Konsep Ekonomi Aceh "Mawah"

in #indonesia7 years ago (edited)

Aceh pernah menjadi negeri yang makmur, Mawah adalah salah satu konsep ekonomi Aceh. Apa mungkin Mawah bertahan dan di hidupkan kembali untuk menjadi salah satu pendorong tumbuhnya ekonomi masyarakat Aceh..??

Mawah2.jpg

Klaim Aceh sebagai negeri yang pernah makmur tentu menjadi benar manakala Aceh memiliki sistem ekonomi yang saling menguntungkan. Aceh tidak mungkin makmur manakala antara pemodal dan pengguna modal terjadi hubungan yang menindas, sebagaimana pada sistem ekonomi sekarang ini.

Saat ini banyak daerah yang maju. Indikator kemajuan bisa dilihat dari infrastruktur yang megah. Tapi, bila ditelusuri lebih jauh, ternyata gedung yang megah, jalan yang lebar dan kokoh hanya untuk menopang ekonomi pemilik modal. Kaum pinggiran atau rakyat biasa terus menjadi rakyat yang terjepit oleh kemajuan milik pemodal.

Aceh sepertinya tidaklah demikian. Semoga rintisan pembangunan Aceh tidak mengarah pada hadirnya ketimpangan ekonomi yang mencolok, antara sikaya dan simiskin. Semua rakyat Aceh harus mendapat keuntungan dari konsep ekonomi sebagaimana yang pernah di praktekan masyarakat Aceh di masa lalu, yaitu Mawah.

Mawah merupakan kegiatan ekonomi yang didasarkan pada semangat saling tolong menolong. Orang yang berpunya (pemodal)saling berbagi hasil dengan si pengelola modal. Dengan kata lain, pemilik aset menyerahkan hak pengelolaan asetnya untuk dikelola orang yang dipercaya sesuai dengan hasil yang disepakati.

Mawah adalah konsep ekonomi yang dulu diterapkan di sektor pertanian dan peternakkan . Jadi tidak heran jika Aceh menjadi negeri yang kaya dengan hasil tani dan ternaknya. Dilihat dari banyaknya kegiatan khanduri di Aceh bisa menjadi bukti bahwa konsep ekonomi mawah sangat populer dipraktekan oleh masyarakat Aceh.

Bagi hasil dalam mawah juga berdasarkan pada kesepakatan serta sama sekali bebas dari tekanan. Pemilik aset tidak boleh menekan pihak yang diberi hak untuk mengelola aset. Begitu juga milik aset. Kedua pihak yang bersepakat sepenuhnya bertolak dari spirit mencari keuntungan bersama secara halal.

Dalam bidang pertanian misalnya, jika pengelola menanggung segala macam biaya atas lahan pemilik aset, maka bagi hasil untuk sipengelola bisa 2/3 dan 1/3 untuk pemilik lahan. Jika lahan yang digarap jauh dari perkampungan, maka bagi hasilnya bisa satu bagian untuk pemilik lahan serta tiga bagian untuk penggarap lahan.
sawah.jpg

Dalam bidang peternakan, praktek bagi hasil berupa hasil bersih, yaitu harga jual ternak sudah dipelihara sekian waktu dikurangai harga dasar saat ternak di serahkan. Jika hewan muda serta belum beranak maka satu bagian untuk pemodal satu bagian untuk pemelihara. Jika hewan sudah ada anak, maka nilai jual anak ternak.
sapi_ternak.jpg

Sistem mawah juga dipraktekan di sektor perikanan, khusunya laut. Pada pukat tarek tidak semua hasil tangkapan dijual, sebagiannya dibagi kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan tarek pukat. Jika ikan didapat 10 keranjang, maka dua keranjang dibagi untuk semua penarik pukat yang terdiri dari pawang (10%), pekerja (40%), dan penarik dari anggota masyarakat (50%). Sisanya (80%) oleh pawang dijual ke awak mugee (agen) untuk kemudian diserahkan kepada pemilik modal dengan hasil yang telah disepakati.

Berbeda dengan perahu kecil. Hasil tangkapan ikan diambil secukupnya untuk keperluan keluarga. Selebihnya hasil tangkapan dijual oleh toke bangku yang berfungsi sebagai broker. Dari hasil penjualan toke bangku mendapat 10%, 2,5% untuk sumbangan tempat ibadah (berfungsi zakat), 30% untuk biaya operasional. Sisanya 57,5% dibagi tiga bagian serta diserahkan kepada pawang untuk dibagi kepada pemilik boat sepertiga bagian. Pawang dan awak kapal sepertiga bagian, serta sepertiga bagian lagi untuk penjaga.

tarek-pukat.jpg
Dalam praktek mawah tidak selalu berakhir dengan bagi hasil. Tidak jarang pemilik modal menyerahkan asetnya untuk dikelola semata untuk menolong anggota masyarakat. Inilah kunci mengapa ekonomi Aceh dahulu tumbuh dengan baik. Apakah mawah berakhir pada bagi hasil ataupun tidak semua berakhir pada hidupnya ekonomi Aceh. Lahan - lahan tidak menjadi lahan tidur yang menganggur, ternak - ternak tidak menjadi kurus karena tidak terurus, dan laut tidak sekedar samudera yang bergelombang.

Jadi, sangat pantas jika Aceh banyak kegiatan khanduri yang sangat akrab dengan "makan - makan" karena memang semua anggota memiliki pendapatan, serta khanduri sebagai wujud rasa syukur atas limpahan rizeki, dan khanduri juga menjadi sarana untuk saling memperkuat silaturrahmi yang terbangun atas landasan tolong menolong saling menguntungkan.
Steemit Indonesia.jpg
9TEHMkUC.gif

Sort:  

Hy, please voteback my new post. Thanks :)

Assalamualaikum bg yayan. Apakah anda mau join dengan saya untuk membuat upvote otomatis

Waalaikum salam...gimana caranya @acehgroub..??