Membaca merupakan sebuah cara untuk meluaskan pengetahuan seseorang. Dan sudah lazim pada hakikatnya kita mendengar 'membaca/buku adalah jendela dunia'. Nah dari sini jelas nyatanya pendidikan tidak bisa dilepaskan dari rutinitas membaca, maka dari itu perpustakaan jadilah sebagai wadah untuk memenuhi hajat membaca yang pada ujungnya akan mengantarkan seseorang kepada yang namanya jendela dunia.
Universitas Syiah Kuala yang menjadi Jantong Hate Rakyat Aceh mulai menyadari hal itu jauh-jauh hari, yaitu dengan lahirnya UPT Perpustakaan Unsyiah tahun 1970.
Indonesia pada umumnya dan Aceh pada khususnya masih mengantongi persentase kesadaran membaca yang rendah. Berdasarkan indeks nasional, tingkat minat membaca masyarakat Indonesia 0,01 %. Sedangkan indeks yang dikantongi negara maju rata-rata antara 0,45-0,62 %. Maka tidak heran ketika indeks sumber daya manusia (Human Development Index /HDI) di Indonesia juga rendah.
Perpus Unsyiah mulai meramu ramuan pemikat bagi mahasiswa supaya menarik minat untuk mengunjungi sekaligus pembaca di perpustakaan. Cara ampuh yang sedang ditempuh Pustaka Unsyiah adalah menjadikan pustaka bukan hanya sekedar pustaka, baik itu dalam bentuk suasana belajar yaitu fasilitas dan juga program-program yang sedang ditempuh. Yakni dengan menghilangkan identik momok tegang dan serius akan pustaka, sehingga dapat memikat pengunjung untuk berlama-lama membaca.
Ditinjau dari fasilitas dan pogram yang dijalankan, cukup banyak akan kemajuan yang sudah dimiliki Pustaka Unsyiah yang kadang jarang kita temui pada pustaka lainnya, sehingga standar mutu Internasional (ISO) pun berhasil di sabet Pustaka Unsyiah tahun 2008 resmi dengan pemberian sertifikat ISO 9001:2008 oleh PT TUV Rheindland Indonesia.
(Penyerahan sertifikat ISO 9001:2008 oleh PT TUV Rheindland Indonesia kepada kepala Pustaka Unsyiah)
Berbicara Kreatifitas Fasilitas.
Fasilitas pertama, penyediaan mushalla. Dengan demikian memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pengunjung dalam pelaksanaan ibadah shalat, mengingat Aceh merupakan daerah yang berlandaskan Syariat Islam dan dominannya mahasiswa unsyiah pun beragama Islam. Sehingga cita-cita Unsyiah menjadi kampus madani benar-benar sedang dirintis.
(Doc. Musalla dalam Pustaka Unsyiah)
Kedua, Ruang Baca Lesehan. Perpus yang identik dengan ketenangan dan keseriusan namun disulap dengan ala diskusi dengan teman kelompok. Canda tawa sesekali terdengar renyah di dalam ruang baca lesehan, mahasiswa dibenarkan untuk adu argumen pelajaran dengan suara nyaring didalam ruang kedap suara. Selain itu ruang ini juga menjadi zona bebas untuk duduk membaca layaknya didalam rumah sendiri. Hal ini merupakan sebuah inovasi untuk menarik mahasiswa menjadikan Pustaka Unsyiah menjadi rumah kedua mereka.
(Doc. Ruang Lesehan Pustaka Unsyiah)
Ketiga, Korea Corner dan India Corner. Inovasi ini sebuah wujud mengenalkan budaya negara lain kepada mahasiswa. Di Korea dan India Corner ini memajang berbagai media diantaranya:
● Buku khusus tentang negara Korea dan India
● Pakaian adat negara Korea dan India
● Alat musik trasional negara tersebut
● Lukisan/foto keindahan alam Korea dan India.
(Doc. India Corner)
Mahasiswa diperkenankan untuk kontak langsung dengan media-media diatas. Sehingga kesan mengunjungi Korea Corner dan India Corner layaknya bernostalgia kecil-kecilan ke kedua negara tersebut. Tidak sedikit pengunjung yang mengabadikan mereka menggenakan pakaian tradisi kedua negara itu dengan jepretan kamera. Hehe, Pustaka Unsyiah mengasyikkan memang.
(Doc. Korea Corner)
Keempat, Libri Cafe dan Library Kantin. Untuk menunjang konsumsi para pengunjung, Pustaka Unsyiah menyediakan fasilitas kantin didalamnya. Kantin yang berada tidak jauh dari check in ini memudahkan para pengunjung untuk membeli minuman dan makanan-makanan ringan untuk dikonsumsi sambil membaca. Hal tersebut sungguh sangat tepat demi terpenuhi nutri otak para pengunjung, sehingga kenyamanan membaca tidak terganggu oleh perut kosong. Memasukkan makanan kedalam perpustakaan juga tentunya harus mematuhi peraturan menjaga kebersihan baik itu tempat maupun terhadap buku bacaan.
(Doc. Library Kantin)
Library Kantin juga menyediakan jasa foto copy bagi para pengunjung yang membutuhkan. Bukan hanya makanan ringan saja, keperluan ATK pun ikut dalam rentetan produk yang dipasarkan oleh Library Kantin dengan harga terjangkau.
Tidak cukup sampai dikantin, Pustaka Unsyiah juga mencoba menghadirkan kafe didalam perpustakaan. Langka memang. Maka lahirlah Libri Cafe di Pustaka Unsyiah berkat kerja sama dengan Coffee Cho. Disini juga menyediakan beberapa macam kopi untuk dikonsumsi sesuai selera muda dan tua. Mahasiswa menjadikan perpus sebagai tempat tongkrongan mereka baik itu sebelum atau sesudah belajar di perpustakaan. Hal ini ditunjang dari desain kafe yang cukup menarik bagi kaum muda untuk tidak bosan-bosanya berlama-lama disitu. Kopi dari sini juga diperkenankan untuk dibawa masuk kedalam oleh pengunjung untuk diseruput sambil membaca atau mengerjakan tugas, yang tentunya kopi telah terkemas dengan gelas plastik bertutup rapi.
(Doc. Libri Cafe)
Kelima, Library Gift Shop. Tidak terbayang memang, shoping didalam perpustakaan. Nah shoping yang dimaksud disini adalah salah satu sudut lantai satu Pustaka Unsyiah yang disulap menjadi tempat penjualan souvenir berkhas Unsyiah, seperti misalkan baju bersablon Unsyiah, gelas, boneka dan pernak-pernik lainnya yang mengidentitaskan Universitas Jantong Hate Rakyat Aceh tersebut. Library Gift Shop ini tak jarang dikunjungi oleh para pengunjung terutama tamu-tamu dari luar Unsyiah untuk membeli atau hanya sekedar melihat-lihat saja. Menarik memang.
(Doc. Library Gift Shop)
Dan yang keenam, pelayanan WFI. Menyadari bahwa refererensi pelajaran tidak hanya cukup dari buku saja, maka Pustaka Unsyiah menyediakan pelayanan wfi gratis untuk para pengunjung. Sehingga pengunjung bisa dengan mudah mensearching dan browsing bahan tambahan di internet. Banyak kita melihat pengunjung di Pustaka Unsyiah berlama-lama dengan laptop mereka dengan keperluan masing-masing. Tidak cukup disitu saja, wfi id dalam bentuk berbayar kuota juga di sediakan untuk digunakan pengunjung secara personal. Untuk meningkatkan kecepatan internet, baru-baru ini tiap-tiap meja di fasilitasi kabel LAN untuk para pengguna laptop.
(Dok: Kabel LAN)
Berbicara Kreatifitas Program
Pertama, yaitu Pengadaan Pelayanan Tambahan. Pengunjung tidak harus khawatir karena tidak bisa mengunjungi Pustaka Unsyiah pada hari libur Sabtu, Minggu dan juga pada malam hari. Pustaka Unsyiah menyadari penggunjung pada umumnya adalah mahasiswa yang tiap harinya memiliki jadwal padat perkuliahan, sehingga untuk pengerjaan tugas kuliah harus dikejar pada malam hari atau pada hari libur Sabtu dan Minggu. Maka Pustaka Unsyiah menghadirkan jadwal pelayanan tambahan yaitu pada, Senin sampai Jum'at jam 17.00 sd 23.00, hari Sabtu jam 09.00 sd 18.30 dan hari Minggu pada jam 14.00 sd 18.30 WIB. Ini merupakan program memberikan kemudahan pelayanan bagi civitas Pustaka Unsyiah. Pelayanan tambahan ini mendapatkan sambutan positif dari pengunjung, hal itu dapat dilihat dari persentase pengunjung tahun 2015 yaitu berjumlah 51,583 (25.7 %), ditahun 2016 menjadi 85.406 (30.1%). Kenaikan rasio ditahun tersebut sebesar 4.4 %.
(Doc. Persentase Pengunjung Pustaka Unsyiah)
Kedua, yaitu Relax and Easy. Pogram ini merupakan pogram hiburan yang hanya seminggu sekali dapat dinikmati gratis di Pustaka Unsyiah yaitu tiap hari Rabu pukul 14.00 sd 14.30. Dalam acara ini mahasiswa dapat menunjukkan bakat kreatifitas seni mereka, mulai dari bernyanyi, musikalisasi puisi, pertunjukan sulap dan kreatifitas lainnya dengan panggung sederhana yang bertempat di lantai dua. Pengunjung yang terkadang jenuh dengan rutinitas kampus bisa menikmati hiburan yang disuguhkan gratis selama lebih kurang tiga puluh menit tersebut.
(Doc: Relax and Easy)
Ketiga, Harmoni Kampus. Pustaka Unsyiah mencoba bekerjasama dengan Pusat Seni Unsyiah untuk pelaksanaan program tersebut. Harmoni kampus disini berupa talkshow yang mencoba menerobos dari sisi kesenian dengan cara menyelipkan pemahaman mendidik, membangun dan memberi semangat dengan mengangkat hal-hal yang realistis dan apa yang sedang terjadi di kampus dan masyarakat. Langkahnya adalah dengan mempresentasikan seni sesuai dengan tema yang diangkat, misalkan "Peran mahasiswa dalam melestarikan kebudayaan Aceh" maka akan diisi oleh tarian Aceh dan lagu etnik Aceh yang disini dapat kesan menghibur dan mendidik.
Acara ini digelar selama satu bulan sekali dengan tema berbeda pula. Maka dari itu Pustaka Unsyiah bukan hanya mendidik dan memberikan wawasan dari segi bukunya saja akan tetapi juga dari segi hiburan untuk para pengunjungnya.
(Doc. Harmoni Kampus)
Keempat, Kelas Literasi Informasi. Kelas ini merupakan upaya untuk memberikan pelatihan secara gratis kepada mahasiswa, dosen dan juga karyawan di Universitas Syiah Kuala untuk mengetahui segala macam informasi yang dikelola oleh Pustaka Unsyiah. Informasi tersebut bisa dalam bentuk tercetak maupun digital baik itu off-line ataupun on-line. Kesemua informasi tersebut terangkum dalam uilis.unsyiah.ac.id, misal, E-Journal, E-Book, E-Theses dan lain-lain.
Kelas diadakan pada tiap hari Senin dan Kamis pukul 09.30 s/d 11.00 terbuka untuk seluruh mahasiswa, dosen dan karyawan Unsyiah dengan persyaratan mendaftar online terlebih dahulu di https://kelas-literasi-informasi.eventbrite.com dan kemudian melakukan cetak tiket bukti pendaftaran. Dengan adanya kelas ini, Pustaka Unsyiah mengharapkan seluruh pengunjungnya bisa mendapatkan pelayanan dan juga fasilitas secara penuh.
(Doc. Kelas Literasi Informasi)
Nah seru bukan Pustaka Unsyiah yang lebih dari sekedar perpustakaan. Dengan memberikan kesan More Than Just a Library, langkah-langkah yang sedang ditempuh tersebut, Pustaka Unsyiah telah berhasil menjaring tambahan pengunjung secara pesat dari beberapa tahun terakhir ini. Pada tahun 2015 selama masa aktif kuliah terhitung pengunjungnya berjumlah 200.406 orang. Pengunjung pada jam normal 74.3 % (148.823). Sedangkan pada jam tambahan sebanyak 25.7 % (51.583). Perbandingannya pada tahun 2016 pengunjungnya menjadi 284.190, dengan komposisi 69.9 % (198.784) pada jam normal dan 30.1 % (85.406) pada jam tambahan. Maka dari itu lulusan Unsyiah nantinya diharapkan sebagai agen perubahan bagi bangsa Indonesia dan Aceh pada khususnya. Lulusan yang cinta akan dunia baca yang akan menjadi pembuka jendela dunia.
Penulis teringat dengan sebuah penggalan dialog dalam sebuah Novel karya aneuk (anak) Aceh ."Kau tau, bagaimana Aceh bisa maju ?" Tanya Abduh tiba-tiba. Aku menggeleng, karena malas berpikir. "Pemerintah harus memberlakukan hukum tembak mati ditempat bagi siapa saja yang tidak membaca buku" (Arafat Nur. Tanah Surga Merah, Halaman 36-37).
Penulis rasa berkat dari inovasi-inovasi cemerlang Pustaka Unsyiah, semua lulusan Unsyiah akan terbebas dari hukum tembak mati ditempat bagi yang tidak membaca, seandai-andai hukum itu berlaku kiranya. Begitu kira-kira tafsirnya. Itu dia.
Ditulis Oleh :
M Yusrizal, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, FKIP Unsyiah
Blog. http://yusrizallatief.blogspot.co.id/
Steemit : @lingkananggroe
Fb. Myusrizal Latief
Twitter. @yusrizal_latief
Instagram. yosoerizal
Gmail. [email protected]
NB : Artikel ini diikutsertakan pada "Blogger Competition - Unsyiah Library Fiesta 2017".
Mantap! Mau disitu teruslah gak mau pindah2 habitat, asik
Hahaha. Iyalah, habitatnya sudah nyaman. Perlu dilestarikan
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://yusrizallatief.blogspot.com/2017/04/ramuan-pemikat-minat-baca-dan_6.html
the content is purely my writing that is posted on my blogspot yusrizallatief.blogspot.co.id. link http://yusrizallatief.blogspot.co.id/2017/04/ramuan-pemikat-minat-baca-dan_6.html?m=1
I do not mean plagiarism on the content of others. The content is purely my property