Mohan Dinata, salah satu Penikmat Timphan dan Generasi pecinta Sejarah Aceh.
Timphan, itulah Nama yang begitu populer di telinga dan mulut masyarakat Aceh. Mengingat makanan khas dari Tanah Rencong ini tersebar dengan berbagai cita rasa terbaru (modifikasi cita rasa dan warna di era modern) di seantero pergaulan hidup dalam mewarnai indahnya rasa persaudaraan (solidarity sense).
Sumber
Timphan terbuat dari perpaduan bahan dasar Tepung ketan dan Pisang yang di dalamnya diisi dengan asoekaya (srikaya), pisang atau kelapa parut. Perpaduan yang begitu kreatif pada masanya hingga menghasilkan tekstur dan rasa yang khas dan dibungkus dengan daun pisang muda yang telah telah dikukus hingga lengkaplah keunikan makanan ini yang masih menjadi andalan generasi untuk menabal 'perut keroncongan' pada masa sekarang dan masa depan.
Masih begitu membekas, Satu Adagium masyarakat Aceh "Peunajoeh Timphan, Piasan Rapa'i" (Makanan Timphan, Pertunjukan Rapa'i). Dari kutipan itu menyuratkan pesan yang jelas dalam khazanah kehidupan masyarakat, bahwasannya Timphan memiliki kapasitas penting di hati masyarakat Aceh di samping juga Pertunjukan Rapa'i.
Timphan dalam segala prosesi menempati posisi paling istimewa, baik dalam perayaan dua Hari Raya atau dalam suasana khanduri (perayaan) suka dan duka.
Sumber : Proses pembuatan Timphan
Dalam proses pembuatannya di zaman modern, terjadi modifikasi kreatif untuk meningkatkan nilai jual dan nilai estetika juga. Dapat kita temui Timphan dengan berbagai warna dan berbagai macam cita rasa (multi colour and multi taste) di pasar Tradisional yang ada di seluruh Provinsi Aceh.
Kecintaan terhadap makanan ini terus tumbuh dan menjadi Identitas kuliner dari Aceh yang terus digandrungi semua kawula, muda maupun tua. Karena tidak ada alasan logis bagi tiap generasi menolak tawaran menikmati Timphan ini. Kolonialis Belanda, Jepang atau siapa saja yang menginvansi Aceh juga pernah merasakan efek langsung Timphan dalam menghunus Rencong kemuliaan itu.
Tentu saja akan sangat mudah apabila kita langsung menuju Warung Kopi terdekat dan juga kita dapati dalam rasa yang masih hangat pada waktu sibuknya aktivitas Minum Kopi masyarakat Aceh, yaitu waktu pagi.
Makanan ini, sangat cocok di lidah dan juga kenyang di perut. Wajib dicoba bagi siapa saja yang mau dan akan menginjak kaki di tiap sudut wilayah Aceh ini. Timphan menjadi kawan setia dalam setiap menikmati seduhan Kopi Aceh. 'Meunyoe keunoeng Kupi ngen Timphan, Urat mata cit ka meutajoe' (Kalau sudah menikmati Kopi dan Timphan, matapun mulai berbinar semangat).
Menjadi Top Recommended dalam segi apapun, jika ke Aceh belum pernah merasakan nikmatnya 'kelembutan hati' Timphan Aceh berarti anda 'bukan' ke Aceh.
Salam Timphan, Bravo Steemian
Bagus kali karya anda dalam menulis tentang kuliner aceh
Hahahaha, tulisan liar mencoba dikit alay dalam meramu kosakata
mantap timphan asoe Kaya...
Hai mantap, thimphan nyan Ken, makanan geutanyou.
Luar biasa tulisan nya sahabat mahzal...
Hahahaha, masih pemula dalam menangkap isu Senior. Ajarkan saya ya
Hehe, Ayoo kita sama-sama belajar ya sahabatku, banyak potensi yang kamu miliki tidak ada di diriku, bagiku kamu sungguh luar biasa sahabat @mahzalabdullah,... Tabek senior... Hehe