Di tengah-tengah teriknya matahari yang panas serasa membakar kulit di kota lhokseumawe, seorang laki-laki dewasa yang umurnya masih 21 tahun dengan memakai baju dan celana hitam panjang serta sandal jepit yang selalu menemani ia sehari-hari sedang sibuk menyapa para pengendara yang lewat agar singgah di tempat jualan disudut kota lhokseumawe.
Laki-laki itu bernama azmil hadi umri rambe, merupakan salah seorang mahasiswa di perguruan tinggi negeri yang ada dikota lhokseumawe. Azmil hadi umri rambe salah satu anak perantau yang mengadu nasib dikampung orang, ia berasal dari tapanuli selatan, Sumatra utara yang datang jauh-jauh hanya untuk mengenyam pendidikan. Hal ini ia lakukan untuk menata masa depan yang lebih baik dan membantu ekonomi keluarga dimasa yang akan datang. Azmil sendiri sudah hampir selesai dan ia sudah memikirkan matang-matang jalan yang akan ia ambil nanti nya.
Seluruh aktifitas berubah Setelah ia selesai belajar di kampus, kehidupan nya pun berubah, tidak seperti kebanyakan orang lain yang selesai kuliah nongkrong dan bermain bersama teman. Ia harus cepat-cepat bergegas pergi ke tempat dimana ia biasa membantu saudara nya berjualan disudut kota, walau bersampingan dengan saluran air rumah tangga yang baunya sangat menyengat tidak ia perdulikan. Semua ini dilakukannya karena biaya kebutuhan yang sangat tinggi, dan uang bulanan yang dikirim oleh orang tuanya tidak cukup untuk kebutuhan ia sehari – hari. Ia tidak ingin membebankan orang tuanya dan terpaksa harus banting setir berjualan setelah selesai kuliah, Walau begitu ia terus bersemangat dalam menjalanin hidupnya seperti ini, hampir tidak ada kata-kata mengeluh yang keluar dari mulutnya.
Azmil sendiri merupakan anak kedua dari empat bersaudara yang terlahir dari keluarga petani di desa sitaratoid yang merupakan desa penghasil buah salak tebesar dan termanis di Sumatra utara. Ayahnya merupakan buruh dikebun salak milik tetangga, meski hanya sebagai buruh dikebun milik orang, penghasilan nya cukup untuk makan sehari-hari dan biaya sekolah anaknya.
Perjalanan nya pun dimulai sejak tiga tahun lalu saat ia lulus dari bangku sekolah menengah atas (SMA), ia langsung mencoba untuk ikut tes masuk perguruan tinggi negeri karena ia berpikir tidak tahu lagi apa yang harus dikerjakan hanya dengan ijazah sma. Selang beberapa minggu setelah tes hasilnya pun keluar dan ia dinyatakan lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri di kota lhokseumawe yang saat itu belum terbayang sama sekali olehnya, sempat ia ragu untuk pergi ke aceh karena ia belum pernah sama sekali kesana, namun berkat sang kakak dan pencerahan yang diberikan akhirnya pun ia pergi ke aceh dengan bermodal biaya seadanya, ia pun terpaksa meninggalkan keluarganya demi meraih masa depannya.
Ego (29), saudara azmil, mengatakan, dia anak yang rajin, dia selalu bisa menghibur orang lain ketika hati dan keadaannya tidak memungkinkan untuk merasa bahagia.” Mungkin kalau saya yang diposisi nya saat ini sudah tidak mikir untuk buat orang tertawa, diri sendiri aja sudah susah “ katanya.
Dari dulu azmil sangat ingin memberangkatkan kedua orang tuanya ketanah suci, ia berharap ia dapat menyelesaikan studi nya dan bisa menjadi orang yang berhasil agar ia bisa memperbaiki ekonomi keluarga, dan ia bisa menyalurkan semua ilmu yang ia dapat untuk banyak orang nantinya.
Congratulations @feri.sandria! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!