Sebagai kota pelajar (dan mahasiswa, tapi jangan disingkat kopelma) Yogyakarta terkenal dengan biaya hidupnya yang murah. Di kota ini, tak sulit menemukan sesuatu berlabel "murah" mulai dari makanan, buku, hingga kain batik. Murah seakan menjadi kata yang sudah melekat erat dengan kota Yogyakarta.
Untuk soal makanan, Yogyakarta memang tenar dengan melimpahnya panganan murah. Kamu bisa menemukan tempat makan yang murah meriah di hampir setiap sudut kota. Mulai dari aneka menu nasi di burjo yang hingga berbagai makanan mewah ala resto, semua bisa kamu nikmati dengan harga yang ekonomis.
Murahnya biaya hidup di sana mungkin jadi salah satu alasan mengapa Yogyakarta menjadi salah satu destinasi wisata yang populer di Indonesia. Tak sulit menemukan turis asing yang memilih stay dalam jangka waktu yang lama di sana. Para turis ini umumnya tinggal di jogja untuk bertamasya sekaligus memperlancar bahasa Indonesia.
Dengan uang 10.000 saja, kamu sudah bisa makan seporsi nasi telur dan menikmati segelas teh manis hangat. Itupun masih ada kembaliannya 500 perak. Jadi jangan heran ketika kamu berada di Yogyakarta, jumlah recehan yang kamu miliki akan meningkat secara drastis. Bahkan ada teman yang mengaku bisa membeli tiket pesawat ke Aceh dengan modal tabungan recehan selama beberapa bulan.
Tidak hanya soal makanan dan kebutuhan pokok lain, dalam hal hiburan, Yogya juga tergolong kota dengan banyak sekali hiburan murah yang sama sekali tidak murahan. Untuk pertunjukan musik misalnya, di sepanjang jalan Malioboro kita akan dengan mudah menemukan grup musik yang perform di jalanan. Mereka secara kualitas, tidak kalah dengan grup musik yang wara-wiri di berbagai cafe. Kamu juga bisa dengan mudah menemukan pertunjukan seni atau pameran yang berlangsung di seantero kota.
Di Banda Aceh sendiri, terutama paska musibah Tsunami, harga barang-barang melambung tinggi. Segalanya mahal dan nyaris tak terjangkau. Untuk makan, dengan selembar uang 10 ribu, kita hanya mendapat sepiring nasi dengan lauk aneka telur atau beberapa jenis ikan saja. Biasanya tongkol atau jeunara. Jika sekarang muncul warung nasi serba tujuh ribu di beberapa tempat, maka menu seperti ayam, daging sapi, atau ikan sambal akan segera ludes pada jam-jam pertama buka. Meninggalkan telur mata sapi, dadar, dan beberapa potong tongkol yang tampak kisut di lemari kaca.
Tapi bukan berarti, Harga-harga di kota Banda Aceh selalu lebih mahal dibanding Yogyakarta. Bersyukurlah kamu sebagai warga kota Banda Aceh, semahal-mahalnya harga barang di Banda Aceh, kita lebih murah dalam dua hal dibanding Yogya. Apa saja?
Yang pertama: Parkir. Di Yogya tarif sekali parkir secara aturan untuk kendaran roda 2 adalah seribu perak. Hal itu berlaku sama rata dimana saja. Tapi pada kenyataannya, di beberapa tempat si penjaga parkir (semoga rejekinya selalu lancar jaya) akan mintain tambah kalau kamu cuma memberi uang seribu perak. Itu kalau si penjaga parkirnya profesional dalam artian betul-betul menjaga kendaraan kita, sebenarnya ga masalah juga. Tapi ini, you know lah. Dimana-mana masalah perparkiran di Indonesia itu sama saja. Yang abang parkirnya ngilang abis nerima uang lah, yang tiba-tiba muncul entah darimana lah. Belum lagi abang parkir anggota laskar "yak. yak. trus!"; peduli setan jalanan lagi macet, dianya tetap nyuruh terus-terus aja lah. Pokoknya benar-benar membuat KZL. Lah!.
Di Banda Aceh sendiri, secara aturan tarif parkir untuk roda dua sama seperti di Yogya, seribu perak. Nah hebatnya, seumur-umur hidup di Banda Aceh saya belum pernah dimintai uang parkir lebih dari segitu. Paling kalau ada acara atau keramaian misalnya pertandingan sepak bola atawa konser musik, tarif parkir naik jadi dua ribu. Tapi jikapun cuma di beri seribu, si abang parkirnya juga ga nolak. Masalah kelakuan tukang parkir, tadi kan saya sudah bilang, se Indonesia raya persoalannya itu-itu aja. Tapi setidaknya, Banda Aceh bisa ngalahin Yogya dalam urusan adu murah tarif parkir.
Masalah kedua yang bisa membuat kita sedikit berbangga hati soal murahnya harga di Banda Aceh dibandingkan Yogya adalah: Toilet Umum. Di Yogyakarta, hampir semua toilet umum menerapkan tarif masuk. Kencing 2000, Berak 5000, begitu aturannya. Apakah hal ini ada kaitannya dengan kesulitan mengakses air bersih atau sebuah upaya komersialisasi lapak buang hajat oleh kapitalis, saya tak terlalu paham. Tapi yang jelas, di Banda Aceh nggak gini gaes. Di Banda Aceh kamu bisa numpang pipis atau pup dimana saja dan itu gratis. Jikapun ada yang menempatkan celengan di depan pintu toilet, maka itu lebih kepada sumbangan sukarela untuk biaya kebersihan. Dan hampir di banyak tempat dapat dipastikan celengan itu kosong melompong!
Saya memang belum pernah untuk iseng-iseng coba gratis masuk toilet di Yogya kaya program bimbel Kumon di awal tahun ajaran baru itu. Soalnya belum juga selesai mengaitkan sabuk pinggang, itu celengan udah di sodorin sama petugasnya. Mana berani saya cengengesan berlagak ga punya uang. Malu. Tapi jikapun saya nekat begitu, mungkin si petugas jaga akan mengerti. Tapi tetap saja saya tidak berani sebab kemungkinan terburuknya, saya diminta untuk membersihkan toilet dulu sebelum pergi.
Saya bingung kenapa toilet di sana ga di gratisin aja kaya di Banda Aceh. Kan berpahala mambantu sesama manusia yang sedang kesusahan. Soalnya kita semua pasti pernah merasakan seperti apa susahnya kebelet pipis tapi posisi sedang jauh-jauhan sama toilet. Belum lagi kalo harus nahan mules sehabis makan sambal mercon yang pedasnya bisa bikin mencret kalo ga biasa. Adalah sebuah kebaikan rasanya bisa membantu sesama manusia yang sedang menderita karena memendam hajatnya. Perkara nantinya itu toilet dipakai untuk main sabun, saya rasa juga tidak masalah. Setidaknya lebih baik daripada mereka terjerumus kepada perbuatan zina. Kurang hebat gimana, udah bisa menolong sesama, toilet gratis juga bisa menghalau terjadinya perbuatan maksiat.
Oleh karena itu, buat kamu para traveler yang sedang mencari destinasi untuk backpaker-an, udah kesini aja. Ke Banda Aceh. Kan sudah terbukti harga-harga di sini ga kalah murah sama di Yogya. Perkara makan, peduli amat. Yang penting bisa parkir, kencing, dan berak sepuasnya dengan budget minim. Dan yang paling penting lagi, bisa main sabun gratis. Coli Everywhere! Kalau masalah tidur, kan bisa di rumah yang paling besar, yaitu rumah... (Silahkan di lanjutkan sendiri, saya malas nanti malah jadi incaran efpei)
Kebanyakan yg beol kali kalau gratis hahaha...
Hahahaha... Pada ngantri
he he he baru tahu ternyata di Aceh masih ada yang murah, saya pikir semua pada mahal di wilayah Sumatera. Tapi lain di Palembang...parkir sekejapun bila tak beri uang parkir normal tukang parkirnya sewot...bukan bohong nih, kenyataan...dan ada tempat parkir yang ditarif Rp.10.000,- padahal di tempat umum bukan di mall . kadang sakitnya tuh...disinihh, mau protes woooww kita yang ngeri...Oh ya terima kasih sdh mampir di @betterlife , jangan bosan untuk vote tulisan saya...dan sayapun selalu menantikan tulisan anda @senja.jingga dan menvote nya. salam...
siaap, terima kasih sudah berkunjung.
Salam
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by senja.jingga from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.