Pertanyaan pada judul di atas adalah muara dari seluruh energi kita dalam mempertahankan peradaban bangsa ini : Indonesia.
Pertanyaan itu bukan hanya retoris ketika dimunculkan pada acara Sumpah 28 Oktober 1928 lalu, tapi memang berhubungan dengan nyawa bangsa ini. Bayangkan bangsa yang terdiri dari 714 suku dan etnik dan memiliki lebih 650 bahasa lokal akan kepayahan untuk dipersatukan dalam perjuangan, pembangunan, dan kemajuan jika tak memiliki bahasa persatuan atau bahasa nasional.
Bahasa Indonesia, yang berasal dari Melayu Sriwijaya dan pernah menjadi bahasa internasional di Nusantara, kemudian hari berkembang ke dalam pelbagai langgam. Untuk bahasa pengetahuan Islam dikenal dengan tata bahasa Melayu Pasai, bahasa perdagangan disebut Melayu Tionghoa, roman kelas bawah dan dikenal sebagai sastra Melayu Medan, bahasa kelautan diserupakan dengan Melayu Palembang. Belum lagi Melayu Ambon, Melayu Tidore, hingga Melayu Papua.
Balai Pustaka, perusahaan penerbitan karya-karya berbahasa utama di Hindia Belanda seperti bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, dan bahasa Melayu yang didirikan pada 17 September 1917, awalnya menjadi perusahaan penerbitan yang mengontrol penulis boemi poetra oleh pemerintah Belanda terkait gejolak kemerdekaan yang menggunakan instrumen bahasa. Namun ternyata pelembagaan melalui Balai Pustaka ini ikut mempercepat gerakan kemerdekaan, meskipun tidak langsung.
Meskipun ada bahasa lokal berpopulasi besar lain di Nusantara, hanya bahasa Melayu lah yang memiliki resiliensi yang cukup baik terutama berhubungan dengan penyebaran sastra dan pengetahuan global. Banyak karya asing diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dibandingkan bahasa lain. Disamping itu, penguasaan bahasa Melayu juga dianggap sebagai pesona intellectueel ,sama dengan menguasai bahasa Belanda, Inggris, Jerman, dan Rusia. Soekarno dalam pidatonya selalu menggunakan bahasa pengantar Melayu atau Indonesia, meskipun ia tak meninggalkan keterampilannya dalam menggunakan asing seperti Belanda, Inggris, Jerman, dan Tionghoa.
Kini bahasa Indonesia tak sesulit dulu dalam pengungkapan dan diseminasinya. Dalam pelbagai pemberitaan dan kisah, bahasa Indonesia diolah menjadi instrumen komunikasi, pengetahuan, dan sastra. Para intelektual bangsa menyampaikan gagasannya dalam bahasa Indonesia yang tinggi makna dan sintagma. Mereka masuk dalam relung-relung terdalam perasaan dan pemikiran, sehingga bukan sekedar memjelaskan secara gramatik, tapi juga secara paradigmatik kuat.
Saya bisa memberikan contoh model program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang sempat heboh beberapa tahun lalu. Banyak keluarga kelas menengah atas ekonomi Indonesia yang meyekolahkan anaknya ke sekolah yang biasa masuknya bisa mencapai 50-100 hanya untuk tingkat SD -SMP. Sekolah ini dianggap unggul dengan mengunggah kurikulum internasional - yang sebenarnya diperuntukkan untuk anak-anak ekspatriat. Akibatnya anak-anak lokal ini tercerabut dari nilai lokalitasnya. Penggunaan bahasa asing dengan guru lokal tak mempertajam penguasaan bahasa asing secara kultural dan "spritual", hanya gramatikal.
Kejadian lanjutannya adalah mereka menjadi generasi "split", yang tak terampil berbahasa Indonesia. Jika pun besar nanti, mereka hanya akan menjadi "profesional teknokratik". Mereka lemah dalam wawasan kebangsaan dan sensitivitas sosial. Anak-anak itu menjadi kawan-kawan kapitalisme dan musuh bagi masyarakat miskin yang gagal dalam sirkuit pembangunan.
Mereka akan melihat masyarakat Indonesia kelas bawah sebagai penghambat pembangunan dan kemajuan. Beberapa anak yang saya temui terlihat seperti itu. Mereka tak berani menggunakan bus dan taksi karena menganggap banyak orang jahat di sekeliling mereka. Mereka terlalu dimanja dengan pembantu dan sopir pribadi. Kemiskinan dianggap sebagai kejahatan dan bukan peluang membantu sesama.
Makanya, "Steemians" Indonesia, jika kalian benar mau menyelamatkan bangsa ini, maka gunakanlah bahasa Indonesia secara benar dan maksimal. Jadilah para punggawa bahasa nasional untuk dipromosikan ke dunia internasional.
Beberapa tahun lalu bahasa Indonesia sempat dipromosikan untuk menjadi bahasa internasional karena bahasa ini termasuk tujuh besar pengguna di dunia. Namun karena elite bangsa kita saat itu kurang giat mempromosikannya, bahasa ini pun gagal menjadi bahasa Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Akan jadi kontradiktif jika Komunitas Steemit Indonesia (KSI) yang awalnya sangat giat mempromosikan bahasa Indonesia, tapi kini malah tak menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasi utama. Sering bahasa Indonesia ditempatkan di bagian kedua atau terbawah, dan lebih mengedepankan bahasa Inggris ala google yang tak renyah sebagai bahasa dan displaced dalam idiom dan makna konotatif. Saya sering temukan English versi "terong balado" itu dalam tulisan Steemians, yang bahkan ada bahasa prokem Indonesia tersangkut di sela-sela gigi bahasa Enggris-nya.
Jangan sampai tagar #Indonesia sama sekali tak berasa, karena penggunanya tak lagi menghargai filosofi bahasanya.
16 Januari 2018
Postingan yang luar biasa bg..
Saya senang mendengar nya dan saya selalu menunggu postingan @teukukemalfasya.
Semoga sukses selalu untuk kita
Karena kiya nampaknya lupa demgan filosofi #Indonesia di Steemit ini @fajri26. Jadi sekedar memyegarkan visi dan sejarah. Makasih
"Warning" pakailah bahasa indonesia dengan baik dan benar, semoga saja bahasa indonesia akan menjadi bahasa dalam peegaulan dunia.
Warning untuk kita semua @saifoel77. Juga buat pembesar dan pembina kita di Steemit ini. Terima kasih
Semoga kedepannya generasi kita bisa menjadikan bahasa indonesia sebagai bahasa internasional .sukses @teukukemalfasya.
Melalui Steemit kita bisa melakukan lebih dalam mempromosikan bahasa Indonesia @hanifa. Asal kita tekun dan gak hilang arah
Mantap pak @teukukemalfasya. Mari kita promosikan Bahasa Indonesia.
Harus begitu... Jika bukan kita siapa lagi
Saran yang bagus, Bang! Beruntunglah saya bukan KSI. Hanya manusia merdeka.
Kita semua kan bergabung di KSI bukan?
Gata cukup merdeka dengan (69)
Mempopulerkan bahasa terutama oleh para penulis dan pegiat literasi....kita semua mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar....
harus itu... Sebagian kita adalah penulis dan jurnalis, yang harus junjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Flowers princess Shy (bunga Putri malu)
Contoh Bahasa Inggris "terong balado". Hehe...
Heart-heart on the way (hati-hati di jalan)...
Until here before I write him (sampai disini dulu saya menulisnya).
Keduanya juga contoh Bahasa Inggris balado yang pernah saya jumpai.
Lucuk deh.
Hahahah
Kenapa sebagian steemian lebih memilih bahasa inggris dibandingkan bahasa indonesia? Berbagai jawaban akan kita temukan ketika pertanyaan seperti ini kita ajukan kepada steemian. Namun, jika kita mencoba simpulkan alasan kebanyakan dari kita memutuskan untuk meposting dalam bahasa inggris hanya persoalan bahasa inggris bahasa mendunia. Barangkali jika kita post menggunakan bahasa inggris lebih berpeluang postingan kita sukses di bandingkan menggunakan ahasa Indonesia. Meskipun,sering kita temukan bahasa inggris yang terlalu di paksakan. Namun, terlepas dari itu semua. Postingan merupakan sebuah postingan yang menyadarkan kita semua akan reputasi Bahasa Indonesia di platform ini. Alangkah lebih kerennya seandainya orang indonesia menggunakan bahasa indonesia dalam postingannya ini akan mendongkrak bahasa kita dan jangan takut tidak sukses karena banyak orang Indonesia yang tergabung dalam platform ini.
Itu problemnya @asrul.aziz. Ada ketidakpercayaan bahwa bahasa Indonesia tidak bisa mendongkrak rewardnya. Juga ada masalaj oportunisme, yang harus diselesaikan sehingga tidak menjadi limbah. Jika demikian, apa kepentingan tag Indonesia?
Wah luar biasa postingannya bang, sangat menggugah bagi kami para newbi untuk terus menggunakan bahasa indonesia dalam posting tulisan kedepannya @teukukemalfasya
Semangatlah dalam menulis @goresanpenaanfal. Semoga itu memperbaiki kualitas bahasa kita. Bahasa Indonesia itu sdh hidup dalam sanubari kita sehingga mungkin akan leluasa menggunakannya dibandingkan bahasa lain sebagai strategi literal..
Mantap, Aduen @teukukemalfasya. Postingan yang luarbiasa...
Salah satu penulis sastra Indonesia yang maling moncer ya adinda @mahdi-idris.... Dengan sastra dia bisa terbang ke mana-mana termasuk pundi-pundi rekeningnya.
Alhamdulillah, Aduen. Aminn
Saya ikut tergores Pak Kemal (hihihi), meskipun saya selalu menyertakan bahasa Indonesia di nomor dua. Bagi saya bahasa Indonesia wajib saya sertakan untuk steemians Indonesia. Mungkin di sini perlu disesuaikan saja soal urutan.
Ya goresannya pasti dalam di hatimu @mushthafakamal .... Makanya lain kali jangan main silet... Wkwkwk
Intinya harus bangga dengan bahasa bangsa kita sendiri dan semoga kedepannya bahasa indonesia bisa sebagai bahasa internasional lagi.
Sepakat. Bahasa Indonesia secara jumlah kosakata mungkin masih jauh tertinggal dari bahasa Inggris misalnya. Namun bahasa yang tidak dipergunakan justru akan semakin hilang, sama halnya dengan bahasa daerah yang kian menghilang. Perlu adanya upaya-upaya yang disengaja seperti melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan.
Di "tangan" Bung Karno, bahasa Indonesia menjadi indah sekaligus bertenaga.
Karena ia mampu menghidupkan bahasa ini menjadi sangat retoris sekaligus ilmiah