Homo Economicus dan Kemenjadian Manusia

in #indonesia7 years ago (edited)

image

Dalam paham neo-liberalisme, manusia dipandang sebagai homo economicus. Meski relasi sosial tak terbatas dalam relasi ekonomi, relasi tersebut bisa berupa relasi spiritual, sosial, budaya, seni, hukum dan politik, namun tetap memakai kaidah etis ekonomi berupa laba-rugi, efisiensi, efektivitas dan hitungan matematis lainnya. Bagi kalangan Marxis, hampir mirip dengan homo economicus, menyatakan bahwa motif manusia mulai dari awal evolusi sejarah ditentukan oleh motif ekonomi/determinasi ekonomi.

Pandangan materialistis ini sebenarnya tidak menggambarkan keadaan alamiah manusia, tidak dengan mudah motif seluruh umat manusia dalam lintasan sejarah atau seluruh jumlah manusia diterjemahkan dalam satu terma yang menjelaskan keseluruhannya. Determinasi ekonomi ataupun homo economicus bukan gambaran atas keseluruhan manusia namun dapat mewakili dominasi ketamakan manusia dalam lintasan sejarah.

Sebenarnya dua pendapat mazhab besar ini tentang manusia bukan menggambarkan kondisi manusia, namun lebih kepada menelurkan pemikiran untuk dianut dan diadopsi oleh seluruh manusia, sehingga tindakan manusia secara individu dan masyarakat secara kolektif akhirnya mengadopsi salah satu dari kedua paham tersebut dalam memahami dirinya dan menerjemahkan tiap perilakunya dalam relasi sosial.

Homo economicus mungkin adalah kondisi manusia sebelum ia mengalami proses kemenjadian dirinya hingga menjadi manusia yang memiliki makna dalam setiap tindak-tanduk perbuatannya. Ketika manusia memilih untuk berproses dalam kemenjadian, ia akan menemui hakikat dirinya sebagai manusia dan menerjemahkan dirinya sekaligus menentukan seluruh perilakunya dalam satu motif utama yang jadi misi kehidupannya.

Bourdieu pernah menulis tentang homo academicus, mungkin bisa dipahami dengan makna dangkal, manusia sebagai makhluk intelektual. Bagi saya dalam pencarian jati diri keagamaannya, manusia bisa menjadi homo-religius, atau apalah istilah latinnya yang benar. Bahwa manusia merupakan makhluk spiritual yang motif kehidupannya dideterminasi oleh Ketuhanan, agama dan spiritualitas. Jika kita lihat dalam konteks Islam, bahkan kegiatan ekonomi pun didasarkan pada motif ketuhanan dan agama. Nilai-nilai ketuhanan bisa dipraktekkan dalam ekonomi.