- Pesimis
Orang yang pesimis cenderung tidak mempunyai harapan baik dan mudah putus asa. Karena itu, pesimisme tidak hanya memengaruhi cara memandang hidup, tetapi juga mengganggu kesehatan mental.
Hilang harapan dan rasa putus asa, jika dibiarkan berlarut-larut, bisa menjadi salah satu gejala gangguan mood, yaitu depresi.
Maka, belajarlah untuk berpikir positif. Kenali kelemahan dan kekuatan diri, dan fokuslah pada kekuatan tersebut. Jangan hanya berkutat pada kelemahan atau situasi buruk yang sedang dihadapi.
- Perfeksionis
Sikap perfeksionis cenderung membuat seseorang menginginkan semua hal sempurna, berjalan sesuai rencana, dan tanpa cacat cela Standar yang sempurna ini tidak jarang membuat seseorang kecewa dan sedih, terlebih jika apa yang direncanakan tidak menjadi nyata.
Bila tidak dikendalikan, seseorang menjadi rentan terhadap gangguan kecemasan (anxiety disorder).
Tetapkan tujuan yang realistis, lebih dapat dicapai, dan hadapi kesalahan atau kegagalan sebagai bentuk pembelajaran.
Jika kamu sudah mulai cemas, tenangkan diri dengan teknik-teknik relaksasi, misalnya menarik napas panjang.
- Pikiran obsesif
Obsesi adalah pikiran negatif yang muncul dan tidak terkendali serta berulang akan suatu kejadian masa lalu atau yang sedang dihadapi.
Misalnya kita terobsesi untuk selalu mengecek HP atau media sosial, tak mau ketinggalan informasi seremeh apa pun.
Tidak pegang HP sebentar saja, dalam pikiran sudah muncul hal-hal negatif seperti, “Bagaimana kalau tadi pasangan menelepon karena ada apa-apa?” atau, “Jangan-jangan dari tadi ada klien yang menghubungi untuk menjadwalkan meeting penting?”.
Ini akan membuat tubuh dan otak stres, membuat napas dan denyut jantung meningkat cepat, dan tubuh akan melepaskan hormon stres adrenalin dan kortisol. Semua ini akan berdampak pada kesehatan fisik dan emosional.
- Rendah diri
Orang yang cenderung rendah diri, menilai dirinya serba kurang, membandingkan diri sendiri dengan orang lain, dan terlalu sering menyalahkan diri sendiri akan mudah stres dan depresi.
Lebih baik fokus pada apa yang kita punya, maksimalkan potensi yang kita miliki, buktikan pada diri sendiri kalau kita punya segudang kemampuan, dan jangan terlalu memikirkan komentar orang lain tentang diri kita.
- Kurang tidur
Tidur adalah cara tubuh melakukan regenerasi. Karena itu, kurang tidur tidak hanya membuat kita mudah mengantuk, tetapi juga dapat mengacaukan kinerja sistem tubuh Ini tentu akan mengganggu kesehatan mental. Sejumlah penelitian telah membuktikan kaitan kurang tidur dengan berbagai jenis gangguan mental seperti depresi, bipolar disorder, dan ADHD.
Biasakan diri untuk tidur 8 jam sehari. Atau jika mengalami gangguan tidur, segera periksa ke dokter agar mengetahui penyebab dan cara mengatasinya.
- Malas gerak
Studi yang dilakukan oleh para ahli dari University College London menemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dan depresi.
Studi tersebut menyebutkan bahwa orang yang aktif cenderung tidak mengalami depresi, karena aktivitas fisik akan menurunkan risiko depresi.
Mulailah dengan aktivitas fisik sederhana. Misalnya berjalan keluar rumah, naik-turun tangga, bersepeda, atau aktivitas apa pun yang dapat membuat tubuh dan pikiran senantiasa aktif.
- Memendam amarah
Jangan salah, memendam amarah juga bisa mengganggu kesehatan mental seseorang. Dalam jurnal Advances tahun 2017, para ahli di Inggris menemukan bahwa orang-orang yang tidak bisa meluapkan amarahnya secara sehat lebih rentan mengalami berbagai gejala depresi.
Karena itu, belajarlah untuk meluapkan emosi dan mengungkapkan rasa marah, kecewa, dan perasaan negatif lainnya dengan baik.
Jangan hanya dipendam sendirian, apalagi kalau sampai mengganggu kesehatan mental. Berceritalah pada orang-orang yang kamu percayai atau tuangkan perasaan dalam buku harian
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/29/145721920/7-kebiasaan-buruk-yang-bisa-menyebabkan-gangguan-mental
Terimakasih buat informasi kesehatan @andresta