Tuan dan Puan Steemians...
Tepat tengah malam tadi (2 Mei 2018), akun steemit saya, @tinmiswary telah berusia 115 hari. Pada malam itu juga, reputasi saya berada pada angka (50).
Memang angka reputasi (50) bukanlah angka besar di samudera steemit nan luas ini. Ia hanya angka kecil belaka, sekecil buliran buih dalam gelombang samudera.
Tapi, bagi saya, ini bukan hanya persoalan angka, tapi sebuah wujud dari gerak proses yang tiada henti. Pantang menyerah, meskipun dipaksa menyerah.
Anjuran untuk terus melihat ke depan saya pegang teguh dan sebisa mungkin tidak mengeluh. Sebab keluhan tanpa peluh akan membunuh segala harapan sehingga mimpi pun menjauh.
Saya mulai merintis pelayaran di steemit pada awal Januari 2018 atas bimbingan senior @rismanrachman di Solong Ulee Kareng sembari mengecap secawan kopi.
Sejak saat itu saya terus melahirkan postingan setiap hari tanpa jeda. Di awal pelayaran, saya memang sempat berhenti sekira dua hari pada saat tangan saya menubruk aspal. Setelah itu, dengan kekuatan tangan ala kadar saya terus memposting tulisan setiap hari sampai hari ini. Sekali lagi, tanpa jeda.
Mungkin sebagian steemian akan beranggapan bahwa "pengakuan" tersebut terlalu hiperbolis. Tapi ini adalah kenyataan yang tentunya mudah saja dilacak jejaknya di media bersistem blockchain ini. Tidak ada kehobongan di sini, sebab jejak yang kita lalui terekam "abadi."
@tinmiswary, @rismanrachman, @apayek
Selama satu bulan di steemit, saya bertahan dengan reputasi (25) yang keras membatu dan diam tak bergerak. Bahkan saat itu saya tidak peduli dengan reputasi. Sebab satu amanah yang saya pegang dari @rismanrachman agar saya fokus membuat postingan.
Akhirnya selama satu bulan saya berlayar seperti tak bertepian, mengapung dan timbul tenggelam dalam nilai postingan 0,00. Tidak ada kesedihan, apalagi sampai mencaci maki steemian lain hanya karena reputasi saya keras membatu. Saya justru tertawa heran melihat angka reputasi yang seolah "telah mati."
Dalam satu bulan tersebut saya berlayar sendiri di samudera steemit, tanpa teman, tanpa komunitas, dan bahkan tanpa peduli dengan lautan luas yang sesekali gelombangnya dapat menghantam biduk kecil bermerk (25).
Ancaman akan tenggelam terus membayangi. Tapi, sebagai pelaut yang "sok" menguasai samudera, saya terus saja berlayar dengan postingan bertubi-tubi, tanpa henti.
Sampai akhirnya saya "sadar" bahwa saya telah melakukan pelayaran paling tolol. Mengarungi samudera luas dengan biduk kecil tanpa teman. Tapi kondisi ini tidak membuat saya patah arang, tidak pula menyesal. Saya tetap merasa puas karena telah mencoba, mencoba dan mencoba, meskipun gagal.
Menjelang bulan kedua pelayaran, saya kembali menghubungi @rismanrachman untuk belajar strategi baru. Padahal sebelumnya, di bulan pertama, tidak pernah sekali pun biduk kecil yang saya tumpangi "melempar tali" ke kapal @rismanrachman yang terus memecah ombak. Bukan tak butuh bantuan, tapi saya tak ingin bermanja dalam usia pelayaran yang terlalu dini.
Setelah bertemu @rismanrachman di Polem Kupi Lambhuk, saya diberi peta baru. Akhirnya sedikit demi sedikit dan setapak demi setapak saya pun mulai memperbaiki biduk kecil yang dulunya hampir tenggelam. Hampir punah dalam pusaran gelombang.
Saat itu, @rismanrachman mengenalkan tentang pentingnya komunitas dan interaksi antara sesama steemians. Sejak saat itu biduk kecil bermerk (25) itu pun berlayar sembari membunyikan terompet pada saat berpapasan dengan kapal-kapal besar. Bukan untuk naik ke atasnya, tapi sekedar melambaikan tangan sebagai penanda bahwa ada biduk kecil yang sedang melintas.
Dengan peta baru dari @rismanrachman, secara perlahan biduk bermerk (25) itu pun semakin terlatih. Angka (25) beranjak menjadi (26), (27), (34), (45) dan saat ini berada pada titik (50). Untuk itu patutlah saya berterima kasih kepada @rismanrachman sebagai wujud bakti pada penunjuk jalan.
Selama pelayaran di bulan berikutnya, saya juga sangat terbantu dengan arahan dari rekan-rekan KSI Bireuen, terutama @bahagia-arbi, @dokter-purnama, @dsatria dan @razack-pulo. Mereka berempat telah memberikan peta kedua setelah @rismanrachman sehingga biduk kecil bernama @tinmiswary terus berlayar. Juga kepada seluruh anggota KSI Bireun, @alberjester Cs. Terima kasih!
Peningkatan reputasi saya di samudera steemit juga tidak terlepas dari peran dan dukungan Kurator Indonesia, @levycore dan @aiqabrago yang sampai saat ini belum pernah saya tatap wajahnya, belum pernah mendengar suaranya dan yang terpenting, belum pernah duduk semeja mengecap kopi. Tapi patukan-patukan upvote dari mereka sangat membantu. Terima kasih!
Selanjutnya, terima kasih pula kepada Cut Kak @mariska.lubis. Melalui rekomendasi beliau, dua kali postingan saya masuk dalam @ocd sehingga angka reputasi semakin terbantu.
Saya juga patut berterima kasih kepada proyek @curie yang telah melabuhkan upvote di beberapa postingan saya bersama pasukannya semisal @thunderbird, @hendrikdegrote, @pharesim, @liberosist dan sekumpulan pasukan lainnya.
Kepada @good-karma, @feruz beserta rombongan juga saya ucapkan terima kasih atas dukungannya. Sekecil apa pun dukungan tetap saja bernilai bagi mereka yang mampu menghargai.
Terakhir kepada rekan-rekan Republik Steemians Sosialis: @apayek, @ijas.jaswar, @akumakaruzzaman, @abumubarak, @dedycado, @farizalm dan beberapa lagi yang tidak tersebut namanya. Terima Kasih!
Tuan dan Puan, apakah ucapan terima kasih saya ini dapat disebut menjilat? Terserah Tuan Puan memberi penilaian. Lagi pula sebagian mereka adalah orang-orang yang saya kenal di dunia nyata jauh sebelum steemit mengudara.
Terakhir, saya ingin sampaikan dua hal. Menurut saya, sangat tidak adil jika biduk tenggelam kita mencaci, tapi pada saat terapung kita lupa berterima kasih. Dan untuk berterima kasih, tidak harus menunggu reputasi (60), apalagi (70). Jika masih kecil saja sudah lupa, maka semakin tua akan semakin pikun.
Mari terus berlayar
Demikian dulu Tuan dan Puan, lain waktu disambung kembali...
Rekam jejak yang luar biasa. Mampu menularkan semangat berlayar tanpa kata menyerah. Slamat rakan @tinmiswary.
Banyak pelajaran penting tentang kehidupan di negri steemit yang saya dapat darimu. Trimakasih
Tengkiyu, kita semua pelaut, terus berlayar😁
Parah sekali nasib tuan, teganya kapal membawa tuan ke gunung, untunglah tuan cepat insaf!
Selamat bermain di kelas bantam KSI. Bravo.
Tersadarkan dari tipuan geunteut. Berlayar ke gunung
Selamat ya atas pencapaiannya...
Tengkiyu
Selamat atas konsistensinya menulis. Teruslah berbagi
Tengkiyu bang
Selamat Tuan, saya ikut berbahagia atas capaian Tuan. Semoga saya lekas menyusul Tuan :D
Terus berlayar
Selamat. Sukses nan jaya
Selamat. Sukses nan jaya
Berlayar di perahu steemit, satu-satunya pelayaran yang tak pernah tenggelam @timniswary
Kayuh terus, terus dan terus, dan kulihat bidukmu berlayar dengan sempurna melaju dengan kencang dan insha allah sampai pada tujuan dengan senyuman, keringat hilang berganti dengan kesenangan
Tengkiyu bang @jkfarza. Karena abang sudah di steemit, maka saya semakin semangat😁