Dalam tulisan terdahulu saya sempat menyinggung perasaan para steemian pengemis upvote. Kali ini, saya mencoba memahami dari sisi mereka, dan memakluminya.
Sebelum menulis tentang topik ini, ada satu pertanyaan yang terus menerus berkelindan di benak saya: Bersalahkah mengemis upvote? Saya tidak akan menjawab pertanyaan ini. Bagi kalian yang berharap jawaban dari saya terkait pertanyaan ini, bersiaplah untuk kecewa. Biarlah jawabannya kita simpan di hati masing-masing. Itu lebih adil dan netral.
Bagi kalian yang selama ini membenci atau terganggu dengan keberadaan steemian yang selalu mengemis upvote melalui komentar di postingan kalian, bersiaplah untuk meng-klik tombol close (x) di layar monitor kalian. Tulisan ini saya maksudkan untuk memberi amunisi kepada mereka-mereka yang selama ini rajin menulis "jangan lupa upvote ya" atau "bang, upvote tulisanku donk" dan kata-kata serupa dengannya yang membuat steemian senior gerah dan meradang.
Sebelum basa-basi ini panjang lebar, saya akan mengajak kalian semua untuk menyimak sebuah kisah sufi (dan saya yakin kalian semua sudah pernah membaca kisah ini). Kalian pasti mengira saya akan mengulas kisah Abu Nawas, tokoh dalam cerita seribu satu malam. Oh tidak, saya justru tertarik pada sosok Nasruddin Hoja, juga seorang tokoh sufi yang konon hidup di Turki sekira abad ke-13.
Begini kisahnya. Suatu hari, Nasruddin terlibat dalam obrolan santai tapi serius dengan seorang hakim kota yang terkenal kaya, angkuh, sombong dan merasa dirinya sangat berkuasa, karena banyak keputusan penting muncul dari ketukan palu yang dipegangnya. Si hakim itu sudah kenal dengan Nasruddin, seorang intelektual dan cendekiawan. Mulailah si hakim ini mencoba menelisik apa yang ada di benak Nasruddin.
"Kalau Anda diberi pilihan untuk memilih antara kekayaan dan kebijaksanaan, kira-kira mana yang akan engkau pilih, Nasruddin?" tanya si hakim sombong itu. Nasruddin tidak langsung menjawab. Dia pandang lekat-lekat wajah si hakim, dan kemudian tersenyum.
"Ah, bapak hakim, masak tidak bisa menebak apa yang bakal saya pilih," jawab Nasruddin pura-pura bingung. "Tentu saja saya akan memilih kekayaan," sambung Nasruddin.
Hakim kota ini melihat Nasruddin dengan tatapan sinis. "Aku tidak menyangka Anda lebih memilih kekayaan ketimbang kebijaksanaan. Memalukan. Anda adalah cendekiawan yang diakui dan dikagumi masyarakat. Dan ternyata Anda lebih memilih kekayaan daripada kebijaksanaan."
Nasruddin jelas terusik dengan kata-kata si Hakim kota itu. "Kalau Anda sendiri lebih memilih apa, antara kekayaan dan kebijaksanaan?" Nasruddin balik bertanya.
Si hakim menjawab dengan tegas dan tanpa ragu-ragu. "Jelas donk, saya lebih memilih kebijaksanaan," jawabnya. Sambil menggeleng tak percaya, Nasruddin menutup pembicaraan dengan sang hakim. Ia tak lupa mengeluarkan kata-kata bijak, khas dirinya.
"Tidak salah lagi. Semua orang memilih apa yang belum dimilikinya karena otak manusia terlatih untuk berpikir satu sisi saja." Selesai berkata begitu, Nasruddin meninggalkan sang hakim yang tampaknya mulai merenung-renung apa yang baru didengarnya.
Apa yang menarik dari obrolan antara Nasruddin dan si hakim sombong itu? Manusia cenderung berpikir dari satu sisi saja. Siapa pun orangnya, termasuk pengguna Steemit. Kenapa ada yang minta upvote? Karena mereka memang butuh upvote dan level mereka masih rendah. Sementara orang yang merasa jengkel dengan keberadaan steemian yang mengemis upvote, cenderung merasa dirinya sudah di level atas dan tidak butuh lagi upvote. Sebab, mereka bisa upvote sendiri postingannya seperti yang dilakukan para whale dan ikan paus.
Kesimpulannya, seperti dalam obrolan Nasruddin tadi, orang memang cenderung berpikir dari satu sisi saja, dan sisi itu adalah dirinya sendiri. Orang seperti ini biasanya hanya fokus pada apa yang ingin dimiliki dan bukan apa yang telah dimiliki.
Kayak si hakim, karena dia sudah punya kekayaan dan ketenaran, maka dia menginginkan kebijaksanaan. Sementara Nasruddin yang memiliki kebijaksanaan menginginkan kekayaan. Susah untuk mendamaikan soal keinginan dan kebutuhan. Orang cenderung mengharapkan sesuatu yang belum dimilikinya.
Soal berpikir satu sisi, saya juga teringat pada sebuah dialog antara bajak laut (perompak) dengan armada patroli laut. Cerita ini pernah saya baca dalam buku yang ditulis oleh Noam Chomski (maafkan saya, ketika menulis ini saya sama sekali tidak ingat apa judul bukunya). Begini cerita:
Alkisah, suatu ketika sekelompak bajak laut berhasil ditangkap armada pasukan laut yang sedang berpatroli rutin. Bajak laut yang tertangkap itu tidak mau ditangkap oleh armada. "Mengapa saya yang kecil disebut perampok, sementara Anda yang mengambil upeti dalam jumlah besar disebut pahlawan!"
Screenshot dari sebuah group chat WA
menarik sekali.. ini yang menjadi isu akhir akhir ini di dunia persilatan steemit. Bahkan 'bulek' juga sudah mulai menulis tentang stemian dari Aceh. Menjadi refleksi bagi kita semua.
Aceh adalah koentji...semoga Steemian Nanggroe meutamah meucuhu ban sigam donja
Amiiin...namun kita harus tetap belajar banyak terutama saya yang masih newbie. :D
Semua orang adalah newbie...
sebuah topik yang mengagum kan. walaupun tersinggung hati.tapih gak masalah karena kita semua pengemis juga
Saya mulai tidak tersinggung lagi haha
Saya sering peugah sama steemians baru. >Jika kalian telah hek menulis dan mencurahkan daya upaya di steemit.com, tapi tidak ada hasil (vote), maka disitulah kalian harus berhenti
Dan bagi lon bergabung ke steemit cit mau Mita peng, dengan ikut aturan pastinya.
Khak
Man kah pajan ka piyoh? Haha
Watee Hana jaringan dan abeh sandwich.. khak
gambar di akhir tulisan, membuat saya tertawa hahahahaha
💩💩
Nyan sengaja ta pasoe gambanyan keu mameh haba haha
Hahhahaha meuhamboe tulisan kali nyoe....
Bah kutampoe sigo2 ata meunoe...bek hana soe pakoe steemian pemula
Hahhaha kabeutoi nyan bang... Pokok jih beu sipreuk dum. Hahha
Dont judge a steemian by the username.. :) nama boleh @acehpungo, tapi anda yang berpikiran paling waras diantara para steemian.
Artikel yang anda tulis memberikan pandangan yang imbang dalam memahami karakter steemian dan dinamika yang berlangsung di steemit.
Terima kasih sudah mampir di sini. Saya mencoba memahami kegalauan mereka (kebanyakan teman2 saya sendiri) agar tidak patah semangat
Krak nyan bang
Teurimong geunaseh...
Oooo.. Jadi kheun ke loen. Meunan mkad raneuh??
Pane keudroe, droe level ka di ateuh @ojaatjeh haha
Luarr biasa..tanyoe keturunan bajak laut
Nenek moyangku perompak hahaha
Itu kalo tak salah buku Chomsky berjudul Politik Kuasa Media, bang. Buku tipis bersampul merah. Kalo tak salah ya. Hehe
Ka beutoi, buku nyan. Troh u rumoh ku pareksa lom.
karena lon level aneuk miet, alhamdulilah galom na steemian khusus tag nama lon lake vote.
Droe akan sukses bak Steemit Jufrizal. Hana payah lakee upvote karena ureueng akan troh bak droe haha
bak penutup na kata "haha", lon hana kusyuk lee bak lon peu amin doa bg Taufik
Cerita yang sangat menarik, mengingatkan dengan memberi contoh yg cerdas.
Terima kasih...semoga menginspirasi :)
Wajar ureung deuk meudahoeh bak ureung troe, tapi sang menyo pungoe hana payah ta dahoeh, apalagi lakab nyan kana bak akun droeteuh, hahaha, sep bereh tulisan, saleum meuturi bang, sang aktifis farmidia
Geutanyoe cit ka awai pungo...munyoe gob na pungo sireutoh, geutanyoe siribe pungo haha. Sempat toe ngon awak Farmidia
Penulisan yang sangat baik hingga membuat saya melirik ingin sedikit mencuri ilmunya....
Ah, dirimu terlalu berlebihan. Ini hanya tulisan sederhana untuk mengisi Steemit aja
Sederhana...namun banyak yg melirik dan tertarik dari penulisan abg
sebuah analisa yang hebat dan mengagumkan. anda benar @acehpungo. mindset yang ditanam ketika seseorang diperkenalkan dunia Steemit akan sulit dirubah, ketika anda hanya terobsesi memburu vote, jelas arahnya akan menjadi “pengemis”, namun ketika kita memberikan sebuah karya yang berkualitas dari sebuah postingan maka vote pun akan datang tanpa kita minta, nye meunan @ojaatjeh?
Si @ojaatjeh jinoe Hana le daya. Tapi level ku kalon ka mulai merangkak, dan ka juoh tinggai si Iqbal @incold
Dan yang tertindas selalunya yang kecil dan tidak akan pernah dianggap adapun, cuma bisa mengharap bayangan semu diibaratkan fatamorgana ada tapi tiada, dah kemana saya??😂
Dan yang tertindas selalunya makhluk kecil, tapi kesabaran akan menghantar kepada kejayaan, jangan berkecil hati, takkan ada yang miskin kalau tidak ada yang kaya..
Terima kasih sudah mampir ke sini, semoga betah ya
Sang at bermanfaat bang, terima kasih infonya
Terima kasih sudah menyukainya. Semoga menginspirasi
Hahaha bagian akhirnya ga enak banget pak @acehpungo. Hahaha aku tidak mau dikirimin apapun apalagi yang terakhir hahaha....tulisan cantik. Sukses untuk anda @acehpungo
Hahaha, aku juga tidak mau kalau ada yang mengirim begituan. Sukses juga untuk @nyakti
Bereh that analogi tgk taufik @acehpungo. Tulisan yang sangat bijaksana hehe
Hanya tulisan sederhana Tgk Darman, biar steemian level 25 tidak bersedih dan bisa membela diri. Pue na di Banda? Payah tajep kupi sigo @alkatiri.puteh
Siap! tgk taufik @acehpungo. Senin insyaallah kana di banda aceh, tajep kupi beuh
Bereh that. Lon kiban pu neu vote atau payah lon ngemis vote? 😂😝
Mantap tulisan nya bg @acehpungo
Mantap tulisan nya bg @acehpungo
Benar banget bg,.. Mindset yang harus diubah. Awalnya saya juga tidak mengerti bermain steemit, tapi lama-lama saya menikmati setiap saya menulis, otak saya berpikir apa yang perlu ditulis, dan otomatis kita tidak menjadi pikun,,...
Ambil sisi positifnya mungkin. Anggaplah seperti bermain social media lainnya, yang orientasinya bukan uang.. Salam kenal bg @acehpungo
idroekuh asaina tulisan ku upvote saja, masalah jih hana metamah koin wate lon upvote gob, kiban tapeugot teuma geutanyoe pemula, hana soe tem upvote, ladom tafollow akun ngon yang ka rangking rayeuk, meu di follback tan, mungkin kajeut keu artis awaknyan,, idroekuh lage na laju...
rekam jejak dren ngeri that hehehehe... salut buat perjuangan dren
Bertuss.
se iring waktu berjalan,,pasti yang lakei vote maken berkureng :D contoh ya lon sendiri hahahhaa