Rasa kekhawatiran menghinggapi hati kami berdua, sebagai pasangan muda yang baru menikah, menjadi suatu kewajaran ketika usia kandungan istriku sudah memasuki empat puluh minggu. Aku sebagai calon suami muda merasa ketakutan. Kenapa? Karena belum ada tanda-tanda dari istri untuk melahirkan mengingat seharusnya di usianya yang hamil tua ini sudah harus menuju ruang bersalin.
Pukul tujuh pagi aku sudah mandi, aku dapati istriku sedang merasa kesakitan di perutnya. Punggungnya bersandar di ujung kasur. Tangan kanannya memegang tepat di perut, sedikit diatas rahimnya. Tanpa ditanya pun, wanita yang masih mengenakan baju tidur itu pun mengeluh pelan
“Bi, perutku sakit.”
“Kita ke Rumah Sakit aja, yuk!” aku pun menawarkan solusi cepat.
“Enggak ah, belum ada tanda-tanda melahirkan. Tapi kayaknya aku mau BAB deh.”
“Hmm.. Yaudah sekalian mandi aja mi.”
Dengan rasa khawatir –bukan karena sakit perutnya- karena belum ada tanda-tanda orang yang akan melahirkan (pecah ketuban atau muncul flek) sampai usia sudah mencapai empat puluh minggu. Dari lamunanku sejenak, tiba-tiba terdengar keras suara istriku dari kamar mandi.
“Bi, keluar darah! keluar darah!” wajahnya ketakutan
“Ini darahnya beda, Bi!” tambahnya masih dengan rasa was-was
“Ini kayaknya flek, Mi. Kita langsung aja berangkat.”
Setelah mengetahui istri sudah ada tanda-tanda akan melahirkan, anehnya istriku malah menjadi tenang, ketakutan yang tadi pun sirna sudah. Justru aku yang terus merasa tidak karuan, campur aduk perasaan karena menghadapi persalinan pertama. Entah karena dia sudah banyak membaca artikel di instagram dan dengan santainya wanita yang akan menghadapi tantangan beratnya itu pun berkata,
“Tenang aja, Bi. Ini baru flek kok jadi masih normal. Aku udah baca-baca referensi, gak usah panik. Aku aja kalem.”
Aku tidak tahu apa pikiran seorang wanita. Beberapa menit yang lalu begitu heboh lalu berubah menjadi super tenang itulah yang masih menjadi misteri seorang laki-laki sepertiku yang masih belajar tentang pikiran dan hati seorang wanita.
Dua tas ransel yang sudah disiapkan seminggu sebelumnya sudah tinggal dibawa. Tas sudah penuh dengan keperluan ibu dan bayi. Taksi online pun langsung kami pesan, hanya lima menit mobil pun sudah tiba. Ternyata tetangga depan rumah pun ingin ikut bersama kami yang waktu itu hanya kami berdua yang akan menjalani perjalanan berat menuju replika sakaratul maut.
Karena Rumah Sakit berada tidak jauh dari rumah (baca : kontrakan) dan jalanan pun tidak terlalu macet, kami pun tiba dalam waktu sepuluh menit saja. Setelah tiba depan pintu Rumah Sakit, aku dengan dua tas ransel di kedua tanganku dan tatapan tajam tertuju ke istriku. Ingin sekali kukatakan kepadanya
MARI KITA SAMA-SAMA MENUJU REPLIKA SAKARATUL MAUT
Congratulations @feriald! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!