http://infoalkhairaat.blogspot.com/2012/12/universitas-al-azhar-kairo.html?m=1
Masih sama seperti sebelumnya saya akan melanjutkan mereview yang kali ini terdapat pada bab 30 mengenai tentang Kontribusi Keilmuan Alumni Luar Negeri Di Aceh.
Nah yang akan di kaji pada bab ini adalah bagaimana peran alumni luar negeri di dalam masyarakat Aceh. Bagi masyarakat Aceh menuntut ilmu ke luar negeri menjadi kebanggaan sendiri bahkan orang tua, terutama ke Timur Tengah dan di Aceh sudah menjadi tradisi bagi orang tua akan mengadakan syukuran bagi anaknya yang akan melanjutkan studi ke luar negeri, syukuran ini bermakna orang tua yang bangga terhadap anaknya dan mendoakan supaya anak selamat pergi dan selamat pulang dalam menunut ilmu ke luar negeri.
Ketika mereka sudah menyelesaikan studi di luar negeri dan kembali ke Aceh, mereka langsung di terjukan ke dalam kehidupan masyarakat, mereka akan mengajarkan ilmu yang telah mereka dapatkan ketika belajar di luar negeri. Peran mereka dalam masyarakat sangat dapat di rasakan karena ilmu yang mereka dapatkan, makanya banyak orang tua berbondong-bondong mengirimkan anaknya untuk menuntut ilmu ke luar negeri seperti di Timur Tengah. Dan ini sudah menjadi budaya di dalam masyarakat Aceh. Tetapi ketika penjajah sampai ke Nusantara, tradisi mengirimkan anak-anak yang berprestasi ke Timur Tengah menjadi terhalang. Tetapi bukan berarti orang yang menimba ilmu di dalam negeri kualitas ilmunya kurang. Seperti Hasbi Ash-Shiddieqy yang merupakan ulama dari Aceh yang tidak pernah menuntut ilmu ke luar negeri namun perannya setara dengan orang yang menuntut pendidikan di luar negeri bahkan karya-karyanya masih bisa kita jumpai sampai hari ini.
https://law-justice.co/pelajar-indonesia-dideportasi-dari-mesir.html
Tidak hanya ke Timur Tengah, di dalam menuntut ilmu ke luar negeri mereka mengirimkan anak-anak mereka ke bagian Eropa misal ke Belanda dengan tujuan untuk memahami hukum Belanda, Amerika untuk memahami ilmu-ilmu ekonomi bahkan ke Australia. Ketika mereka kembali ke Aceh mereka akan ditempatkan di bagian jabatan yang strategis untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Tetapi dibandingkan keduanya antara di luar negeri Timur Tengah dan luar negeri non-studi. Tradisi pengiriman orang Aceh ke Eropa belum begitu banyak, lebih banyak ke Timur Tengah, dan ini kebanyakan mereka berasal dari dayah atau pesantren karena untuk menuju ke Timur Tengah kedua tempat itu yang menjadi transit bagi mereka.
Eropa, Amerika, Australia merupakan kawasan yang sulit untuk bisa mendapatkan beasiswa karena mereka harus diseleksi telebih dahulu dan harus menguasai bahasa inggris dengan lancar dan harus mencapai TOEFL yang telah ditentukan. Namun orang tua di Aceh lebih menyukai anaknya ke Timur Tengah alasannya karena mereka dianggap mampu untuk menjawab persoalan tentang agama setidaknya ketika mereka kembali dari sana, mereka bisa membangun atau menghidupkan agama di lingkungan kehidupan mereka sendiri.
Setelah tejadi Tsunami pada tahun 2004, pemerintah daerah mulai mengirimkan orang Aceh keluar negeri untuk menempuh S-2 dan S-3. Ketika masa itu ada program KBA (Komisi Beasiswa Aceh). Program ini membantu pemuda pemudi Aceh yang memiliki kemampuan berhasa asing yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri, dan ini menjadikan suatu harapan untuk menciptakan Aceh Baru yang lebih maju baik dalam pembangunan maupun ekonomi.
Dan di dalam bab ini dapat kita simpulkan bahwa hubungan Acehnologi dengan Kontribusi Keilmuan Alumni Luar Negeri Di Aceh yaitu untuk menyambungkan silaturrahmi kelimuan antara mereka yang pernah belajar di luar negeri, baik di Timur maupun Barat, supaya dapat memahami ranah kehidupan rakyat Aceh secara lebih baik.