Ada sebuah negeri yang pernah dipuja seorang penyair, menurut penyair tersebut, negeri itu merupakan sempalan tanah syurga. Bayangkan, batu bisa jadi tanaman, kekayaan alamnya luar biasa bahkan kabarnya John F Kennedy (Presiden USA) ditembak karena bersekutu dengan negeri itu untuk melawan korporasi yang ingin kuasai sumber daya alamnya.
Kini, hutan negeri tersebut sudah mulai gundul. Pencukuran pohon-pohon dilakukan demi ambisi segelintir orang dan penduduk negeri tersebut mendapat imbalan berupa asap yang dapat menyebabkan sakit dan banjir kiriman yang merenggut harta bahkan nyawa.
Kalaupun hutan-hutan itu ditanami pohon, jenis pohon yang ditanam dapat merusak tanah dan menghabiskan air yang menyebabkan musim kemarau. Negeri tersebut tidak dipimpin Raja, setiap lima tahun gonta ganti pemimpin namun sama saja. Tampaknya ada negeri lain yang ingin menguasai bumi, air dan yang terkandung didalamnya melalui para elit negeri tersebut.
Angka-angka yang sering melelapkan seolah hanya bagian jualan politik. Demi citra dan masa depan elit semata, bangga bila ada angka yang turun, disebarkan melalui kaki tangan, suara, maupun lidah-lidah penjilatnya. Aneh memang tapi itulah kenyataan, kalau tongkat dan batu bisa jadi tanaman, mengapa beras impor?
Negeri yang mengklaim diri sebagai negeri demokrasi namun kritik bisa berakhir dipenjara. Para koruptor malah dipuja bahkan mendapat promosi jabatan. Kalaupun ada yang tertangkap itu tak mengurangi kuantitas para pelaku dan kualitas prilaku koruptif. Orang kaya dapat pengampunan pajak, si miskin telat bayar pajak kendaraan roda dua terpaksa libur seminggu bekerja. Syukur kalau tak ditangkap, kalau ditangkap bisa tak makan seminggu anak-anaknya.
Asing yang mengambil sumber daya alam, anak negeri mendapat penyakit. Asing mendapat dollar, anak negeri malah cacat akibat limbah. Asing gunduli hutan dan mendapat uang, anak negeri dapat asap dan melarat, bahkan banjir. Asing berbuat begitu pasti ada anak negeri yang membolehkan, mereka dapat apa ya?
Masih banyak kisah jenaka dinegeri berpenduduk 300 juta lebih itu, semoga bisa menuliskannya lagi
Smoga yg menyadari hal ini tidak ikut menyakiti bumi pertiwi.