Selamat siang sahabat stemian. Kali ini saya posting tentang inovasi dari seroang pengusaha tempe.
Sang Inovasi
Murhaban Pelestari Lingkungan lewat Limbah Tempe
Sungai Raya (RA)--- Namanya Murhaban usianya 48 tahun warga desa Bukit Drien kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Aceh Timur. Ia merupakan salah satu pengusaha tempe tersukses berkat jeri payah usahanya yang telah dilakoni sejak tahun 2007 lalu.
Menjadi pengusaha tempe bagi Murhaban tidaklah berjalan mudah. Lika liku tantangan dan cobaan menjadi warna dalam membangun usahanya itu. Jatuh bangun sejak awal mula berusaha menjadi motivasi tersendiri bagi suami Nurhayati ini untuk terus menggeluti usahanya. Sehingga pada tahun 2014 lalu usahanya berbuah manis, yang dulunya hanya pasaran tingkat skala kecil kini berubah menjadi skala besar.
"Alhamdulillah sampai sekarang kami bisa memproduksi 100 kilogram kacang kedelai untuk tempe dalam setiap harinya. Jika dikalkulasikan dalam bentuk produksi mencapai 600 bungkus tempe perharinya," kata Murhaban kepada Rakyat Aceh, Senin 15/1.
Murhaban mengakui dari usahanya tersebut kini telah menyerap beberapa tenaga kerja di desanya. Pekerja disanapun diupah sesuai dengan jeri payah yang dikerjakan. Mulai dari mengolah kacang kedelai, hingga proses finishing menjadi sebungkus tempe.
Untuk tempe sendiri katanya, telah dipasok ke beberapa daerah di Aceh, terutama paling banyak didistribusikan ke kota Langsa.
Selama mengelola usahanya Murhaban akui memiliki sedikit kendala. Pasalnya limbah kacang kedelai tadinya itu menjadi tantangan sendiri akibat keluar bau yang tidak sedap. Sehingga untuk mengubah aroma itu agar tidak mencemari lingkungan sekitar iapun berusaha untuk mencari inovasi sesuai dengan keadaan yang dirasakan.
Murhaban sempat khawatir Limbah Tempe tersebut tak berhasil diolah. Lazimnya kata Murhaban, Limbah ini kerab digunakan sebagai pakan ternak dan bahan olahan lainnya. Namun ide itu tidak memihak kepadanya ia pun mencari seribu jurus untuk menyulap limbah itu.
"Dalam perjalanan usaha saya ternyata ada sedikit gangguan limbah yang baunya tidak sedap. Saya khawatir ini membuat orang lain terganggu. Saya pun sempat bingung bagaimana cara mengolah limbah ini," kisah Murhaban.
Namun kegelisahannya itu pun menemukan jalan keluar. Berkat ilmu yang dipelajarinnya dari berbagai sumber buku akhirnya Murhaban menemukan inovasi dengan mengolah limbah itu menjadi biogas.Meskipun sempat tidak berjalan mulus, usahanya untuk merubah dan menjaga lingkungan sekitar patut diacungi jempol.
"Setelah saya baca buku dan menonton usaha orang lain di TV akhirnya saya mencoba untuk mengolah limbah itu menjadi bio gas. Memang pada saat pertama kali tidak langsung berhasil menjadi gas," kata Murhaban.
Murhaban menjelaskan awal mulanya proses pembuatan gas bio hanya bermodal sebuah jerigen. Uji coba perdananya dilakukan dengan menyimpan limbah selama satu Minggu, namun dalam tempo demikian gas belum bisa berproduksi.
"Akhirnya saya mencoba mencari beberapa alat pendukung lain. Dan dalam waktu penyimpanan limbah selama satu bulan gas bio itu bisa saya peroleh dan berhasil diproduksi untuk sekala kebutuhan satu keluarga," katanya.
Kini lanjut Murhaban, untuk menampung seluruh limbah ia telah membangun sumur penampung dengan kapasitas yang cukup memadai. Alat - alat untuk memeroleh bio gas tersebut kini mulai dibenahi dari sebelumnya."Dari limbah yang ada di sumur ini terus dihubungkan kedalam balon besar dan dari balon itu gas bisa langsung dipakai," jelasnya.
Murhaban melanjutkan bukan inovasi namanya jika tidak bisa menghasilkan sebuah Karya yang bisa dimanfaatkan oleh banyak orang. Namun menjaga lingkungan dari usahanya juga salahsatu upayanya seiring meraup keuntungan.
"Dari usaha ini saya juga masih perlu banyak belajar dari siapapun. Tentu dukungannya dari semua pihak untuk semangat baru dalam usaha saya kedepan," harap Murhaban mengakhiri perbincangannya.
Ket Foto.
Pengolahan Limbah
Murhaban pengusaha tempe memperlihatkan Tempat Olahan Biogas dari Limbah Tempe miliknya desa Bukit Drien Kecamatan Sungai Raya Aceh Timur, Senin 15/1. Maulana/Rakyat Aceh
inovasi tiada henti, good job