Pada alam semesta kamu dan aku ditempatkan pada satu titik. Katamu; kau dan aku berjauhan, kamu berada dititik sini sedangkan aku berada dititik sana. Tapi sebenarnya, kita tidak jauh. Kita hanya berada pada titik yang berbeda karena skalamu memandang pada skala bumi. Tapi, jika diperbesar pada skala alam raya sungguh kita berapa pada titik yang sama. Kita tidak jauh, hanya saja ada jarak yang memisahkan kita, tapi jarak ini tidak jauh masih pada titik koordinat bumi yang sama.
Jika kita sama-sama dan benar-benar mau, kita bisa saja berjumpa. Tinggal menggabungkan titik-titik untuk membentuk huruf-huruf dan angka-angka agar tersusun kata-kata yang terangkai menjadi sebuah kalimat bermakna ajakan perjumpaan. Kalimat tertulis itu harus dipastikan terkirim, tercentang dua lalu tercentang biru tanda terbaca. Jika kemudian terbalaskan tidak butuh waktu lama hanya beberapa saat, mungkin besok atau lusa, minggu depan, ataupun paling lama bulan depan kita akan berjumpa. Mengelilingi bumi pada titikmu berada menuju titikku tidaklah memakan waktu sampai bertahun-tahun. Kita benar-benar tidak jauh hanya saja kita tidak menciptakan sebuah titik bersama, titik untuk pulang, titik untuk kita bertemu.
Sekarang kamu dan aku terpisah jarak beberapa kilometer atau mungkin puluhan kilometer aku tidak tahu pasti. Hari itu, kamu memilih untuk menghapus satu titik penghubung yang membuat garis hubungan kita terputus. Perjuangan merajut, merangkai dan menyulam titik demi titik untuk membentuk satu garis indah ikatan kau dan aku terputus. Pada sebuah lembaran lebar kertas putih hanya karena setitik kesalahan sudah mampu membuatmu lupa bahwa lembaran putih itu lebih banyak berisi titik-titik perjuangan kamu dan aku selama ini. Kamu lupa akan itu, hanya karena satu titik kekecewaan menggelapkan matamu seolah kamu tak melihat lagi seribu harapan denganku. Tidak lagi menoleh ke belakang melihat ke arahku hanya karena aku yang menggores satu titik khilaf itu. Pandanganmu hanya tertuju kepada titik khilaf itu saja, sementara disekelilingnya terurai indah sebuah garis ketulusan dan kemurnian ikatan kita.
Ingat, janjimu menemaniku saat suka dan duka. Sekarang aku sedang berduka, karena kepergianmu. Tolong sekarang tepati janjimu menemaniku, tolong kamu tetap disampingku,dan maafkan aku.
Sedihku, semua kata maaf tak bisa menahanmu untuk pergi. Sekarang aku tak tahu lagi kamu ada dimana, aku juga tidak tahu lagi bagaimana kabarmu, dan aku tidak tahu lagi kamu sedang apa. Tetapi dititik manapun sekarang kamu berada, dititik ini aku masih menunggumu, menunggu kamu kembali kepada titikku berada. Ingin aku mencarimu tetapi segala tentangmu menghilang, media sosialmu tak lagi aktif, pintu rumahmu tak lagi terbuka, jejakmu tak lagi aku ketahui. Seolah kamu tak lagi berada dititik bumi ini.
Aku harap kamu baik-baik saja disana, jika suatu saat kamu merindukanku, titikku masih dititik yang sama. Titikku masih ditempat kesukaan kita kala menanti matahari sore terbenam. Tititku masih ditempat yang sama, tempat dimana kita bercerita dan bersenda gurau tak kala senja yang kita nanti tertutup awan. Titikku masih ditempat yang sama, bedanya kamu tak disini. Senja sore tak terlalu indah lagi dititik ini, kamu ada disini lebih indah dari pada senja itu. Masih lebih baik senja tertutup awan lebat dari pada kamu tak ada disini, karena seindah-indah matahari terbenam, disampingmu hari-hariku lebih indah.
Sumber gambar: 1
Terimakasih telah membaca.
Mari rayakan patah hati dengan cara elegan.
Salam Aksara Hidayatullah