Pada postingan kali ini saya akan mereview buku Acehnologi Volume 2 yang di dalamnya terdapat 8 bab, yang di tulis oleh bapak Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Ph.D atau yang biasa disebut dengan KBA yang merupakan seorang dosen di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Disini saya akan memulai mereview dari Bab 14 membahas mengenai Sejarah Aceh.
Dari pembahasan pada bab ini banyak sekali para mahasiswa, pelajar, maupun masyarakat tidak banyak mengetahui secara mendalam tentang Sejarah Aceh. Dari mereka semua hanya tahu dan mempelajari tentang seajrah nasional saja mengenai kerajaan atau sejarah-sejarah pulau Jawa, yang sudah ditanamkan dari kecil. Hal ini disebabkan karena tidak adanya institusi pendidikan mata pelajaran atau mata kuliah baik itu di sekolah maupun di perkampusan yang khusus membahas tentang pengetahuan Sejarah Aceh, mungkin hanya secara garis besar saja yang dibahas sehingga mereka banyak tidak mengetahui secara mendalam.
Jika kita lihat di kalangan akademisi, terutama yang di Banda Aceh jika diketengahkan sejarah Aceh cenderung dipandang sebagai romantisme sejarah. Mereka beranggapan bahwa sejarah kegemilangan Aceh adalah sesuatu yang tabu bahkan memalukan. Sebab kondisi Aceh yang sekarang ini sama sekali menunjukkan perbedaan dengan zaman kegemilangan Aceh. Tapi sebenarnya mendalami sejarah bukanlah sebagai romantisme melainkan sebagai sebuah subjek ilmu pengetahuan, dan romatisme sejarah adalah suatu hal yang tidak dapat di pertanggungjawabkan.
Berbicara tentang sejarah Aceh dapat kita lihat bahwa pada prisipnya adalah kita tidak hanya melihat kebelakang bagaimana besarnya peran Aceh terhadap banyak negara, karena pada zaman dulu Aceh direkam dengan karya hikayat, dan ini menjadi tugas kita sebagai masyarakat Aceh untuk menggali lagi aspek-aspek yang ada di dalam karya-karya hikayat tersebut. melainkan kita juga harus melihat masa sekarang dan masa yang akan datang di Aceh.
Sudah tidak asing lagi bagi kita bahwa sejarah Aceh dikaitkan dengan sejarah Melayu ataupun Sejarah Kebudayaan Islam. Hubungan sejarah Aceh terhadap Melayu terkadang mempebesar identitas jati diri Melayu. Sedangkan hubungan sejarah Aceh dengan Sejarah Kebudayaan Islam di Nusantara mengantarkan hubungan Aceh bagian dari ekspansi Islam di Nusantara. Jika kita lihat dari kajian Acehnologi, sebenarnya sejarah Aceh merupakan titik keberangkatan untuk menulis khazanah dan mozaik Peradaban Aceh yang terhampar dari Barat hingga ke Timur (Jawa), Melayu, Bangkong, dan Singapore. Sejarah Aceh kajiannya tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan melainkan juga menjadi wajah Peradaban Asia Tenggara secara keseluruhan. Dengan demikian sejarah Aceh memiliki kajian yang tidaklah sempit.
Pada bab ini juga ada dipaparkan upaya untuk mengali sejarah Aceh yaitu dengan cara memperkokoh identitas dan jati diri masyarakat Aceh. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melalui pemerhatian sejarah sebagai kesadaran diri (Self awareness). Dengan adanya kesadaran yang melekat pada pemahaman Sejarah Aceh jadinya sering dihadapkan dengan sejarah Nasional. Masksudnya itu, ketika Aceh tidak pernah dirujuk sebagai sejarah Nasional, pada gilirannya akan menjadi Sejarah Aceh sebagai bentuk kesadaran dan identitas untuk melawan Sejarah Nasional. Untuk bisa memahami sejarah Aceh maka Aceh dibutuhkanya penulis untuk mengulang menulis kembali sejarah Aceh pada masa sekarang ini dan bisa menjadi ilmu bagi generasi-generasi muda agar tidak melupakan sejarah Aceh dan dapat memahaminya.
Jadi dari pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa tugas Acehnologi dalam membangun dasar ilmu sejarah Aceh tidaklah mudah. Hanya segini yang dapat saya paparkan mengenai Sejarah Aceh, semoga ada manfaatnya.