Salam Lestari.
Hello sahabat Steemit dimana pun kalian berada. Kali ini saya ingin menceritakan perjalanan pendakian saya di gunung geredong dengan ketinggian 2885 mdpl. Sebelum menceritakan perjalan saya. Saya perkenalkan dulu ni nama anee. Nama saya sidom, saya salah satu anggota dari Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam UKM-PA "UMPAL" Universitas Malikussaleh. Sebelum kami berangkat menuju pendakian di geredong seperti biasa kami melakukan adat istiadat yang dilakukan sebelum pendakian. Kami berdoa bersama dan pelepasan keberangkatan di sekretariat UKM-PA "UMPAL" Universitas Malikussaleh.
Salam Lestari.
Hello Steemit friends wherever you are. This time I want to tell my climbing journey on a hillside mountain with a height of 2885 masl. Before telling me my journey. I first introduce the name of anee. My name is sidom, I am one of the members of the Student Unit of Nature Lovers UKM-PA "UMPAL" Universitas Malikussaleh. Before we leave for climbing in the hoop as usual we do customs done before the climb. We pray together and release departures at UKM-PA secretariat "UMPAL" Universitas Malikussaleh.
Gunung yang memiliki ketinggian 2885mdpl ini memiliki daya tarik tersendiri bagi kami. Padang savana yang cukup banyak kami lihat di peta, serta info akan keberadaan Gajah Sumatera yang berada di Puncak Gunung Geureudong ini menjadi daya tarik bagi kami untuk menuju kesini. Perjalanan kami dimulai pada awal bulan Maret 2017
Kampung Pulo Intan menjadi tempat terakhir kami sebelum mendaki Gunung Geureudong. Kami bermalam di rumah Bang Aidi yang juga kami jadikan sebagai tempat basecamp komunikasi untuk menyampaikan informasi keberadaan kami saat kami sedang mendaki. Kampung dengan penduduk yang ramah ini kebanyakan memilkli pekerjaan sebagai petani sayuran. Penduduk asli Kampung Pulo Intan berasal dari Tanah Gayo sehingga bahasa sehari-hari yang mereka pakai adalah bahasa Gayo.
Di mulai dari Kampung Pulo Intan, jarak yang akan kami tempuh kurang lebih sekitar 18 kilometer dan berakhir di Desa Bukit Mulie. Pendakian kami dimulai dari ketinggian 1046 mdpl. Menurut warga sekitar, pendakian gunung Geureudong ini memakan waktu sekitar tujuh hari.
Pendakian ini dimulai dengan menelusuri jalanan beton yang cukup panjang hingga melewati perkebunan warga. Dengan logistik yang cukup banyak saat awal pendakian, membuat kami cukup kewalahan untuk berjalan. Namun, pemandangan bukit barisan yang terhampar membuat kami tetap semangat untuk melanjutkan perjalanan.
Jalur pendakian yang kami lalui cukup beragam, dengan vegetasi yang beragam pula. Kami melewati jalanan beton yang cukup panjang, melewati perkebunan warga yang sedang berbuah, melewati bekas perkebunan yang terbakar, ilalang setinggi badan kami, menerjang rereumputan liar dan terpesona akan pemandangan bukit barisan dari kejauhan.
Sesampainya di pintu rimba, pendakian yang sebenarnya pun dimulai. Jalur yang mulai tertutup karena tidak banyak warga yang melewati jalur ini menjadi tantangan bagi kami untuk melewatinya. Tanaman rotan yang banyak ditemukan sering kali melukai beberapa bagian tubuh ketika melewatinya. Jamur-jamuran dan buah-buahan sering kita jumpai di jalur pendakian. Perbedaan cuaca dari yang cerah pada pagi hari menjadi hujan di tiap sore, tidak menghalangi kami untuk terus berjalan melewati rintangan yang kami hadapi.
Pada jalur pendakian selanjutnya, kami dikejutkan oleh penemuan jejak gajah yang ditemukan. Setelah kami menelurusi jejak gajah tersebut, ternyata pada jalur yang akan kami lewati banyak ditemukan jejak-jejak gajah berikutnya disertai dengan kotoran gajah yang cukup banyak ditemukan di jalur pendakian. Perjalanan terus kami lanjutnya hingga akhirnya kami menemukan apa yang kami cari.
Pada pendakian hari keempat, seletelah melewati jalur yang cukup panjang, akhirnya kami menemukan salah satu padang savana Gunung Geureudong. Padang savana yang sebelumnya hanya bisa kami lihat di peta, akhirnya dapat kami lihat secara nyata. Hamparan rumput yang sangat luas membuat kami sangat bahagia. Salah satu tujuan kami melakukan penjelajahan Gunung Geureudong, yang notabene adalah menemukan salah satu savana di Gunung Geureudog akhirnya tercapai. Segala keluh kesah saat perjalanan kemarin terbayar puas dengan hamparan rumput luas yang terbentang indah. Puncak Gunung Geureudong pun dapat kami lihat dari sini.
The mountain that has a height of 2885mdpl has its own charm for us. There are enough savannah fields we see on the map, as well as info about the existence of the Sumatran Elephant located on the Peak of Mount Geureudong is an attraction for us to get here. Our journey begins in early Maret 2017
Kampung Pulo Intan became our last place before climbing Mount Geureudong. We stayed at Bang Aidi's house which we also made as a communication basecamp to convey our presence information while we were climbing. This community-friendly village mostly works as a vegetable farmer. The original inhabitants of Kampung Pulo Intan come from Gayo Land so that everyday language they use is Gayo language.
Starting from Kampung Pulo Intan, the distance we will travel approximately 18 kilometers and ends in Bukit Mulie Village. Our ascent starts from an altitude of 1046 mdpl. According to locals, climbing this Geureudong mountain takes about seven days.
This climb begins by tracing the concrete road long enough to pass through the plantation residents. With a lot of logistics at the beginning of the climb, made us quite overwhelmed to walk. However, the spectacular views of the row of hillside keep us excited to continue our journey.
Our climbing route is quite diverse, with diverse vegetation as well. We passed a fairly long concrete road, past the fruit-bearing plantations, past burning plantations, weeds as high as our bodies, braving the wild grass and fascinated by the distant hillside scenery.
Arriving at the door of the jungle, the actual climb begins. The path that began to close because not many people who pass through this path becomes a challenge for us to pass through. Rattan plants are often found to injure some parts of the body as it passes. Mushrooms and fruits are often encountered on a climbing trail. The different weather from sunny days to rain every afternoon does not prevent us from walking through the obstacles we face.
On the next climbing route, we were struck by the discovery of elephant traces found. After we trace the elephant trail, it turns out on the path that we will pass many traces found next elephant accompanied by elephant dung is quite abundant found in the climbing route. Our continued journey continued until we finally found what we were looking for.
On the fourth day of climbing, after passing a long course, we finally found one of the savannahs of Mount Geureudong. The savanna fields we were previously only able to see on the map, we finally got a real look. The vast expanse of grass made us very happy. One of our goals is to explore Mount Geureudong, which in fact is to find one of the savanna in Mount Geureudog finally reached. All sighs when the trip yesterday paid off satisfied with a vast expanse of grass that lies beautiful. The top of Mount Geureudong we can see from here.
Kami menyempatkan waktu untuk menikmati keindahan padang savana selama beberapa jam. Kami juga mengamati beberapa tempat disekitar savana yang ternyata masih banyak ditemukan jalur gajah serta kotoran-kotoran gajah. Di padang savana sendiri banyak sekali ditemukan jejak gajah serta beberapa tempat yang digunakan gajah untuk bersitirahat. Namun sayang, kami tidak melihat satupun gajah sumatera yang ada di Gunung Geureudong ini.
Perjalanan kami lanjutkan kembali. Setiap matahari mulai terbenam, kami segera mencari tempat beristirahat untuk dijadikan tempat camp. Hal ini juga menjadi hal yang kami tunggu-tunggu. Hangatnya api unggun selalu menemai malam kami. Dari mulai yang tadinya hanya bersenda gurau biasa, hingga kami menjadi semakin akrab satu sama lain. Banyak sekali moment-moment yang membuat kami terus semangat menjalani hari-hari selanjutnya di gunung.
Pada akhirnya, kami sampai di puncak gunung Geureudong dengan rintangan jalur dan medan yang cukup sulit. Dengan bantuan tali, pada akhirnya kami sampai di puncak. Saat itu sudah gelap, dengan segera kami membagi tugas untuk membuat flysheet sebagai tempat untuk tidur, membuat api agar kami tetap hangat dan tidak lupa memasak makan malam. Malam itu kami habiskan dengan bercerita pengalaman hidup masing-masing ditemani secangkir kopi dan hangatnya api unggun.
Puncak Gunung Geureudong sendiri terdapat pilar triangulasi yang rubuh, kami berfikir bahwa itu adalah ulah gajah yang sedang lewat karena banyak sekali ditemukan kotoran gajah di daerah sana. Kami pun memperbaki pilar tersebut dan melanjutkan perjalanan ke puncak kedua, karena Gunung Geureudong ini memiliki dua titik puncak.
Pendakian Gunung Geureudong ini kami tempuh dalam waktu tujuh hari, dari mulai titik awal hingga titik akhir. Dengan disuguhi pemandangan yang luar biasa di jalur turun, membuat kami seaakan lupa akan rasa lelah yang kami hadapi. Pemandangan Pegunungan Bukit Barisan yang membentang luas serta hamparan awan putih yang menghiasi langit-langit menemani kami selama perjalanan turun.
Alam Indonesia memang indah. Pulau Sumatera memiliki kekayaan alam yang melimpah, Gunung Geureudong salah satunya. Jarang terdengarnya nama Geureudong tidak membuat rasa penasaran kami menipis. Rasa penasaran kami terus tumbuh, terbayarkan saat kami melakukan perjalanan ini. Segala kesulitan yang kami hadapi selama persiapan perjalanan ekspedisi ini menjadi sebuah pengalaman dan menjadi pelajaran hidup bagi kami. Kami percaya bahwa semuanya memang akan indah pada waktunya
We took the time to enjoy the beauty of the savanna for several hours. We also observed several places around the savanna that are still found in elephant trails and elephant dung. In the savanna itself there are many traces of elephants and some places used elephants to rest. But unfortunately, we do not see any of the Sumatran elephants in Mount Geureudong this.
Our journey continues again. Every sun began to set, we immediately found a place to rest to be a camp. It's also the thing we've been waiting for. The warmth of the campfire always nourishes our night. From the start that was just a joke of ordinary fun, until we become more familiar with each other. Lots of moments that keep us passionate through the next days on the mountain.
In the end, we reached the top of Geureudong mountain with quite difficult road and field obstacles. With the help of the rope, we finally reached the top. When it was dark, we soon shared the task of making the flysheet a place to sleep, making the fire keep us warm and not forget to cook dinner. That night we spent with the story of each other's life accompanied by a cup of coffee and the warmth of the fire.
The peak of Mount Geureudong itself there is a collapsed triangulation pillar, we think that it is an elephant that is passing through because there are so many elephant dung in the area there. We also climbed the pillar and continued the journey to the second peak, because Mount Geureudong has two peak points.
Climbing Mount Geureudong we travel within seven days, from start point to end point. Given the incredible scenery on the descent path, it makes us forget the fatigue we face. The expansive views of the Bukit Barisan Mountains and the expanse of white clouds that adorned the ceiling accompanied us during the descent.
Nature Indonesia is beautiful. The island of Sumatra has abundant natural wealth, Mount Geureudong one of them. Sparse Geureudong's name does not make our curiosity thinn. Our curiosity continues to grow, paid as we travel. All the difficulties we faced during the preparation of this expeditionary journey became an experience and a life lesson for us. We believe that everything will be beautiful in time
kisah petualangan yang menarik. menikmati keindahan alam setelah melalui segala tantangan. tapi saya yakin petualangan seperti ini seru dan menjadi kenangan yang berharga dalam hidup.
Salam Sejahtera @sidomumpal
Terimakasih bg @saini88. Sungguh indah alam ini. Karena alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan yang maha esa.
pedakian yang luar biasa bg dom @sidomumpal
salam lestari !!
Hahaha terima kasih @viqral