Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..
MANUSIA terhubung dan menghubungkan diri dengan Tuhan melalui doa.
Dalam doa seorang hamba mengingat, menyeru, dan menyampaikan seluruh suka serta duka dalam menjalani hidup.
Bagi orang yang beriman, umur, dan hidup adalah amanah, juga anugerah, sehingga sangat logis jika Tuhan menjadi sandaran terakhir tempat mengadu.
Dalam Islam, satu di antara forum untuk mengadu adalah salat wajib. Kalau dirasa kurang puas, melalui salat sunnat.
Banyak sekali forum salat sunnat yang diajarkan Rasulullah.
Dalam berbagai hadits disebutkan, Allah senantiasa menunggu karena rindu hamba-Nya untuk mau datang beraudiensi dan bersujud pada-Nya.
Pintu-Nya senantiasa terbuka mengingat Allah adalah maha pendengar, maha penerima taubat, dan sumber semua kedamaian hidup sebagaimana tersurat dan tersirat dalam asmaul husna yang berjumlah sembilan puluh sembilan.
Ketika seorang mukmin hatinya telah dipenuhi rasa cinta dan rindu pada Allah yang Maha Kasih dan Maha Pemurah, panggilan salat merupakan panggilan yang indah dan menggairahkan, layaknya anak muda yang jatuh cinta selalu ingin berjumpa kekasihnya.
Ibarat seorang ibu yang merindukan bertemu anaknya yang tengah pergi berlibur.
Dalam konteks inilah menjadi sangat mudah dipahami mengapa Rasulullah menganjurkan agar seorang muslim hendaknya salat di awal waktu. Jangan ditunda-tunda.
Bergegaslah memenuhi panggilan Allah.
Betapa sejuk dan ceria waktu menjalani salat jika hatinya berbunga-bunga ketika beraudiensi pada Allah.
Semua kegiatan ditinggalkan karena tak ada yang lebih menarik ketimbang menghadap Allah.
Begitu nikmat berdialog sambil tegak berdiri, sambil membungkuk dan kemudian bersujud.
Dalam bersujud kita berserah diri secara total. Tak sanggup bibir menyampaikan semua perasaan dan pikiran sehingga Rasulullah mengajarinya dengan ucapan yang penuh pujian dan mohon ampunan.
Tetapi sesungguhnya yang lebih dari itu adalah pada momen adegan sujud.
Kepala yang biasanya dalam posisi tegak, kadang sombong dan tebar pesona menunggu pujian kanan-kiri.
Dalam sujud kita mencium tanah tanda kepasrahan dan pengakuan kekerdilan diri dan pengagungan Tuhan. Posisi pantat bahkan lebih tinggi dari posisi kepala.
Momentum sujud merupakan momentum puncak dalam salat sehingga banyak orang berlama-lama, enggan buru-buru mengangkat kepala sebelum puas menumpahkan pikiran, perasaan, pujian, dan permohonan ampun pada Tuhan.
Tetapi ini hendaknya dilakukan ketika salat sendirian saja.
Sebab, kalau dalam salat berjamaah bisa mengganggu suasana batin teman yang mungkin ada agenda lain.
Coba saja hayati dan jalani, ketika salat tumbuhkan dan ikuti parasaan rindu serta cinta pada Allah, Anda akan betah berlama-lama dan akan merasakan aliran energi cinta dan damai dari Allah mengalir ke diri Anda.
Kalau itu menjadi habit dan kualitas salat Anda, ketika mengakhiri salat dengan mengucap dan menebar salam, menengok ke kanan dan ke kiri, akan berkelanjutan dan dirasakan siapapun yang dekat dengan Anda.
Mereka yang senang salat adalah juga mereka yang senang menebar rasa damai bagi lingkungannya.
Rasa intim dengan Allah akan semakin intens dirasakan ketika kita berada dalam bulan Ramadan.
Kedekatannya tidak saja dirasakan sewaktu salat, tetapi juga ketika sepanjang hari menjalani puasa.
Kita sungguh merasakan kedekatan dan kehadiran Tuhan sehingga larangan tidak makan dan minum serta perbuatan keji, dengan ringan kita taati.
Setiap saat kita merasa dalam tatapan dan limpahan kasih-Nya.
Dan memang begitulah firman Allah. Di manapun dan kapanpun berada, Allah sungguh dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita sendiri.
Urat nadi adalah urat aliran darah penyangga kehidupan yang bergerak dan digerakkan oleh jantung.
Artinya, Tuhan paling dekat dan menguasai kehidupan kita, selalu peduli pada hidup kita.
Selama Ramadan kita berintim diri dengan Allah baik sewaktu menjalani puasa, salat tarawih maupun tadarrus Al-Qur'an.
Subhanallah, sungguh indah dan menggairahkan beribadah di bulan Ramadan.
Tidak hanya merasa akrab dengan Allah, sewaktu bulan Ramadan terjadi proses konsolidasi dan intensifikasi ikatan batin dengan sesama keluarga.
Aura spiritual memenuhi kehidupan rumah tangga.
Lapar dan haus dirasakan semata karena memenuhi pesan Ilahi yang buah kebaikannya akan kembali pada diri kita sendiri.
Lalu, makan buka dan sahur bersama. Salat tarawih bersama.
Terima kasih Tuhan, aku dipertemukan dengan bulan yang penuh berkah ini.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..
HUMANS connect and connect with God through prayer.
In the prayer of a servant remember, call out, and convey all the joys and sorrows in life.
For people who believe, age, and life are trustworthy, also grace, so it is very logical if God becomes the last resting place to complain.
In Islam, one of the forums to complain is mandatory prayer. If it is not satisfied, through salatsunnat.
There are so many forums of salat sunnat taught by the Prophet.
In various traditions mentioned, God is always waiting for longing for His servant to come to an audience and prostrate to Him.
His door is always open because Allah is the listener, the recipient of repentance, and the source of all the peace of life as it is written and implied in the ninety-nine asmaul husna.
When a believer's heart has been filled with love and longing for a loving and most benevolent God, the call of prayer is a beautiful and exciting call, just as a young boy who falls in love always wants to meet his lover.
Like a mother who missed meeting her son who was away on vacation.
It is in this context that it becomes very easy to understand why the Messenger of Allah advised that a Muslim should pray at the beginning of time. Do not delay.
Rush to fulfill God's call.
How cool and cheerful when running his heart if his heart flowered when he was in audience with God.
All activities are abandoned because nothing is more interesting than coming to God.
So delicious dialogue while standing up, bowing and then prostrate.
In prostration we surrender completely. Unable to lips convey all feelings and thoughts so that the Prophet taught him with words of praise and ask forgiveness.
But what is more than that is the moment of the prostration scene.
Heads are usually in an upright position, sometimes arrogant and spreading charm waiting for praise right and left.
In prostration we kiss the land of the sign of submission and the acknowledgment of self-dullness and the exaltation of God. The buttock position is even higher than the head position.
The momentum of prostration is the ultimate moment in prayer so many people linger, reluctantly raise their heads before they are content to shed their thoughts, feelings, praise, and God's forgiveness.
But this should be done in case alone.
Because, if in congregational prayer can interfere with the inner atmosphere of friends who may have other agendas.
Just try to live and live, when salattumbuhkan and follow the parody of longing and love to God, you will feel at ease and will feel the flow of energy of love and peace from God flowing into you.
If it becomes your habit and quality tool, when you end the prayer by saying and greeting, looking to the right and to the left, will be sustained and felt by anyone close to you.
Those who love salat are also those who love to spread a sense of peace for the environment.
A sense of intimacy with God will be more intense when we are in the month of Ramadan.
His proximity is not only felt during prayer, but also during the whole day of fasting.
We really feel the closeness and presence of God so that the prohibition does not eat and drink and the heinous deeds, we are mildly obedient.
Every moment we feel in the gaze and abundance of His love.
And that is the word of God. Wherever and whenever, God is really close to us, even closer than our own veins.
The pulse is the vein of the life-supporting blood stream that moves and is moved by the heart.
That is, God is the closest and the master of our lives, always caring about our lives.
During Ramadan we intimate ourselves with God both when fasting, tarawih prayer or tadarrus Al-Qur'an.
Subhanallah, it is beautiful and exciting to worship in the month of Ramadan.
Not only feel familiar with God, during the month of Ramadan there is a process of consolidation and intensification of inner bonds with fellow family.
A spiritual aura fills household life.
Hungry and thirsty is perceived simply because it fulfills the divine message whose fruit of goodness will return to ourselves.
Then, eat open and eat together. Salat tarawih together.
Thank God, I was reunited with