Koleksi @tinmiswary
Dulu, di zaman Orde Baru, khususnya di era 1980an, di sekolah-sekolah disuguhkan pelajaran sejarah yang sudah dikemas cukup rapi oleh Departemen Pendidikan masa itu. Pada waktu itu, khususnya kita yang lahir pada tahun 80an tentu ingat dengan pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa yang disingkat dengan PSPB. Pelajaran PSPB tersebut dimasukkan dalam kurikulum 1984.
Dalam Buku Pelurusan Sejarah Indonesia, Asvi Warman Adam (2004) menyebut bahwa pelajaran PSPB ini diawali oleh persoalan internal di tubuh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang saat itu disingkat dengan ABRI. Menurut Asvi Warman Adam, kelahiran pelajaran PSPB ini dicetuskan oleh Jenderal M. Yusuf. Hal ini dilatari oleh kondisi calon taruna AKABRI yang menurut M. Yusuf tidak memahami dengan baik Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Melihat kondisi ini, M. Yusuf kemudian melaporkan kepada Presiden Soeharto.
Koleksi @tinmiswary
Guna merealisasikan PSPB, masih menurut Adam, kemudian Soeharto menugaskan Moerdiono yang saat itu menjabat Sekretaris Kabinet, Nugroho Notosusanto (Mendikbud), Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kepala BP7 dan Ketua Umum PGRI agar membahas permasalahan tersebut.
Akhirnya, PSPB dijadikan sebagai pelajaran wajib di sekolah-sekolah melalui TAP MPR RI No. II Tahun 1982 tentang GBHN. PSPB mulai diajarkan di sekolah-sekolah pada tahun ajaran 1984/1985. Namun dalam perkembangannya, seperti dicatat Wikipedia, PSPB mendapat kritikan karena dianggap terlalu menonjolkan peranan tentara dalam perjuangan kemerdekaan dan menafikan keterlibatan pihak lain. Kemudian PSPB dihapuskan pada 1994 oleh Mendikbud Fuad Hasan.
Terlepas dari berbagai pro kontra, yang jelas buku PSPB pernah menemani para pelajar dan siswa-siswi pada era 1980an sampai dihapuskan pada 1990an. Buku ini masuk dalam katagori “buku legendaris” sebab melalui buku inilah kita mengenal beberapa pahlawan di Indonesia. Dan dibanding dengan pelajaran Matematika, pelajaran PSPB termasuk lumayan digemari, sebab pelajaran tersebut penuh dengan cerita dan hikayat.
Kita tentu masih ingat bagaimana Pak Guru kita masa itu menceritakan tentang pahlawan revolusi dan kejadian lubang buaya. Sebagian kita mendengar dengan khusu’ sambil mulut menganga lebar, sementara sebagian yang lain tertidur pulas di bangku belakang.
Walau bagaimana pun, buku PSPB telah menemani kita menjalani hari-hari indah sekaligus membosankan di sekolah dulu. Sebab itu patutlah ia dikenang sebagai nutrisi otak yang “dipaksakan” oleh rezim kala itu. Mari “menghening cipta” mengenang PSPB.
Demikian dulu Tuan dan Puan Seteemians, lain waktu disambung kembali…
Kirimanya keren rakan...
Jangan lupa upvote dan follow back juga yaa
Terima kasih @rafiqalmar, sudah difollow
Sama-sama rakan
Ternyata Tuan @tinmiswary seorang penulis yang hebat, Tulisan-tulisan tuan tin sangat bermanfaat dan terinspirasi sehingga dapat bertambah wawasan bagi pembaca. kalau tuan berkenan, Sepertinya saya harus belajar banyak sama Tuan tin.
Haha, tidak juga Puan @asmahusna, kita sama-sama belajar, lagi pula di steemit saya masih balok merah, haha
Semangat pak
PSPB adalah cara negara memperlakukan narasinya. Narasi resmi.