Now the hoax has become the dominant and multifunctional vocabulary. Any person who disagrees with each other can accuse his opponent of spreading the hoax. As a result, now the confidence in media coverage, whether mainstream media or alternative media is very low. No wonder then, the hoax became something of a concern but at the same time it was present and presented everywhere. Worse anymore, the figures who allegedly getol spreading hoax even lined the media to be the source. Hoax is a lie, and substantially bad, which should not be done. However there are officials who say there is a good lie. It is not the government's business, if a husband says his wife's cooking is good, but it is not good, with the intention to please his wife. Can be called a good hoax. In the public context there really is no good hoax. All forms of hoax information are essentially bad, let alone slander. Therefore, the government must take action. If the government is to say there is a good hoax, then the government has overturned the reality of truth. The government becomes a liar and hides behind lies. As a result the government will become a hoax producer, to encourage people to ignore the reality that actually happened. It is ironic if the government is afraid that its people will know the true reality. It should be right to say right and wrong to say wrong, so as not to form a culture of hypocrisy.
Kini hoax sudah menjadi kosakata yang dominan dan multifungsi. Setiap orang yang saling berbeda pendapat bisa menuduh lawannya telah menyebarkan hoax. Akibatnya, kini kepercayaan terhadap pemberitaan media, baik itu media arus utama maupun media alternatif sangat rendah. Tidak heran kemudian, hoax menjadi sesuatu yang dikhawatirkan tapi pada saat yang sama ia hadir dan dihadirkan di mana-mana. Lebih celaka lagi, figur-figur yang diduga getol menyebarkan hoax malah didapuk media untuk menjadi narasumbernya. Hoax itu suatu kebohongan, dan secara substansial adalah keburukan, yang semestinya tidak dilakukan. Akan tetapi ada pejabat yang mengatakan ada kebohongan yang baik. Adalah bukan urusan pemerintah, jika ada seorang suami mengatakan masakan istrinya enak, padahal tidak enak, dengan niat untuk menyenangkan hati istrinya. Apakah bisa disebut hoax yang baik. Dalam konteks public sesungguhnya tidak ada hoax yang baik. Semua bentuk informasi hoax pada hakikatnya buruk, apalagi sampai fitnah Karena itu, pemerintah harus menindaknya. Jikalau pemerintah sampai mengatakan ada hoax yang baik, maka pemerintah telah menjungkir balikkan realitas kebenaran. Pemerintah menjadi pembohong dan berlindung di balik kebohongan. Akibatnya pemerintah akan menjadi produsen hoax, untuk menina bobokkan rakyat sehingga tidak menyadari realitas yang sebenarnya terjadi. Sangat ironis jika pemerintah takut rakyatnya mengetahui realitas yang sebenarnya. Sudah seharusnya yang benar dikatakan benar dan yang salah dikatakan salah, agar tidak membentuk budaya kemunafikan.
Thus, hoax is no longer a psychological phenomenon of the journalist, but is rooted in the political-economic context of society. Hoax is presented for a particular political interest, and political interests are anchored in the economic interests of the producer and spreader of this hoax. Thus, if the hoax is faced with a positive legal approach, then in a short time we will see how the prison is no longer enough to accommodate the hoaxes.
Dengan demikian, hoax bukan lagi sebuah fenomena psikologis sang jurnalis, tapi berakar pada konteks ekonomi-politik dalam masyarakat. Hoax dihadirkan untuk kepentingan politik tertentu, dan kepentingan politik itu berjangkar pada kepentingan ekonomi yang produser dan penyebar hoax ini. Dengan demikian, jika hoax dihadapi dengan pendekatan hukum positif, maka dalam waktu singkat kita akan melihat bagaimana penjara tak cukup lagi menampung para pelaku hoax tersebut.