Inilah kisahku.
Inilah cerita kisah nyata hidup saya yang pernah saya alami pada saat kampung halaman kelahiran saya dimana saya dibesarkan lenyap diterjang dan dihancurkan oleh bencana alam gelombang "tsunami"
Saya tinggal di kajhu , Aceh Besar yang bertempat tinggal di pinggiran laut.
Pada hari itu hari minggu tanggal 26 Desember 2014 , umur saya masih 18 tahun dan saya masih seorang pelajar yang duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).
Saya anak pertama dari lima bersaudara laki-laki.
Pada hari minggu tanggal 26 Desember 2018 saya dan keluarga bangun pagi sekali hanya untuk berpergian ke kediaman keluarga sanak saudara yang sedang mengadakan acara pesta pernikahan pada saat itu yang berjarak agak sedikit jauh dari tempat tinggal saya.
Semua keluarga telah bersiap untuk segera bergegas pergi dengan menaiki sebuah mobil pickup , sebelum kami berpergian seluruh warga desa di goncangkan dengan gempa bumi yang sangat dahsyat.
Spontan seluruh warga desa berteriak dan terkejut dan semua membaca doa untuk semua keselamatannya.
Pada hari itu pada saat gempa bumi melanda saya terus melihat keadaan seluruh keluarga saya.
saya juga terkejut melihat burung-burung berterbangan , binatang berlarian semua tanpa arah dan mobil-mobil berayunan mengikuti tanah yang bergoyang kencang.
Perasaan saya semakin takut dan yakin bahwa ini merupakan sebuah tanda dari Yang Maha Tingi Allah SWT.
Setelah 3 menit lamanya gempa bumi bergoyang akhirnya mulai reda dan hilang, Alhamdulillah seluruh warga desa mengucapkan rasa syukur.
Setelah gempa bumi berhenti saya dan keluarga kembali menaiki mobil untuk menuju kembali ke kediaman keluarga sanak saudara tersebut.
Ayah, ibu , adik-adik saya menaiki mobil yang dibawakan oleh teman ayah srbagai supir dan kami pun berjalan meninggalkan desa dengan menaiki mobil.
Setengah perjalanan saya dan keluarga kembali di uji kesabaran dengan adanya warga desa lain yang berlarian dan memberhentikan mobil yang kami jalani tersebut.
Ayah saya bertanya kepada warga desa tersebut.
Percakapan singkat :
Ayah ; Ada apa ini ??
Warga desa ; air laut telah naik , mari kita pergi jauh dari sini .
Ayah ; baik , ayo naik mobil ini
Warga desa ; ayo cepat berangkat...kalau tidak semua kita akan meninggal disini.
Pada saat hari itu ayah saya mulai panik dan bermusyawarah dengan supir mobil agar segera pergi jauh kemanapun sampainya.
Mobil yang kami tumpangi dan warga desa tersebut hanya mampu berlari 35 meter dari lokasi pemberhentian terakhir.
Sudah terlebih dahulu dihadang oleh gelombang air yang besar dan seluruh kendaraan baik mobil, honda , sepeda dan pejalan kaki telah berkumpul ramai sehinga jalanan macet tak ada jalan keluar.
Saya turun dan melihat banyak sekali kendaraan yang bertabrakan , manusia yang bertabrakan dan meninggal dijalan besar.
Saat itu seluruh manusia ketakutan dan berlarian tanpa tau arah .
Seluruh manusia berkumpul seperti semut kecil di dunia.
Seiring waktu berjalan 5 menit setelah saya turun dari mobil tersebut saya melihat gelombang air yang sangat besar berwarna hitam dan sangat tinggi yang berkisar ketinggiannya mencapai 40 meter dari atas kepala saya , saya tidak pernah melihat itu seumur hidup saya.
Perasaan saya mengatakan mungkin inilah akhir dari segala dunia (hari kiamat).
Saya melihat manusia, rumah , mobil dan pohon-pohon di terjang dan digulung bagaikan roti oleh gelombang besar tersebut.
Saya memegangi erat adik saya yang paling bungsu dan menutup mata menunggu diterjang oleh gelombang besar.
Pikiran sudah buntu , tak punya arah dan tak ada jalan untuk berlari.
Hanya doa yang selalu terbaca dalam mulut dan hati saat itu.
Seluruh warga desa dan bangunan di terjang oleh gelombang besar.
Saya terpukul ke dasar bawah air oleh gelombang namun saya masih sadar akan hidup saya dan kembali mengapung ke atas permukaan air dengan mata terbuka dan masih hidup.
Akan tetapi saya kehilangan adik bungsu saya akibat diterjang oleh gelombang besar tersebut. Saya terus dibawa arus melewati semua sampah-sampah, pohon , bangunan dan manusia-manusia yang telah tiada bernyawa.
Sampai saat saya berhenti di atas sebuah pohon besar, Saya pun ternyata tak sendiri di pohon tersebut banyak warga desa yang selamat dan berteduh di pohon besar tersebut.
Setelah 30 menit lamanya saya dan warga desa berenang mencari daratan yang masih utuh dan meminta bantuan, karena kami tak mampu lagi bertahan di saat kondisi seperti ini.
Dalam ingatan saya hanya orang tua dan adik-adik saya yang masih hilang tak terlihat lagi wajahnya.
Setelah menapaki daratan saya dan warga desa yang selamat langsung diberikan bantuan oleh relawan , anggota TNI dan masyarakat lainnya. Kami di bawa ke tempat pengugsian sementara yaitu di Masjid .
Setelah sampai di Masjid saya berisitirahat dan menangis tanpa keluarga seorangpun.
Seluruh masyarakat pun berada disana.
Sekejap mata memandang hanya orang sakit , orang meninggal dan orang menangis .
Saya harus tetap kuat dan sabar menghadapi semuanya.
Sejauh mata memandang ke kiri dan ke kanan dan berjalan jalan akhirnya saya menemukan kembali kedua orang tua saya . ayah dan ibu saya selamat dari bencana alam tersebut.
Alhamdulillah mengucap rasa syukur orang tua dan saya masih diberikan umur panjang oleh Yang Maha Esa dan Tinggi Allah SWT.
Setelah 1 hari berlalu saya dan orang tua pun kembali menemukan adik-adik saya, namun hanya seorang adik saya yang keempat dari lima bersaudara yang tak terlihat sampai sebulan berlalu dan bertahun dan sampai sekarang tidak terlihat lagi.
Saya dan orang tua pun telah ikhlas bila emang adik kecil saya yang hilang di terjang gelombang besar tersebut sudah meninggal setelah sekian lamanya pencarian yang telah bertahun-tahun.
Sekarang saya dan keluarga saya kembali membangun rumah yang baru , keluarga yang baru , dan jiwa yang baru agar lebih baik lagi.
Diberikan Umur panjang untuk menjadi Hamba yang baik dan Taat kepada sang pencipta.
Seluruh desa dibangun kembali oleh pemerintah dan bantuan dari negara-negara lainnya.
Seluruh warga masyarakat kembali hidup normal seperti dahulu kala.
Hanya saja banyak bagian keluarga semua masyarakat yang hilang.
Peristiwa bencana itu disebut Tsunami.
Berasal dari kata bahasa jepang.
26 Desember 2018.
Peristiwa bencana alam tersebut bencana alam terbesar yang ada di daerah Aceh dan terbesar yang pernah ada di dunia.
Seluruh masyarakat aceh tidak akan pernah melupakan sejarah gelombang tsunami tersebut.
Begitu juga dengan saya menjadi sejarah kisah hidup saya yang seumur hidup saya tak akan pernah bisa saya lupakan.
Sumber foto ;
http://kaki-5news.blogspot.com/2012/12/gempa-bumi-dan-tsunami-aceh-kisah-kelam.html?m=1
Thanks Follow me and Upvote me @wil7even .
Very Happy to share storiest ini steemit
Thank you for good advice, you're a good person