Saat menilik komentar steemian di postingan Kemerut Wajah SBD dalam Kemelut Sehampar Pantun, Boss Adi Warsidi mengingatkan mengenai kesukaanku mengoleksi gambar Naga, makhluk mitologis yang menjadi obsesiku hingga saat ini.
“Diyus, tentang gambar-gambar animasi naga sekali-kali keluarkan dan tuliskan. Menarik kek-nya. Masih suka menyimpannya?” imbaunya.
Aku terbahak sendiri mengingat momen tertangkap-basah-belepotan sedang mendownload ribuan gambar naga dari internet. Tak kuingat persis posisinya saat itu, entah editor atau redaktur Koran AcehKita. Soalnya, aku berstatus kontributor dan sedang menggunakan fasilitas kantor. Rasa jengah muncul seketika. Padahal, mungkin ia cuma iseng menggoda dengan tatapan dan kata-kata yang menurutku usil. Namun, benakku langsung menghakimi diri sendiri, membayangkan Al-Faruq yang memerintah 1362 tahun silam; lelaki yang memadamkan penerangan di ruang kerjanya saat saudaranya hendak menyampaikan masalah keluarga.
Tak ada legitimasi yang mampu membuat posisiku menjadi benar dalam posisi sekonyol itu. Adi Warsidi tak mempermasalahkan obsesiku terhadap naga. Namun, senyum dan kekehnya cukup menghadirkan penalti yang sungguh menyiksa. Aku pantas mendapatkannya.
***
Entah mengapa, sejak pertama melihat poster 2 ekor Naga mengapit Bruce Lee di dinding kamar kawan Abang sepupu di masa kanak-kanak, aku merasa menemukan sesuatu yang harus kucari. Jika Andrea Hirata tau mungkin ia akan menyamakanku dengan kawan sekelasnya yang memendam damba pada makhluk nyata bernama kuda, Jimbron. Karakter 'aku' yang mewakili sosok Ikal dalam novel bertajuk Sang Pemimpi menyebut gejala kegandrungan Jimbron terhadap kuda sebagai obsesif-kompulsif. Lantas apa lakab yang akan ia sematkan pada obsesiku pada makhluk khayali bernama Naga?
Aku bersyukur Adi Warsidi bukanlah Nurjanah Nitura… ah… bukan… maksudku, aku bersyukur Adi Warsidi bukanlah psikolog, atau aku bersyukur bahwa Nurjannah Nitura tak menempuh takdir sebagai jurnalis dan menjadi redakturku di Koran AcehKita. Soalnya aku akan segera menyadari sebuah klasifikasi dan kualifikasi kegilaan seperti pelabelan Ikal terhadap Jimbron berwujud cap obsesif-kompulsif. Padahal, kuda yang menjadi sumber obsesi yang terkompulsi dalam diri Jimbron adalah makhluk nyata. Bagaimana cap yang akan kuterima sebagai pendamba Naga, makhluk yang keberadaannya masih menjadi rumor, bahkan di kalangan secret society sekalipun.
Naga
Selain misteri, keberadaan naga juga kontroversi. Soalnya, China dan Eropa memiliki perbedaan penafsiran mengenai sosok Naga. Perbedaan penafsiran yang melahirkan 2 mazhab per-Naga-an. Tidakkah fakta menyebalkan ini semestinya menyurutkan kegandrunganku?! Ternyata tidak demikian adanya wahai saudara-saudari se-Nusantara…
Aku memilih China sebagai patron obsesiku terhadap Naga. Alasan utamaku untuk berpihak adalah ungkapan “Tempat tergelap di neraka diperuntukkan bagi mereka yang memelihara netralitasnya di masa krisis moral”, milik Dante Alighieri. Ya. Pertentangan mazhab Naga China dengan Naga Eropa adalah ranah yang mesti membuat aku berpihak. Kapan lagi?! Soalnya, untuk hal-hal yang menurut oranglain serius, penting dan mendesak, aku sudah sering menunjukkan kemalasan berpihak. Setidaknya aku menggunakan kesempatanku untuk berpihak sekali saja dalam hidup, meski di ranah mitologis sekalipun; meski ia akan terlahir sebagai selemah-lemah keberpihakan dan bahkan keberpihakan terabsurd sekalipun. Aku tak peduli. Setakpeduli Slank pada latarbelakang gadis dalam tembang bertajuk Koepoe Liarkoe.
Naga China
Alasan keberpihakanku pada Naga China bukan tanpa landasan. Filosofi yang terkandung dalam sosok ular bertanduk dan bercakar versi daratan Tiongkok lebih mendalam; lagipula figur naga Eropa lebih menyerupai kadal gigantik Zaman Jura. Naga China memiliki 9 unsur yang mengukuhkan detail. Sosoknya juga lebih garang dan berwibawa. Meski sebagai binatang, Naga (China maupun Eropa) terlahir betina dan jantan, sosok hewan yang satu ini lebih mencitrakan maskulinitas.
Mungkin karena Naga China selalu tampil berjanggut, belum pernah kutemukan penyosokan Naga China yang berlipstik atau berkerudung. Ribuan gambar Naga China yang pernah kukumpulkan juga tak pernah menunjukkan kuku berwarna pink. Sekali lagi aku minta tolong... Usah menyeret keberpihakanku pada Naga China ke ranah ekonomi-politik global. Aku tak se-off-side Filippo Inzaghi, Khak Rhoma....
Naga Eropa
Saat kunjungan perdana ke Tapaktuan, aku menyempatkan diri mengunjungi patung Naga. Luarbiasa girangnya hati saat mendapati sosok patung kepala dan sebagian tubuh naga di kaki bukit dibuat dengan sempurna mengikuti Naga Mazhab China. Meski cuma patung, mendekati sosoknya membuat aku memahami gejolak yang berdegub dalam dada Jimbron, saat Aray menyerahkan tali kekang kuda Australia milik Capo ke dalam genggamannya.
Ragu dan jengah. Sensasi seperti saat berdiri di ambang pintu yang mengantarai alam mimpi dengan alam nyata. Aku selalu tersenyum mengenang pergolakan rasa yang muncul ketika itu, sensasi hangat dari atas pusar yang membuncah hingga ke ubun.
Filosofi Naga China
Uraian menarik tentang Naga China kutemukan dalam hasil gocekan Bro E, blogger yang memilih Enigma sebagai pseudonym di etalase penulisan bergaya deduksi. Layaknya filosofi Burung Garuda yang menyokong Ideologi Pancasila, Naga memiliki komponen yang bernaung di bawah angka Sembilan, bilangan satuan terbesar dalam sistem hitung buatan manusia;
Kepala Naga serupa dengan konstruksi kepala Unta;
Sisiknya laksana Ikan;
Tanduknya berasal dari Rusa;
Matanya meniru Siluman;
Telinganya seperti Lembu;
Lehernya mengambil bentuk Ular;
Perutnya mengadopsi Tiram;
Telapak kakinya meminjam bentuk Harimau;
Cakarnya bersumber dari Rajawali.
Menurutku poin ke-4 terlalu absurd, sebab siluman juga memiliki banyak model. Googling punya Googling, ternyata, Pada Dinasti Song, ada suatu peraturan yang harus diikuti ketika menggambar naga, yaitu sembilan karakter Jiushi. Seorang pakar lukisan bernama Luo Yuan memberikan deskripsi tentang unsur-unsur pembentuk naga yang tertulis dalam kitabnya, seperti: bertanduk rusa, berkepala unta, bermata kelinci, berleher ular, berperut kerang, sisik seperti ikan, becakar elang, bertelapak macan dan berkuping sapi.
Sebelumnya, seorang ahli lukis bernama Zhon Gyu, pada awal Dinasti Song memberikan gambaran tentang bentuk naga: berkepala sapi, bermulut keledai, bermata udang, bertanduk rusa, berkuping gajah, bersisik ikan, bertubuh manusia, beperut ular dan berkaki Phoenix jantan. Uraian tersebut dipaparkan Harry Pujianto Yoswara, Imam Santosa dan Naomi Haswanto dalam Studi Kasus di Vihara Satya Budhi, Bandung mengenai Simbol dan Makna Bentuk Naga.
Selain 9 watak tersebut, naga memiliki 9 anak dengan 9 karakter. Naga juga memiliki 117 sisik; 81 sisik bersifat Yang (positif) dan 36 sisik sisanya berkarakter Ying (negatif). Cakar naga pada umumnya berjumlah 3 atau 4 jari. Namun, Kaisar China menggunakan lambang Naga bercakar 5 jari untuk menunjukkan bahwa sebagai pemimpin tertinggi, ia bukanlah Naga biasa. Naga bercakar 5 menjadi lambang eksklusif yang hanya boleh digunakan oleh Sang Kaisar. Siapapun yang tepergok menggunakan Naga bercakar 5 akan segera mengalami hukuman mati. Nah… ternyata sebegitu penting keber-Naga-an dan pember-Naga-an nun di Daratan Tiongkok sana…
Naga Bercakar 5
Uraianku bukanlah upaya pembenaran kondisi jiwa yang mungkin layak bertabal lakab obsesif-kompulsif-absurd terhadap Naga. Tak lebih dan tak kurang, ketikan di atas sekedar membagi pesona sebentuk makhluk mitologis nan menggoda. Kupikir, mustahil manusia mempersosokkan sebentuk makhluk tanpa sumber di alam nyata. Mesti ada material yang mendukung penggambaran sosok tersebut, sekhayali apapun ia adanya. Keberadaan makhluk mitologis semacam kerubim, seraphim, centaur atau buraq yang mengambil dasar sosok kuda sebagai konstruksi tubuh juga dikenal di pelbagai tatanan masyarakat dan peradaban. Masih ada duyung (mermaid dan merman), cyclops dan puluhan buah imaji manusia yang menjadi penyedap kisah pengantar tidur ataupun bumbu cerita yang menyimpan pesan moral dari masa silam.
Meski tak menemukan pembenaran mutlak, setidaknya niatku memenuhi hasrat Boss Adi Warsidi hari ini telah mengurangi sedikit beban jiwaku; gejala obsesif-kompulsif-absurd yang kualami bukanlah hal yang istimewa, sebab banyak insan di masa lalu pernah tersuruk di lubang yang sama.
PS: Semoga Bro AdWar yang me-request senarai Naga dariku merasa terhibur...
Source:
http://www.enigmablogger.com/2010/09/legenda-naga-cina-dan-penampakannya-di.html
https://www.academia.edu/10208987/SIMBOL_DAN_MAKNA_BENTUK_NAGA_STUDI_KASUS_VIHARA_SATYA_BUDHI_BANDUNG_
[Gambar1](https://www.walldevil.com/wallpapers/a89/hugh-jackman-wallpapers-wallpaper-actors-actor-man-pictures-bruce-paint-wallwuzz.jpg)
[Gambar2](https://thumbs.dreamstime.com/z/kinesisk-drake-35210625.jpg)
[Gambar3](https://vignette.wikia.nocookie.net/parody/images/1/16/Red_Eurpean_Dragon.jpg/revision/latest?cb=20170119155650)
[Gambar4](https://sherryspeaks.com/wooshop/wp-content/uploads/2016/01/151515150f316119-4.jpg)
Kenapa gak cacing bang karena cacing udah banyak mengobati orang dari berbagai penyakit ha ha ha ha
Tak cukup syarat garang, Bang... walaupun memang sungguh cacing lebih bermanfaat bagi raga manusia dan mendukung aktivitas klandestin di lahan pertanian.
lantas siapa yang terobsesi dengan Rhoma Irama bang?
Ikal orangnya. Bahkan saat Pak Balia meminta siswa SMA Negeri Bukan Main melontarkan kutipan penambah semangat, Ikal yang kebingungan langsung mengutip lirik tembang Darah Muda dari Khak Rhoma, "Masa Muda, Masa yang Berapi-api..."
langsung saya vote ndak ada ruang lagi
Siap, Bang...
As a follower of @followforupvotes this post has been randomly selected and upvoted! Enjoy your upvote and have a great day!
Thank you very much...
Kalau "ngular" nya berlebihan, jadilah ia "Boa", dan kalau "ngular" nya sangat-sangat berlebihan, jadilah ia "NAGA".
Hahahhah...
semoga obsesi bang diyus ini bukan karena keinginannya menjadi naga....
Psssttt... "Cuma kita yang taaauuu...!!!"
Hahahahaha
Eitsss... nanti dulu, Ketua...
Naga itu bukan ular, ia adalah kombinasi dari 9 satwa.
Banyak Banyak minum Bear Brand bg, biar jadi Naga putih, walaupun isinya Susu Sapi dengan nama Beruang. Seharusnya cuma sapi yang berhak menyentuh Naga karena Naga sudah pinjam kuping Sapi.
saya juga suka banget sama naga yang perlambang dari Raja atau laki-laki yang menguasai angkasa, dan berpasangan denganburung phoenix perlambang Ratu atau perempuan sebagai ibu pertiwi...
Dan ini adalah batik liong alias naga yang saya gambar untuk melanjutkan budaya di masa lalu...
Haha.. bang @sangdiyus keren, namun kalah keren sama mbak @mariska.lubis yang ngegambar "NaPhoe" [Naga-Phoenix] sendiri; Tapi tak mengapalah, yang terpenting kan sama-sama suka Naga.
Salut buat Mas Bro dan Mbak ku👍
Iya. Setidaknya aku tak nampak aneh sendirian. Hehehehehehe...
Entah mengapa saat sudah berdua berasa lebih indah. **Lirik NaPho diatas..
Entah mengapa yang entah apa-apa...
Haha
Hmmm... Naga berbalur Ungu. Berhias Batik pula...
Gak sangar naganya bg... Hihihi
Seulawet ini, orang lebih pilih sanger ketimbang sangar, Bons...
Filosofi naga jepang beda lagi..
Bagilah ceritanya sikit, Bro...
Menarik,,,, menarik,,,
Jangan lupa pakai tambang. Biar jadi menarik tambang.
Hehehehehehe...
Walau menyukai night fury pada film how to train your dragon, saya juga berpihak pada naga bermazhab Cina. Karena ia lebih memesona, menurut saya. Rasanya, pesona tak semata terletak pada hal maskulinitas saja.
Tulisan kali ini satu langkah lebih cakep dari sebelumnya, mungkin karena rasa jenakanya lebih dapat. Thanks for writing.
Uhuy...!!! Dapat dukungan mazhab. Mungkin kesan seram yang berwibawa, ya Mbak...
Tulisan ini tak 'kan ada manfaatnya kalau cuma terpendam. Ini juga akibat aku 'terprovokasi' Boss AdWar. Thanks for stop by and read my leasure note, Mbak...