Air, tetesan mu sangat berarti untuk kehidupan kami
Dulu engkau begitu mudah kami dapati
Dulu engkau begitu bersahabat dengan kami
Dalam sungai-sungai.......
Dalam alu-alur ....
Dalam parit-parit ...
Engkau ketika itu ada dimana-mana
Ketika itu, manusia-manusia rakus belum banyak bertaburan
Mereka adalah budak-budak
Yang menganggap uang dan harta segala-galanya
Demi kepuasan birahinya
Perkampungan kami dijadikan lahan
Untuk ditanam pohon-pohon penghisap air berlebihan
Dulu, sebelum desa kami didatangi olehnya
Rumput masih menghijau dimana-mana
Petani tidak sulit mengairi sawahnya
Masyarakat dengan mudah menimba disumur-sumur
Hewan pun dapat minum sesukanya
Namun, setelah ia datang membawa uang
Membayar setiap masyarakat yang minum di warung-warung
Memberi amplop berisi kepada kepala petua-petua
Dan seolah, dia bak dermawan
Tanpa disadari, ia jadikan kampung kami sebagai lahannya
Tempat ia menanam sawit, dan mengumpulkan uang
Setelah puas ia menguras air dari tanah-tanah yang subur
Hingga saat ini, kampung kami tandus dan gersang
Ia jadikan kampung kami, kampung panceklik
Kering tanpa setetes air pun saat kemarau
Banjir bak naga buas saat musim hujan
Tanpa tersadari,
Mereka telah merampas hak kami
Mutiara kami lewat tetesan air
Mereka adalah para pelanggar Hak Memiliki Air bagi kami
Tak ubah laksana ta'un yang melalap mangsa.
Great post, nice work done !! followed and upvoted you. if you like inspirational stories, please follow me!!
See this
https://steemit.com/life/@hakimcityyez/test-indra-ke-6-kita