sumber : google
Saat ini, bahkan detik ini juga tak ada sedikitpun rasa yang berkurang. Sekuat apapun usahaku untuk melepas, sekuat itu juga rasa yang terus melekat. Tiap detik aku mencoba untuk membencimu, tapi nyatanya hanya perasaan rindu yang makin menjadi. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin aku masih mencintai laki-laki yang bahkan sudah mengatakan kata-kata kasar yang tak sepantasnya dikatakan pada seseorang wanita? Masih teringat jelas saat aku memutuskan untuk membencimu, perasaan sakit yang aku dera selama beberapa minggu, namun perasaan itu tertutup oleh rasa candu ingin bersua denganmu. Kedua tangan ini tak kuasa untuk tak memeluk tubuh yang ringkih itu, karena bagiku kau hanya laki-laki lemah yang membutuhkan tanganku untuk memapahmu jalan kedepan.
Pada detik berikutnya, perasaan itu masih sama. Sakitnya pun jua. Kemana aku harus mencarimu? Kau menghilang, seakan-akan lenyap dari bumi ini. Kabarmu adahal hal terlangka yang kudapat saat ini. Kemana kamu? Apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu menjalani harimu dengan nyaman? Ribuan pertanyaan beradu dikepalaku. Pada siapa harus kutanyakan? Padamu yang bahkan sudah tak ingin menemuiku? Padamu yang jua tak ingin aku muncul pada layar handphonemu? Lalu pada siapa lagi? Aku hanya tak ingin mengganggu waktumu.
Beberapa hari ini aku bermimpi tentangmu. Aku tak mengerti apa maksudnya, andai saja mimpi itu pertanda bahwa kau ingin mengatakan padaku “aku baik-baik saja, jangan khawatir” rasanya aku ingin terus bermimpi meski dalam kehidupan nyata kau sudah jauh melupakan aku. Tak apa, setidaknya aku bersyukur kau masih bersedia datang untuk menemani malamku yang kesepian. Rasanya tak ingin bangun pada saat yang tepat aku sedang memperhatikan wajahmu dengan jelas, aku tak ingin bangun pada saat kau tersenyum, berbicara, bahkan berlalu melewatiku. Sungguh, itu tak apa. Aku sangat bahagia berada di mimpi-mimpi menyenangkan itu. Jadi, tolong jangan lenyap juga dalam mimpiku
Perlahan mungkin kau sudah melangkahkan kakimu jauh dari diriku. Namun, sebelum benar-benar jauh. Aku hanya ingin bilang, aku tak membencimu sedikitpun, perasaan kesal yang kurasa saat kau menaruh bom pada jantungku sudah kulupakan. Aku masih bisa benapas lega sampai sekarang. Dan juga, maaf jika tak bisa berada disisimu lagi, bukan tak mau tapi rasanya aku sudah terlalu lama mengganggumu, menghentikan langkahmu, dan aku tahu bahwa aku tak pantas berada disampinmu. Aku tak marah lagi, perasaanku sudah penuh dengan rasa rindu. Jadi, jangan merasa bersalah akan waktu itu. Terimakasih sudah memelukku selama tiga tahun ini, membantuku berjalan, menemaniku, menangis bersama, mengusap air mataku yang bahkan aku tak suka kau melakukan itu, terimakasih banyak atas hal hal yang tak bisa ku sebutkan karena buatku, kau telah banyak membuat hidupku sangat bahagia. Jadi, aku mohon berbahagialah untukku, carilah seseorang yang cintanya lebih besar dari cintaku padamu. Sungguh aku hanya ingin engkau bahagia, itu saja”
sumber : google
Kepada kamu yang mungkin sudah lebih dulu melupakanku, izinkan aku untuk tetap mengirim doa terbaik untukmu. Sebab, aku tak bisa berhenti untuk tidak khawatir. Aku hanya ingin engkau menjalani hidupmu dengan nyaman. Izinkan juga untuk aku tetap mencintaimu sampai waktu yang tak bisa kuketahui. Mungkin selamanya, atau kau akan tergantikan dengan laki-laki yang menggantikan posisimu dihatiku. Entahlah, aku hanya ingin terus menyayangimu saat ini dengan doaku.
Bolehkah aku juga sesekali merindukanmu? Iya, aku tahu itu adahal hal konyol. Sebab, itu hanya akan menyakitiku sendiri. Tapi, bagaimanapun juga kau adalah laki laki yang selama bertahun-tahun menemaniku, bagaimana mungkin aku bisa dengan mudah terbiasa tanpamu? Pasti aku akan merindukanmu kelak. Kumohon jangan keberatan, sebab aku akan melakukannya diam-diam. Kau tak perlu tahu, kau hanya akan menjalani kehidupan yang sempurna tanpa terluka.
Kepada kamu yang mungkin sudah lebih dulu melupakan, aku tak menyalahkan kamu jika itu memang terjadi. Bisa saja itu salahku , yang tak bisa membuatmu nyaman berada disampingku hingga kau ingin berlari sejauh mungkin dari pandanganku. Atau mungkin aku tak pandai membuat kenangan yang sulit dilupakan. Ahhh, aku memang sangat membosankan kan? Tentu saja, kalau tidak bagaimana mungkin engkau pergi dengan mudahnya. Sudah kubilang, taka pa jika kau melakukan itu, karena bagiku kau sudah berlaku jujur untuk berani pergi. Mengaku bahwa perasaan itu sudah tandas dan tak perlu ada yang dipertahankan lagi. Maafkan aku.
Ijinkan aku memanggil namamu ketika aku tak kuasa menahan sesaknya rindu. Bukan ingin mengganggu. Hanya saja, mungkin ketika memanggil namamu napasku kembali membaik. Kau tak perlu merindukanku (juga) tenang aja, ini hanya sementara sampai aku benar-benar lupa, dan juga kau jangan cemburu jika namamu tak lagi kupanggil, sebab mungkin aku akan memanggil nama orang lain yang akan kusebut dalam doaku. Bukan maksud melupakanmu, namun kau tau kita tak mungkin berada di dalam lubang yang gelap terus menerus, kan?
Aku tak ingin mengucapkan kata perpisahan, karena kita tak benar-benar berpisah. Kita masih menginjak bumi yang sama, hanya saja kita tak lagi punya tujuan yang sama. Perpisahan sebenarnya menurutku adalah ketika kita sudah berbeda dunia. Saat ketika kita sama sama merindukan seseorang tapi bagaimanapun caranya untuk bersua tak bisa diwujudkan. Aku berharap, perpisahan kita nanti seperti itu. Entah siapa yang lebih dulu, aku atau kamu harus benar-benar siap mengucapkan kata perpisahan
note : ini diambil dari blog pribadi saya ( http://sfazza.blogspot.co.id/2017/04/untuk-kamu-yang-mungkin-sudah-banyak.html )
Lanjutkan terus kisahmu. Kami akan membacany
hhahaha terimakasih yaaa
Tulisannya bagus..semangat terus yaa