"Assalamualaikum"
Pagi itu, hujan turun membasah ruah. Bunga mekar ranum berbuah. Seorang anak laki-laki memasuki ruangan kelas dan berdiri di depan. Seluruh siswa diam tanpa berkutik. Mereka tahu dia adalah anak baru pindahan dari sekolah sebelah. Kemarin sang guru sempat kabari kalau hari ini ada siswa baru. Ya tidak lain tidak bukan dialah sekarang yang berdiri di depen kelas.
"Silahkan!!!" Kata Ibu Guru yang sudah sedari tadi menunggunya.
Hmm!!! Siswa itu diam, kemudian
"Assalamualaikum." Siswa baru itu mengucapkan salam. Seluruh pandangannya menyebar, dari sisi ke sisi, sudut ke sudut dan ke seluruh ruangan. Ia menarik nafas panjang, memejamkan mata, dan "Nama saya Khatami." Siswa itu mulai memperkenalkan dirinya. "Saya tinggal di Bambi. Ada yang dari Bambi di sini?" Tanya siswa baru itu. Maksudnya mungkin nanti saat pulang sekolah bisa pulang bersama. "Tepatnya di desa Teungoeh Baroh." Sambung siswa baru itu lagi. "Tidak jauh dari jalan raya, masuk lorong Asan Payong kemudian jalan kira-kira 100 meter lebih sampai." Jelas Khatami. Siswa baru.
"Saya hobinya melukis. Dari kecil memang sudah suka melukis. Ayah saya pintar melukis, walaupun tidak pintar-pintar sekali. Tapi bisalah untuk sekedar lukis. Mungkin bakat lukis yang ada sama saya adalah bakat yang diwarisi oleh Ayah saya. Mungkin sih. Tapi...! Seperti kata pepatah buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Kata orang saya mirip sekali dengan Ayah, tapi saat saya bercermin usai mandi ketika mau sisir rambut, sepertinya tidak mirip. Ya begitulah. Mirip, tapi tidak seratus persen. Kalau mirip seratus persen itu kembar namanya. Dan saya tidak kembar dengan Ayah saya. Masa anak kembar dengan Ayahnya, kan aneh. Paling miripnya cuma 30 persen. Ya sudah mirip juga. He he he!!! Lha kok jadi bahas Ayah saya sih. Maaf ya."
"Sampai sekarang saya masih belajar melukis, karena saya belum terlalu bisa melukis. Kalau ada sekolah melukis mungkin saya akan sekolah disana. atau ada sanggar lukis, pasti ikut dong. rasanya susah ya kalau di Pidie ini ada sanggar khusus lukis. kalau di Banda Aceh banyak. maka dari itu karena tidak ada sanggar lukis di Pidie saya sering menjumpai pelukis-pelukis, berkunjung ke kediamannya, sambil lihat-lihat tanya jawab, sekaligus ingin belajar melukis. Di Pidie saya kenal dengan beberapa pelukis, salah satunya bang Hanief dari Lamlo, lalu di Sigli ada Om Acin, ada Om Akmal juga. Om Acin dan Om Akmal itu sepupuan. Om Akmal sekarang tinggal di Ulee Kareng Banda Aceh. Aslinya asal Pidie yaitu di Keumala. kemudian ada Om Basri, dari Padang Tiji dan bang Kamar Agam asal Pidie juga. mereka sekarang tinggal di Banda Aceh. Lalu ada bang Sabil, mahasiswa ISBI Jantho, dan ada Bang Huslain juga mahasiswa dari Universitas Serambi. Ada Om Naurman dan Om Ismawan. Mereka semua adalah tokoh pelukis Aceh yang sangat luar biasa. Saya kagum dengan mereka, ingin suatu saat saya bisa seperti mereka."
"Selain melukis saya juga hobi menulis. Apalagi menulis cerpen dan puisi. Sebenarnnya lebih suka menulis puisi, karena kalau puisi saya tidak usah mencari kata yang panjang lebar. Cukup sedikit jadi deh. Maksudnya kalau puisi itu minim kata tapi maknanya lebar. Berbeda dengan cerpen yang sebaliknya. Apalagi sekarang puisi sudah banyak proses perubahan dengan lahirnya puisi jenis baru. Tapi jangan salah dulu, menulis puisi juga termasuk susah lho. Kita harus mencari diksi yang tepat, lalu mengatur puisi sedemikian rupa dari segi bentuk dan maknanya. Kemudian barulah menjadi puisi yang bagus, indah dan bernilai."
"He he he!!! Panjang sekali ya? Maaf ya."
"Lanjut sobat, ceritamu seru, kami senang mendengarnya." Kata salah satu siswa yang duduk di bangku paling belakang.
"Iya Tami." Timpal Nawar, ketua kelas. "Lanjutkan!."
"Terimakasih teman-teman." Ucap Khatami tersengih." He he he!!!"
"Boleh saya lanjutkan, Bu?" Khatami minta izin kepada Ibu Guru untuk melanjutkannya. Ibu guru tersenyum saja, itu berarti tandanya mengizinkan.
"Ayo Khatami, lanjutkan ceritamu!" teriak Raju yang asik menyimak dari tadi. Raju bendahara kelas, anaknya pintar, dia duduk paling depan. "Ayo cepat sebelum istirahat!"
"Sabar ya teman-teman, saya senang dengan kalian semua. Kata Khatami. Saya lanjutkan ya!!!"
Semua siswa di ruangan itu bergeming, mereka menikmati cerita Khatami. Kayaknya mereka penasaran dengan Khatami siswa batu itu.
"Oh iya, bahas berbicara masalah menulis. Saya sempat dilema antara melukis dan menulis. Sebenarnya itu masalah simple, tinggal kita pilih satu saja yang mana lebih kita sukai. Namun berat untuk milih satu diantara dua. Seperti kita berada pada dua sisi. Kalau memilih ini bagaimana dengan itu, sebaliknya begitu. Dua-duanya saya sukai. Sempat berkecamuk dalam diri saya. Jiwa saya seakan hendak terbang mencari jalan pulang. Pulang ke satu tempat atau ke dua tempat. Namun angin yang datang dari angkasa membuat saya berada pada persimpangan."
"Kalau memilih jalan antara kiri dan kanan, secara otomatis kita lebih memilih kanan. Jalan baik atau jalan lurus ,atau jalannya membawa kebaikan. Atau jalannya para nabi. Sayangnya ini bukan dua pilihan kanan atau kiri. Dilema."
"Saya ingat, dulu sempat saya cerita sama teman saya. Dia tunjukin jalan, tapi masih jalan buntu. Walau tidak sepenuhnya buntu, jalan gorong-gorong, jalan setapak untuk saya lalui. Namun masih dilema juga. Dan pada akhirnya saya berjumpa dengan salah satu pelukis, namnya Om Akmal. Ia bilang, lukislah apa yang kamu tulis dan tulislah apa yang kamu lukis. Dari satu saya mendapatkan titik terang. Dan dilema yang sekian lama mengakar sekarang mati. Bahkan akarnya pun sudah tercabut pula, apalagi benihnya. Segala yang berkaitan dengan dilema antara dua pilihan itu sudah tak ada masalah lagi. Melukis dan menulis. Alhamdulillah. Saya memilih keduanya, saya tetap mempelajari melukis dan saya tetap juga menulis. Sebagai tempat untuk mendeskripsikan lukisan saya ke dalam tulisan, dan untuk mencurahkan pokok pikiran, atau kisah-kisah dari tulisan ke dalam lukisan. Begitu... "
"Sebulan yang lalu, saya bergabung di KSI atau Komunitas Steemit Indonesia. Saya juga mendaftar akunnya, waktu itu bersama para Steemians Sigli. saya diajarkan bagaimana cara ngepost tulisan dan banyak lainnya. namun masih meraba juga. Seperti berjalan di malam pekat, tanpa lampu, cahaya bulan dan bintang."
"Steemit itu apa ya?" Tanya Raju, Raju penasaran.
"Besok saya lanjutkan, maaf ya. Saya boleh duduk?"
"Boleh" semua siswa mempersilahkan Khatami duduk di bangku yang telah dipersiapkan.
Bersambung
Selamat datang dan sukses Bro @khatamiranger
Iya... Selamat datang kembali