. Bila kita bangun kesepakatan. Kisah yang ditulis akan menjadi catatan sejarah perjalanan itu.
Mudah2an catatan perjalanan ini dapat saya bukukan bang. Mohon dukungannya.. hehe
Keren wen.. Diriku tidak sempat mengabadikan moment saat tugas luar.. hikhikk.. ceritanya buat penasaraan..
Hehehe. Masih panjang sangat ni wen kisah perjalanannya.
Lihat kereta api jd ingat masa lalu dok..soalnya sy dulu tinggal di kawasan DPR daerah pinggiran rel..haha..
Hehehe... asyik, naek kereta 😁
menarik kisahnya
kutunggu cerita selanjutnya
Thanks ya kak.. :)
Pengorbanan, seperti lagu Bang Rhoma irama ya Dokter @razack-pulo.
Pemandangan belakang rumah dinas mengingatkan tanoh gayo pastinya ya Dok.he..he..he..
Semoga semakin sukses dan tepat sehat .
Hahaha. Betul, tebingtinggi, Empat Lawang penghasil kopi, durian dan karet
Really inspiring pak dokter @razack-pulo
Can't wait to read the next story :)
Thank you :)
Nantikan kisah berikutnya yaa 😁
Mantap kisah ceritanya bang @razack-pulo. Semoga sukses selalu untuk abang. :-)
Cuma 3 lagu yang kuingat tentang kereta api, Kereta Apiku (Ibu Sud) dan Kereta Tua (Iwan Fals) dan Kereta Tiba Pukul Berapa (Iwan Fals)...
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by razack-pulo from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.