11 September 2013, Pesawat Qatar Airways yang saya tumpangi perlahan turun dari ketinggian, sekilas saya bisa melihat bandara Heathrow London dari jendela pesawat. Perjalanan yang melelahkan dari dari Aceh ke Medan, kemudian Kuala Lumpur, ke Doha sampai ke London hilang seketika ketika pesawat menyentuh landasan.
London, merupakan ibukota Inggris dan menjadi salah satu kota tujuan yang banyak diminati para wisatawan bahkan mahasiswa international yang ingin menempuh studi di berbagai jenjang.
Belajar di luar negeri mungkin menjadi impian bagi sebagian orang, tapi tidak semua orang punya kesempatan untuk belajar diluar negeri, apalagi bagi mereka dengan latar belakang ekonomi yang rendah, termasuk saya.
Lahir dari keluarga yang sederhana di desa Cangguek, Kabuaten Aceh Utara, saya tidak pernah punya keinginan yang begitu tinggi, apalagi untuk bisa belajar sampai ke luar negeri, karena punya keinginan belajar ke luar negeri adalah seperti mimpi di siang bolong, apalagi belajar sampai ke Eropa.
Tapi, mimpi di siang bolong itu akhirnya menjadi sebuah kenyataan, ketika saya dinyatakan lulus untuk menerima beasiswa dari Pemerintah Aceh untuk menempuh pendidikan di Eropa tahun 2013. Saat itu saya lulus untuk berangkat ke Finlandia, salah satu negara Scandinavia. Tapi karena satu dan lain hal, saya akhirnya berangkat ke London, Inggris.
Mungkin tidak semua orang tau dimana Desa Cangguek tempat kelahiran saya, bahkan bagi sebagian masyarakat Aceh. Cangguek dalam bahasa Indonesia berarti Kodok, salah satu binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang, pandai melompat dan berenang.
Saya pun tidak tau bagaimana Desa tersebut diberi nama Cangguek. Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut sebelum desa Cangguek menjadi sebuah desa, diwilayah tersebut djumpai banyak sekali kodok baik di musim hujan maupun tidak, sehingga dijuluki sebagai gampong cangguek atau desa cangguek.
Desa Cangguek, berada di Kecamatan Tanah Pasir, Kabupaten Aceh Utara. Desa ini berada sekitar dua kilometer dari laut dan berada sekitar 10 kilometer dari jalan Nasional Medan –Banda Aceh. Kebanyakan dari masyarakat disini adalah petani, pedagang dan nelayan.
Karena lahir di Desa Cangguek, di paspor saya pun tertulis jelas tempat kelahiran saya di Desa Cangguek, paspor yang kemudian menjadi dokumen penting dalam perjalanan saya sampai ke Eropa.
Meskipun ibu saya hanya seorang Guru dan Ayah berwisawasta, mereka tidak pernah berhenti untuk menasehati saya agar terus belajar dan memiliki cita cita.
Nasehat-nasehat itulah yang kemudian menjadi pegangan saya sehingga saya berhasil belajar sampai ke salah satu Universitas di Kota London, Inggris.
Pesawat yang saya tumpangi mendarat mulus di Bandara Heathrow London, perjalanan yang melelahkan selama 5 jam dari Kuala Lumpur Ke Doha dan 7 jam dari Doha ke London langsung hilang ketika saya menghirup udara Negeri Ratu Elizabeth.
Terasa seperti mimpi dan antara percaya atau tidak, saya akhirnnya bisa menginjakkan kaki di London, kota yang selama ini hanya bisa saya liat dari google map atau google earth, kota yang selama hanyalah sebuah mimpi bagi orang-orang seperti saya. Rasa senang, haru dan bahagia bercampur menjadi satu.
"Bersambung...," ingin tau pengalaman saya selama kuliah di Inggris sampai jalan-jalan ke Belanda dan Perancis? tunggu postingan berikutnya...
I sincerely advise to remove your personal id from this post. Please don't post your personal id on internet. It is not safe.
Thank you very much for your advise. I really Appreciate it
Neupiyoh siat bak postingan ulon tuan. Treb that ka hana meurumpok.
haha, siap jabal..., siap...:)