Tentang Partikel Tiga Serangkai (-lah, -kah, dan -tah)
Dear steemians.
Setelah membahas tentang partikel dan kata penghubung "pun" pada postingan sebelumnya, kali ini kita bahas tentang partikel yang layak disebut dengan "partikel tiga serangkai", yakni -lah, -kah, dan -tah.
Kluster partikel ini memang sangat khas, ketiganya harus ditulis serangkai (gabung) dengan kata yang mendahuluinya. Jadi, penggunaannya tak bakal membingungkan seperti halnya penggunaan "pun" yang ada kalanya digabung dan ada kalanya dipisah. Saat menjadi partikel pun ditulis pisah, tapi saat menjadi unsur kata penghubung ia justru ditulis serangkai.
FOTO: POKJA BUNDA BACA. Biasakan anak membaca dan tertib bahasa sejak usia dini.
Lalu, apa perlunya tiga partikel ini kita bahas lagi kalau ternyata cara penulisannya sudah sangat jelas dan baku?
Tetap masih ada yang pantas kita ulas. Kita fokuskan pembahasan ini ke hal-hal berikut, kapan seharusnya -lah, -kah, dan -tah dipakai? Apa fungsinya? Lalu, apa beda utamanya dengan partikel pun?
Nah, di antara empat partikel itu, hanya pun yang memiliki peran ganda. Selain sebagai partikel, ia juga merupakan unsur kata penghubung.
Dalam kalimat berikut, Apa pun yang dihadapinya, dia tetap tenang dan tegar, pun di sini berfungsi sebagai partikel. Demikian pula pada kalimat: Siapa pun yang melihatnya bakal jatuh hati.
Tapi saat partikel pun ditulis serangkai dalam tiga contoh berikut ini, menandakan ia berfungsi sebagai unsur kata penghubung:
- Meskipun sangat sibuk, Irma masih sempat menulis buku.
- Adapun sebab-sebab kebakaran itu masih diselidiki polisi.
- Amir tetap mampu menahan amarah walaupun dimaki-maki tetangganya.
Nah, sekarang kita beralih ke partikel "tiga serangkai" yang menjadi fokus utama tulisan ini.
Pertama, partikel -lah. Partikel ini merupakan bentuk terikat yang digunakan untuk menekankan makna kata yang di depannya. Contohnya:
1.Ingatlah nasihat kedua orang tuamu.
- Kalau lelah, istirahatlah.
- Sadarlah dunia ini fana, tidak untuk selamanya.
Selain berfungsi sebagai partikel, lah juga berkedudukan sebagai adverbia, kata yang memberikan keterangan pada verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), nomina predikatif, atau kalimat. Misalnya tidak, lebih, sangat.
lah sebagai adverbia sebetulnya merupakan kependekan dari kata telah. Contohnya:
- Hari lah larut senja.
- Beta lah pasrah. Apa yang terjadi, ya terjadilah.
Ada yang khas dalam penulisan lah ini di
KBBI V. Meski lah merupakan kependekan dari kata telah, tapi penulisannya tidak menggunakan tanda apostrof atau tanda penyingkat ('), sebagaimana penulisan kata lain, misalnya s'lalu, Eksponen '66, Angkatan '98, atau dalam kalimat: Dia 'kan kutemui besok.
Sebagaimana kita ketahui, tanda apostrof dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu. Dengan demikian, bentuk utuh dari empat kata berapostrof di atas adalah selalu, 1966, 1998, dan akan. Namun, ketentuan itu--berdasarkan petunjuk KBBI V--tidak berlaku untuk kata lah.
Terakhir, lah juga berkedudukan sebagai kata seru, bagian dari bahasa ragam cakap. Secara etimologi, kata ini berasal dari bahasa Jawa, lha, seperti halnya lho. Saat diserap menjadi bahasa kamus, lha dituliskan dengan lah, sedangkan lho menjadi lo.
lah sebagai kata seru berfungsi untuk memberi tekanan atau menyungguhkan. Misalnya, "Lah, itu dia orang yang saya ceritakan tadi. Tak disangka dia begitu cepat sampai ke sini," kata Dira sambil menunjuk ke arah seseorang yang baru memarkirkan sepedanya.
Berikutnya, kita bahas tentang -kah. Partikel yang satu ini merupakan bentuk terikat untuk mengukuhkan pertanyaan.
Contohnya:
- Apakah salah kalau saya tak mengikuti ajakannya mencuri?
- Siapakah yang melihat langsung peristiwa jatuhnya meteorit tadi malam?
- Setelah kukecewakan, akankah ia memaafkanku?
Selain untuk mengukuhkan pertanyaan, kah yang berkedudukan sebagai bentuk terikat juga digunakan untuk memperhalus pertanyaan.
Contohnya:
- Sudikah engkau menjadi pendampingku?
- Relakah Bapak mewakafkan 3 meter tanah ini untuk pembangunan masjid?
- Saya tahu salah, maukah adik memaafkan abang?
Selain itu, kah sebagai bentuk terikat biasanya ditambahkan pada kata tanya apa, siapa, berapa, kapan, mana, di mana, mengapa, dan bagaimana.
Contohnya:
- Berapakah tinggimu?
- Di manakah kamu berada saat api melahap rumahmu tadi malam?
- Oh Tuhan, kapankah penderitaan ini akan berakhir?
- Apakah adikmu juga sudah punya akun Steemit?
- Bagaimanakah akhirnya kisah cinta Romeo dan Juliet?
- Mengapakah kamu tak pernah jujur kepadaku?
Pelatihan literasi FAMe di Calang, Aceh Jaya.
Pembaca yang budiman, bagian terakhir dari pembahasan ini adalah partikel -tah-. Partikel yang satu ini jarang sekali dipakai dalam teks maupun percakapan kekinian. Partikel ini khasnya percapakan klasik atau masih ditemukan dalam naskah-naskah lama sehingga ia digolongkan pronomina arkais.
Untuk saat ini, kalaupun masih ada yang menggunakannya dalam ragam lisan atau tulis biasanya digunakan saat bertanya kepada diri sendiri. Contohnya:
- Apatah salahku sehingga aku dia tinggalkan?
- Kalau bunga di taman tak cuma sekuntum, apatah pantas beta bersedih hati?
- Apatah dia akan kumaafkan untuk ketiga kalinya?
- Apatah layak tulisan panjang ini kubaca terus?
Ayo, kalau begitu kita sudahi sampai di sini. Wasalam.
Banda Aceh, 22 Juni 2018
Saleuem,
YD
Pembina FAMe dan Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia
Mantap , jadikan Bahasa Indonesia tuan rumah di negeri sendiri, jangan campur aduk antara Bahasa Kita dangan Bahasa Luar sehingga membingungkan orang lain
bahasa luar itu dimana kita belajarnya pak?
atau sekalian bahasa ular... hahahhahahhaa
Sikap yang tegas dan baik, Bung Mentari Hari Ini alias @suntoday. Bersama kita kawal bahasa penghubung, pemersatu, dan bahasa resmi negara kita ini. Bersama kita bisa!
You are doing a great job.
Million thanks @steem0 for your quick response.
Regards
Penggunaan partikel ini dlm berbahasa Indonesia seringkali kita gunakan baik secara lisan maupun tulisan, jadi gampang tuk memperbaiki yg salah setelah mbaca tulisan bpk. Tapi jujur pak, penggunaan "lah" yg merupakan singkatan dr "telah" dan ditulis tanpa apostrop, ini saya baru tahu..hehehehe..thanks for information pak @yarmendinamika.
Terima kasih @city29, sudah membaca tuntas postingan saya dan mengaku dapat info berguna daripadanya. Tugas kita sebagai ulil albab adalah terus belajar dan mengkaji secara mendalam. Jika mendapatkan sesuatu sebagai pengetahuan baru, harap jangan malas berbagi. Tak akan miskin orang yang bersedekah, tak akan bangkrut orang yang berbagi ilmu. Saleuem.
Siap berbagi, pak. Insyaallah.
Sayang rasanya jika serial tulisan 'Tertiblah Berbahasa Indonesia' terlewatkan begitu saja.
Kalau sayang, jangan sampai pernah lewat membacanya Bung @mustafa04. Masih akan ada beberapa lanjutan tulisannya. Insyaallah.