Lima tahun sudah aku tinggal di Ibu Kota Aceh yaitu Banda Aceh atau biasa disebut sebagai kuta Radja. Namun, belum sekali pun aku berkeliling menikmati keindahan kota ini dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah.
Termasuk bangunan putih yang berada di tengah kota yang disebut-sebut sebagai pemberian Sultan Iskandar Muda kepada istrinya Putro Phang. Bangunan putih yang disebut Gunongan itu selalu membuatku penasaran untuk memasukinya. Sayangnya tidak ada teman yang bisa kuajak untuk mengelilingi Kuta Radja.
Aku hanya tahu di sekitaran Darussalam yang merupakan daerah tempat tinggalku karena aku kuliah di sana. Untuk daerah kota, aku jarang sekali jalan-jalan, sehingga banyak tempat yang belum kutahu lokasinya.
Nasib baik aku berjumpa dengan dia. Saat aku mengatakan belum pernah keliling Kuta Radja, dia pun mengajakku dan bersedia menjadi guideku. Entah kenapa aku mau saja diajak olehnya, padahal sebelumnya aku tidak pernah pergi berduaan dengan seorang laki-laki, apalagi boncengan menggunakan satu motor. Kecuali dengan Alul sahabatku, itu pun perginya ramai-ramai bersama teman-teman sekelasku.
Aku merasa nyaman dengan pemuda yang baru kukenal itu. Selain ramah dan sopan, dia juga teman yang asyik untuk diajak diskusi tentang sejarah Aceh. Dia juga banyak tahu tentang hal itu, sehingga menambah pengetahuanku pada kota yang pernah menjadi pusat kerajaan Aceh.
Tujuan pertama kami adalah kompleks Gunongan yang merupakan bangunan putih berbentuk lingkaran berundak-undak yang sering dikaitkan dengan kisah Sultan Iskandar Muda dengan Putroe Phang.
Saat memasuki kompleks ini, aku merasakan sensasi yang berbeda seperti terlempar di ratusan tahun silam. Sebelum menuju ke Gunongan, aku melihat beberapa peninggalan kerajaan Aceh seperti naskah kuno, uang logam dan emas, lukisan, senjata berupa siwah dan rencong serta banyak barang-barang lainnya berada di gedung kompleks yang dijadikan sebagai cagar budaya Aceh itu.
Tidak ada pengunjung lain yang datang ke situ, hanya kami berdua. Mungkin karena kami perginya di hari kerja dan di waktu pagi, sehingga tidak banyak pengunjung yang datang.
Kami diberi kunci Gunongan oleh penjaga kompleks dan mempersilakan kami untuk menaiki bangunan yang mempunyai ketinggian mencapai tujuh meter tersebut. Aku heran dengan sikap penjaga kompleks kenapa dia mengizinkan kami berdua masuk tanpa didampinginya. Padahal kami berdua belum mukhrim dan sangat pantang di Kuta Radja bila perempuan dan laki-laki berduan di tempat sepi.
Dia segera mengambil kunci Gunongan dan mengajakku masuk ke dalamnya. Aku sempat khawatir masuk karena di dalam Gunongan terdapat lorong sempit yang memungkinkan bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi tempat itu sepi dari pengunjung dan jarak gedung museum dengan Gunongan sedikit jauh.
Aku segera menepis pikiran buruk yang melintas di pikiranku. Aku percaya pemuda yang bersamaku ini adalah pemuda baik yang tidak berbuat seenaknya pada perempuan.
Dia membuka pintu Gunongan menggunakan kunci yang diberikan penjaga kompleks. Kami harus menunduk saat memasuki pintu yang ukuranya kurang dari dua meter itu. Di dalamnya terdapat lorong sempit dan sedikit gelap karena cahaya matahari terhalang masuk oleh badan Gunongan.
Setelah melewati lorong sempit itu, kami menaiki beberapa tapak anak tangga menuju bagian atas Gunongan. Dia berada di belakangku memastikan diriku bisa menaiki tangga tersebut.
"Hati-hati saat naik ya, jangan sampai tergelincir, ini sedikit gelap," ujarnya memperingatiku.
"Tenang saja, aku bisa kok," jawabku.
Baru empat buah anak tangga kulewati, kakiku terpeleset karena pijakanku terlalu ke tepi. Dia reflek menangkapku sehingga aku jatuh dalam dekapannya. Kejadian itu begitu cepat, kami pun merasa kikuk seperti berbunyi krik, krik atau sperti di film-film India yang kemudian terdengar lagu-lagu romantis.
Dia membantuku berdiri dan segera melepas pegangannya. "Maaf ya, aku hanya membantumu. Sudah kubilang hati-hati karena tangganya belum rata," ujarnya kepadaku.
Aku seperti anak bodoh, "aduh, kenapa harus ada terpeleset segala sih? Kampungan banget sih aku," kataku dalam hati.
Aku segera menaiki tangga dan menuju bagian atas Gunongan. Dari atas sini aku bisa melihat lalu lalang kendaraan bermotor, hijaunya pohon-pohon yang menutupi jalan, dan sungai Krueng Daroy yang melewati kompleks tersebut.
Aku begitu girang sampai di atas sini. Dia pun kembali mengingatkanku agar berhati-hati. Aku memintanya mengambil beberapa fotoku, selebihnya aku selfie dengan background Gunongan dan lanskap Kuta Radja.
Dia duduk terpisah jarak dua meter dariku. Sesekali sambil selfie aku melihatnya melalui layar kamera smartphone-ku. Dia terlihat begitu memperhatikanku, entah apa yang dipikirkannya sehingga dia begitu tertarik melihatku.
Saat aku menoleh kepadanya, dia segera melempar pandangannya ke tempat lain. Seakan dia sedang menikmati lalu-lalang kenderaan bermotor di depan kompleks itu. Aku pun mengajaknya selfie. Dia menolaknya.
"Jangalah, wajahku nggak indah di kamera," katanya mengelak.
"Nggak apa, ini sebagai kenangan untukku ditemani guide yang baik kayak kamu. Gratis lagi," godaku padanya.
Aku segera selfie dengannya dan inilah hasilnya.
Itulah pertama kalinya aku sampai ke puncak Gunongan setelah sekian tahun aku hanya bisa melihat-lihatnya saat melitas di jalan depan kompleks Gunongan. Tepatnya pada tahun 2015, aku pergi bersama dia keliling Kuta Raja. Itulah awal mulanya kita berjalan bersama, hanya berdua.
Next on Kita Berjalan Mengelilingi Kuta Radja (Taman Putroe Phang)
Congratulations @yellsaints24! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!