Tips ini kuperoleh secara pribadi, kutulis untuk berbagi, bukan menghakimi. Aku tak paham dengan kecenderungan milenial(?), anak jaman now maupun aneukmiet seulawet now. Setahuku, setiap penulisan mendalan -atau katakanlah upaya penulisan mendalam- membutuhkan ilustrasi untuk mengajak pembaca merasakan isi sebuah tulisan. Aku juga tak paham dengan, "...mereka punya cara sendiri memahami tulisan"; apakah ada barometer yang menjadi landasannya, atau cuma asumsi yang engkau bangun?
Jika benar anak zaman sekarang menganggap upaya pembangunan detail dalam tulisan sebagai hal yang lambat dan bertele-tele, kupikir hal tersebut layak menjadi perhatian bersama. Menurutku, hal tersebut adalah tanda-tanda kiamatnya polapikir sebuah generasi.
Itu dia bg.. Kalo barometernya mungkin "mereka menulis status fb" , sangat terlihat sekali, tingkat pengetahuan mereka. acara pantun yang gak seberapa itu, yang singkat2, terlalu singkat malah, tapi ujungnya mengejek seseorang dengan telanjang.. Itu sih feeling aja bg, tidak yang terlalu tepat memang.. Mereka seperti tidak "berusaha menilai" apa yang terkandung dalam sebuah tulisan..
Jadi, kalo seperti tulisan ab diatas, mereka gak peduli dengan katana-nya, apalagi hattori hanzo, terus palung mariana, dikiranya kita salah tulis, pertanyaannya dari mereka mungkin (palung mariana itu siapa)???
Kata qil : anak millenial itu (anak yang lahir tahun 2000 ke-atas)..
Entah kultur seperti apa yang sedang mereka serap, dan terus terang saya pribadi khawatir...
Terima kasih atas tulisan @sangdiyus diatas, itu akan merangsang teman-teman stemian agar sering mencari dan memperbanyak "perbendaharaan kata".... 😆😆😆