Bila mendengar kata hobi, saya teringat dengan salah satu quote dari Ridwan Kamil. Di instagramnya ia pernah menulis, “Pekerjaan yang paling menyenangkan di dunia ialah Hobi yang dibayar”. Ya… dipikir-pikir ternyata benar juga. Siapa yang tidak mau mendapatkan penghasilan dari kegiatan yang sering membuat kita menjadi lupa waktu karena saking asyiknya? Ya, saya juga mau.
Bagi saya pribadi menemukan apa aktivitas yang sangat saya suka tidaklah semudah itu. Selama beberapa waktu ini, saya cenderung menjadi pribadi yang mudah mengeluh karena apa yang saya kerjakan selalu saja membuat saya terbebani. Saya tidak tahu apa aktivitas yang saya suka. Hingga dampaknya, saya mengalami beberapa kali kegagalan yang membuat saya harus mengulang proses dari awal. Begitu terus siklusnya, hingga membuat saya lelah hati sediri.
Hingga suatu ketika, saya memutuskan untuk bergabung di Rumah Sasongko @RKB, yang saya ketahui dari salah satu kerabat dekat. Saya diperkenalkan dengan iLik Sasongko pemilik Rumah Sasongko ini. Beliau berkata pada saya untuk memaksimalkan waktu sebaik mungkin untuk belajar, belajar apapun tak terkecuali. Intinya, harus siap menjadi murid, maka guru akan datang. Sebagai awalan, saya ditugaskan untuk membersihkan Rumah Sasongko setiap harinya dan membaca buku.
Awalnya saya melakukan tugas bebersih saya sebagai kewajiban saja. Ya seperti bebersih biasa saja. Hari berganti hari, ternyata tugas harian tersebut membuat saya memahami sesuatu. Bahwa saya telah belajar untuk berempati pada lingkungan. Selain kebersihan itu salah satu dari iman, dengan kebersihan juga saya telah belajar untuk menyamankan orang lain. Semenjak itu, saya semakin bersemangat saat bebersih. Sebisa mungkin saat bebersih saya lakukan dengan sepenuh hati dan dengan hati yang gembira.
Selain bebersih, saya juga mengisi waktu dengan membaca buku. Salah satu buku yang saya baca ialah “Belajar Sukses dari Alam”. Buku ini tergolong buku jadul, namun isinya masih sangat relevan dengan dunia saat ini. Buku ini menjelaskabahwa dari alam kita bisa mengambil banyak pelajaran.
Salah satu contohnya ialah kehidupan seorang petani. Untuk menghasilkan beras yang berkualitas, petani harus melalui tahap demi tahapnya, bila satu tahap terlewatkan saja pasti beras yang dihasilkan tidak akan laku di pasaran. Kita semua tahu, proses tersebut pastinya membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Selain dari petani, saya juga memetik pelajaran hidup dari pohon pisang. Saya baru memahami bahwa pohon pisang tidak akan bisa mati sebelum berbuah. Walaupun ditebang berkali-kali, tunas akan terus muncul hingga berhasil berbuah. Pohon pisang mengajarkan saya untuk tidak mudah menyerah dan memiliki mental tangguh. Jatuh sekali, bangkit dua kali. Jatuh tiga kali, bangkit empat kali. Terus bangkit hingga apa yang menjadi tujuan tercapai. Padahal, hidup merupakan proses yang tak akan pernah berhenti terus berjalan tanpa titik. Bila saat berhenti itu tiba, berarti kita memang sudah waktunya berpulang. Ya.. pemaknaan yang selama ini tak pernah saya sadari.
Mulai dari situ, saya mulai belajar untuk menanam. Dengan menanam, saya sama seperti dengan belajar untuk berproses dan merawat kehidupan. Beberapa waktu terakhir ini, saya belajar menanam sayur-sayuran secara organik di Rumah Sasongko. Belajar menanam mulai dari bibit hingga bisa dipanen untuk dijadikan konsumsi rumah tangga.
Dan saya menjadikan kedua aktivitas tersebut menjadi hobi, saya hobi bersih-bersih dan saya hobi menanam. Walau secara ekonomi belum tampak hasilnya, namun secara pribadi saya merasa sudah mendapatkan manfaat yang sangat besar untuk perkembangan pribadi saya. Saya juga percaya bahwa hasil tidak akan mengkhianati proses.
Saya sangat bersyukur memiliki kesempatan untuk bisa belajar di Rumah Sasongko, karena proses pembelajaran ini tidak pernah saya temui di tempat lain.
Mungkin itu dulu saya bisa saya share kawan. Terima kasih sudah membaca.
Salam!
tulisan yang begitu menginspirasi
Trims mbak @ririn :)