Bagaimana Bentuk Anjungan Pidie Itu?

in #indonesia6 years ago (edited)

b1147992-b6f4-4dca-9676-1d30dd0d9cc3.jpg
Anjungan Pidie yang sedang dibangun

Tumpukan tanah dan kayu berserakan di depan anjungan berkerangka baja, milik Kabupaten Pidie. Bangunan itu baru 40% didirikan setelah bangunan sebelumnya dihancurkan. Hanya baru ada tiang-tiang dan kerangka bangunan, sebagai calon Anjungan Pidie yang akan ditampilkan di Pekan Kabudayaan Aceh (PKA) pada bulan Agustus nanti.

Namun sekarang, bangunan itu dibiarkan begitu saja tanpa dikerjakan lagi oleh pekerjanya. Menurut informasi yang kuterima dari pekerja yang sedang merenovasi anjungan di sebelahnya, yaitu Anjung Kabupaten Bireun bahwa pekerja yang membuat Anjung Pidie tidak bekerja lagi lantaran kontrak proyek mereka sudah habis.

Bangunan yang dikerjakan oleh para tukang luar dari Pulau Jawa itu, sudah dua bulan lalu meninggalkan anjungan tersebut. Jadi, bangunan itu akan dikerjakan lagi bila tender proyek tersebut sudah didapatkan oleh kontraktor berikutnya. Begitulah sekilas informasi yang kudapat dari pekerja yang membuat Anjungan Bireun.

Padahal PKA hanya tinggal beberapa bulan lagi, sedangkan Anjungan Pidie belum tahu seperti apa wujudnya nanti. Aku pun juga kesulitan untuk mencari informasi bagaimana desain anjungan Pidie yang baru.

e780ce44-0839-4da0-aee1-77ce99f6ed6e.jpg
Tiang-tiang dari semen yang menjadi dasar bangunan Anjungan Pidie

Pengumpulan tulisan tentang 23 profil anjungan PKA yang ada di Kompleks Taman Ratu Safiatuddin (Tarasa) Banda Aceh, harusnya sudah terkumpul sejak pertengahan April lalu. Aku yang kebagian menulis profil Anjungan Pidie, tentu belum bisa menyelesaikan tulisan ini lantaran anjungannya belum siap.

Anjungan Sebelumnya

Pada bulan Oktober 2017 lalu, aku pernah berkunjung kemari untuk melihat kondisi Anjungan Pidie. Waktu itu masih anjungan lama yang kondisinya cukup memprihatinkan. Tidak ada apa-apa di dalam anjungan ini, atapnya bolong, serbuk kayu berserakan di atas lantai keramik, pintu dan jendelanya tidak ada lagi sehingga memudahkan kita masuk ke dalamnya.

IMG-20180422-WA0004.jpg
Bagian dalam Anjungan Pidie yang lama

Tak ada pun orang yang menjaga anjungan ini, seperti tidak berpemilik. Anjungan dari daerah yang dipimpin oleh Bupati Abu Syik ini, bagai hidup segan mati tak mau. Yang menjadi pertanda bahwa anjungan ini milik Kabupaten Pidie ialah karena ada keterangan di depannya bertuliskan Anjungan Pidie.

Sekilas dari yang aku lihat, anjungan ini tidak mirip dengan rumoh Aceh pada umumnya. Rumoh Aceh yang biasanya berbahan dasar kayu dan berbentuk rumah panggung tidak terlihat dari bangunan Anjungan Pidie yang berdinding semen dan berlantaikan keramik. Padahal setahuku Pidie sangat kental dengan ke-Acehannya.

Yang menjadi daya tarikku dari bangunan ini ialah ukiran pintu angin yang berada di depan pintu masuk anjungan. Di situ tertulis “Pang Ulee Beut Ibadat Pang Ulee Hareukat Meugoe” (Sebaik-baik perbuatan adalah ibadah. Sebaik-baik mencari nafkah adalah bertani).

IMG-20180422-WA0006.jpg
Anjungan Pidie sebelumnya

Aku pun mengambil foto setiap bagian dari bangunan tersebut untuk mencari makna dan filosofi dari Anjungan Pidie. Selama itu pula aku mencari informasi tentang cerita di balik Anjungan Pidie, baik itu dalam literatur yang tertulis, maupun bertanya kepada orang-orang Pidie. Sayangnya informasi yang kuinginkan belum ketemu, karena tidak ada orang yang tahu apa filosofi dari Anjungan Pidie tersebut.

Anjungan Pidie Sebenarnya

Pada bulan Maret 2018 lalu, aku pergi ke Pidie untuk melihat bagaimana rumah adat Pidie sebenarnya. Aku dibawa oleh @akbarsafs salah seorang teman di Pidie, ke rumah adat Pidie milik Teuku Raja Husein di Meunasah Neulop Reubee, Pidie.

Rumah tersebut sangat jauh berbeda dengan anjungan yang ada di Tarasa. Rumah itu berbentuk rumah panggung seperti rumoh Aceh pada umumnya, hanya saja yang membedakannya ialah ada ruangan yang lebih rendah di depannya, berada di kaki tangga disebut sebagai anjungan.

P_20180319_162815.jpg
Rumah Teuku Raja Husein di Meunasah Neulop Reubee, Pidie.

Fungsi dari ruangan itu ialah sebagai tempat tamu menunggu sebelum tuan rumah turun dan mempersilakan tamu itu masuk ke rumah. Begitulah sekilas penjelasan dari salah satu cicit keturunan Teuku Raja Husein. Desain rumah seperti ini hanya untuk kaum bangsawan, ulee balang, atau camat pada masa itu. Sedangkan rumah masyarakat biasa seperti rumoh Aceh pada umumnya.

Di rumah tersebut juga terdapat ukiran khas bergaya Turki dan Belanda. Salah satu keturunan dari pemilik rumah ini yang bernama Irza, menjelaskan beberapa makna yang membentuk arsitektur bangunan itu. Namun, ketika aku perlihatkan foto Anjungan Pidie yang terdapat di Tarasa dia kebingungan untuk menjelaskannya, karena memeng tidak sama bentuk struktur bangunannya.

Kemudian aku juga melihat beberapa rumah masyarakat yang ada di perkampungan Pidie, masih menggunakan rumah panggung berbahan dasar kayu. Sedangkan rumah seperti Teuku Raja Husein hanya ada beberapa saja yang berbentuk seperti itu.

GAMPONG BLANG.jpg
Rumoh Aceh khas Pidie di Gampong Blang. Sumber

Ketika aku kembali ke Banda Aceh dan melihat struktur bangunan baru Anjungan Pidie yang terbuat dari rangka baja, tidak ada sedikit pun yang menggambarkan rumah adat khas Pidie. Aku tidak tahu bagaimana nantinya setelah anjungan itu selesai dibangun.

Yang kubutuhkan sekarang ialah informan yang bisa aku wawancarai tentang bentuk anjungan Pidie itu nantinya, sehingga aku bisa menuliskan filosofinya.

Bagi pembaca dan teman-teman steemian yang mengetahui desain Anjungan Pidie atau mungkin ada yang kenal kontraktor/desainer pembuat Anjungan Pidie, mohon informasi kontaknya supaya aku bisa menghubunginya.

1511268492211.jpg
Adakah yang mengetahui tentang filosofi Anjungan Pidie yang baru?

Sort:  

Lebih mirip rumoh santeuet kayaknya ya

Hahaha, gimana emang rupanya rumoh santeuet itu?

Yell, seperti yang pernah kubilang sebelumnya, anjungan itu tidak harus berupa rumah adat dan bukan berarti rumah adat, anjungan adalah bangunan yang dibuat untuk kebutuhan pameran. Soal banyak kabupaten kota yang membuat serupa dengan rumah adat daerahnya itu lain cerita.

Iya kak, nah anjungan Pidienya belum siap, gimana mau mendeskripsikan bentuknya?

Di dalam tulisan itu yell buat sub judul 'anjungan pidie yang sebenarnya', menurut hematku itu kurang tepat, sebab itu rumah adat Aceh. Perihal rumah adat itu punya anjungan di bagian depan untuk menerima tamu, tidak bisa diklaim bahwa itulah model anjungan pidie yang standar.

Tinjauan lapangan kan seperti itu kak.

Semoga akan lebih baik, memang sudah salah dari awal😃

Iya kak. Kalau tahu siapa perancang bangunan Anjungan Pidie yang baru, mohon kasih kabar ya kak.

Aku kira pidie baiq mba. Hehehe 😁😁
Tulisannya keren mba, upvote yaa 😄

Hehehe, kan bukan dia yang membuat Anjungan itu, tapi dia membuat sosok Dilan 😁