Beginilah potret Tjut nyak dhien di pengasingan di sumendang, jawa barat. kondisi beliau sudah tua dan renta dengan kondisi mata rabun.
Walaupun demikian tasbih tak lepas dari tangan beliau.
Tjut nyak dhien dibawa ke Sumedang bersama dua pengawalnya sebagai tahanan politik oleh Belanda.
Beliau berhasil ditangkap oleh belanda karena penghianatan panglima laot ali tangan kanan beliau sendiri.
Pang laot ali melaporkan tempat persembunyian Tjut nyak dhien kepada belanda, karena beliau tidak sanggup lagi melihat kondisi Tjut nyak dhien yang sudah sangat tua, sakit sakitan dan hidup menderita dalam perang dan pelarian dalam melawan belanda. Karena merasa iba pang laot memberitahu lokasi persembunyian Tjut nyak dhien kepada belanda dengan beberapa syarat.
Beliau harus diperlakukan secara hormat dan tidak boleh di asingkan dari tanah aceh.
Saat operasi penangkapan oleh belanda Tjut nyak dhien sudah dalam kondisi tidak berdaya karena sudah tua dan sakit sakitan.
Tjut nyak dhien sangat marah kepada pang laot. Dengan sangat marahnya beliau mengatakan “Ya Allah ya Tuhanku inikah nasib akhir dari perjuanganku? aku diserahkan kepada kafir oleh orang kepercayaanku”
Walaupun dalam kondisi yang sangat lemah tapi semangat perang terhadap kafir masih tetap menggelora di dalam dirinya, beliau mencoba menikam Letnan Van Vureen pemimpin operasi penangkapan menggunakan rencong, namun gagal.
Setelah ditangkap Tjut Nyak Dhien di ditempatkan di Kutaraja, tapi ini mengundang para pengikut Tjut nyak dhien untuk mengunjunginya.
Belanda pun merasa khawatir, mereka takut semangat beliau sanggup mengobarkan lagi semangat perjuangan rakyat Aceh, karena itu sebab pihak belanda terpaksa mengingkari salah satu perjanjian mereka dengan Pang Laot Ali. Tjut Nyak Dhien terpaksa diasingkan ke Pulau Jawa, sumedang jawa barat.
Tjoet Njak Dhien yang diasingkan bersama pengawalnya yang berusia 50 tahun beserta anak angkatnya yang berusia 14 tahun.
Kemudian belanda kepada Bupati Sumedang Pangeran Aria Suriaatmaja,
Karena Tjut nyak dhien sangat taat dalam beribadah kemudiansang Bupati menempatkannya di rumah salah seorang tokoh agama di sumedang,
Disanalah beliau tinggal dan dirawat. Disana beliau juga menghabiskan waktunya untuk beribadah dan berzikir sambil mendoakan tanah aceh.
Masyarakat yang mendengar kabar bahwa Tjut nyak dhien sangat mahir dalam ilmu agama, datang kepadanya untuk belajar mengaji dan cara beribadah
Dari masyarakat yanh datang untuk belajar ilmu agama pada beliau, meraka membawakan makanan serta pakaian kepada Tjut nyak dhien sebagai bentuk penghormatan. Beliau juga di beri gelar ibu Perbu (ratu) oleh masyarakat.
Walaupun sudah tua dan rentan beliau tetap gigih melawan penjajahan, tapi bukan penjajah belanda tapi penjajahan kebodohan sampai akhir hayat beliau,
Beliau meninggal pada 6 November 1908, dan Dimakamkan di komplek pemakaman bangsawan di gunung puyuh secara hormat.
Semoga kita bisa meneladani sikap dan semangat beliau dalam melawan segala bentuk penjajahan.
Salut bgt dgn perjuangan Cut Nyak Dien 👍👍
Di propinsi mn letak gunung Puyuh @safriadi98 ?
Di provinsi jawa barat mbak @aishatigerlady
Terima kasih infonya @safriadi98