Hari ini, 12 Maret 2018, saya tiba di kampus pukul 08:20 WIB mengajar MK Sistem Sosial Budaya di Indonesia. Salah satu yang menjadi sorotan adalah sistem sosial budaya itu bersifat laten dan dinamis dalam masyarakat. Ia menjadi nilai yang terintegrasi dalam masyarakat yang melakoninya.
Pada "babak" kedua saya mengajar MK Etnografi. Pada MK ini saya mendisiplinkan pada konsep etnografi dari beberapa literatur seperti Karen O'Reilly, Mike Crank and Ian Cook, dan Paul Willis, yang tak lupa me-mention mahaguru Bronislav Malinowski.
Salah satu yang dituju dari penelitian etnografi adalah keterlibatan peneliti dalam objek penelitian. Kebetulan mahasiswa saya ada yang ngebet ingin nonton penampilan Ustadz Abdul Somad (UAS) yang akan memberikan tabligh di lapangan kampus Bukit Indah, Unimal.
Saya minta mahasiswa untuk aktif mengamati, dan tidak hanya hanyut sendiri mendengar ceramah. Itu yang disebut participatory observation. Satu hal yang diperlukan dalam observasi riset etnografi, peneliti harus berempati dan bisa "bertukar jiwa" (imponderabilia) dengan objek penelitian. Jiwa pengamat harus penuh dalam penghayatan sosial yang diamati.
Saya sendiri tidak sempat menonton itu. Saya hanya mengamati antusiasme penonton yang rela merumput bahkan satu jam sebelum show UAS. Dengan perut kosong, mulut mulai pahit karena mengajar hingga 5 jam non-stop, dan menahan sakit kencing saya berburu waktu untuk segera tiba di rumah. Steemians pasti paham dengan komplikasi yang saya rasakan. Apalagi matahari seperti semakin mendekat ke bumi. Puanass buangetts ihh.
Namun saya memerhatikan publik di Aceh Utara ini telah menjadikan UAS sebagai idola baru. Entah karena kurang piknik, kurang hiburan, atau kurang siraman rohani, publik menunggu UAS seperti the new rising star. Memang banyak pesohor yang hadir di Youtube, seperti Justin Bieber, Rosanna Pansino, Roman Atwood, dll, UAS juga besar dari media sosial klasik itu.
Ini berbeda dengan ustadz yang besar melalui televisi. Ada sentuhan lebih orisinil dan content yang lebih padat dari penyampaian UAS dibandingkan ustadz selebritis lain. Mahasiswa saya bahkan ada yang rela pergi ke Langsa ketika ia tampil di sana. Amazing banget.
Dan menunggu UAS tidak seperti menunggu Godot. He finally showed up on the stage. Banyak dosen yang juga rela tikaran demi menonton UAS. Bahkan penjemputannya pun sudah seperti artis, dengan helikopter, book!
Banyak yang bisa dipelajari dari UAS. Salah satunya adalah memanfaatkan media sosial, dan jelas lebih murah dibandingkan media mainstream. Namun dengan hasil menonjok.
Good luck UAS!
Salah deh kayaknya pak @teukukemalfasya.
Bukan karena tampil di medsos yang membuatnya antusias ditunggu masyarakat. Malah beliau Yen liat jarang tampil di TV. Karena ada "orang2" yang tidak menyukai keberadaan beliau. Yen malah sering dengar di Radio ( kayak judul lagu Gombloh hehe ).
Tapi karena apa yang di sampaikan lebih gamblang, lebih tegas dengan dalil dan hadis yang dikuasainya.
Di TV, YouTube beberapa tempat beliau di cancel tiba-tiba dengan alasan merusak keharmonisan " beragama". Malah banyak tu ustad ganteng, ada ustad "melambai" ( yang sekarang laki-laki melambai lebih ngetrend di tv) hadir memenuhi kancah medsos tapi biasa2 aja tuh ( cuma terkenal di tv kagak di dunia nyata) kwkwkw.
Pokoke UAS ia the best kalau Yen liat gaya ceramahnya hampir dengan Dai seribu umat yaitu alm.KH. Zainuddin MZ.
Oiya satu lagi, buat masyarakat Aceh khususnya kalau buat Ulama gak main main melayaninya... Walau kadang " iman" nya masih dibawah rata2 permukaan air..hehe.
Begitu sih menurut pengamatan saya. But i don't menurut orang lain hehe....
Salah satu yang bisa kita ambil dari beliau adalah beranilah berkata yang benar itu benar walau orang tak menyukainya...asekk... capcuss
Sy kan bicara sejarahnya, bahwa UAS mulai dikenal sejak tampil di Youtube. Youtube media sosial, jadi bukan TV.
Hahaha siap salah deh.... Jaka sembung bawa golok kayaknya saya... Namun yang pasti di YouTube gak semua bisa jadi the new rissing star ... Kwkw
👍
Allah telah mengangkat derajatnya
Terima kasih telah men steemitkan kegiatan ini bro @teukukemalfasya
Sama sama2 om @wahyuddinalbra
Yang sekuler tentu akan sinis melihat UAS