Oase Ramadan #14: Menjadi Istri yang Pandai Bersyukur

in #life7 years ago

OASE RAMADAN.jpg
Ilustrasi by @hayatullahpasee


Saya setuju jika ada yang mengatakan menjadi seorang istri itu berat dan banyak tantangannya. Bukan sebagai istri (baca: belum menikah) saja berat kok, konon lagi sebagai istri yang dalam hal tugas dan tanggung jawab jadi berbeda. Sejak memutuskan menikah, seseorang itu harus siap menjadi pakaian bagi pasangannya, seperti yang dijelaskan dalam QS. Albaqarah ayat 187: “Istri kalian adalah pakaian kalian dan kalian adalah pakaian bagi istri kalian.”

Itu artinya, satu sama lain harus saling melengkapi, saling mendukung, saling menutupi keburukan. Dalam berbagai kondisi. Dalam berbagai situasi. Menuliskan topik ini pun tantangan buat saya, pasalnya saya belum bergelar sebagai seorang istri, jadi tak banyak yang saya tahu mengenai seluk beluk berkeluarga. Tetapi bukan berarti tak tahu sama sekali, kan? :-D

Tulisan ini murni sebagai ungkapan kegelisahan saya melihat beberapa kondisi yang terjadi di sekitar saya. Beberapa di antaranya sangat dekat dengan saya, sering berinteraksi, sehingga banyak hal yang saya ketahui tentang mereka. Kalau saya khususkan judulnya pada kata 'istri' yang berarti perempuan, semata-mata bukan untuk mendiskreditkan posisi perempuan itu sendiri. Saya pun perempuan. Mengerti benar tantangannya menjadi perempuan. Saya hanya ingin menuliskan segala sesuatu sesuai konteksnya saja, tak ada yang lebih unggul dari salah satu jenis kelamin kecuali karena derajat ketakwaannya saja.

Cerita yang saya sampaikan ini, bukan pula bermaksud untuk bergosip melainkan sebagai contoh. Agar kita bisa mengambil iktibar dan semoga kita tidak mengalami hal-hal buruk tersebut. Baru-baru ini saya mendengar kabar tentang seorang istri yang meminta cerai dari suaminya karena suaminya terbelit masalah. Mereka menikah beberapa tahun lalu, sudah memiliki seorang putri berusia lebih kurang tiga atau empat tahun. Dalam suatu kejadian suaminya berurusan dengan polisi dan berakhir dengan kurungan penjara. Selama beberapa bulan dikurung, istrinya hanya menjenguk beberapa kali saja. Dan setiap kali itu pula dia menyatakan keinginan untuk 'hidup masing-masing'.

Setelah keluar dari penjara suaminya memutuskan untuk merantau, tak lama kemudian istrinya juga diajak karena kondisi ekonomi keluarga mereka mulai membaik. Belakangan kehidupan mereka kembali dilanda masalah, kondisi keuangan memburuk. Itulah hidup, benar persis seperti roda yang berputar, dan seringnya ketika berada di bawah berputarnya sangat lama. Dan ketika di atas nyaris sekedip mata saja. Tabiat buruk istrinya kembali muncul, berkali-kali minta cerai sampai akhirnya mereka benar-benar bercerai.

Saya tahu cerita ini dari salah satu orang terdekat pria tersebut. Saat pulang kampung pekan lalu kami bertemu dan banyak bertukar cerita. Yang lebih menyakitkan, mantan istri pria tersebut menuding-nuding keluarga suaminya dengan berbagai omongan yang tak pantas. Anggota keluarga si pria, meski berat hati mendengar kabar perceraian itu, di sisi lain mereka bersyukur. "Ada perbuatan-perbuatan tak patut yang dilakukan perempuan itu ketika suaminya tidak di rumah," begitu sepenggal penjelasan yang diceritakan oleh kerabat pria itu kepada saya.

Saya tak banyak berkomentar, karena saya pun pernah bertemu beberapa kali dengan mantan istri pria itu. Walaupun saya bukan ahli nujum, tapi saya bisa membaca perangainya dari sikap perempuan itu.


IMG20171223162522.jpg


Seorang istri lainnya, nyaris setiap kali bertemu mengeluhkan tentang suaminya. Pendapatan suami yang tidak mencukupilah, yang tak mau tahu urusan dapurlah, tak peduli pada sekolah anaklah, cueklah, pokoknya selalu ada yang kurang dari suaminya. Hal itu juga kerap ia sampaikan ketika ibu mertua dan ipar-iparnya datang. Ia juga sering membangga-banggakan dirinya yang punya usaha sampingan. "Kalau hanya mengandalkan dari pendapatan suami, mana cukup." Saya sudah nggak asing lagi dengan kalimat itu.

Ada memang orang yang gemar berbicara, hal-hal yang tak perlu diceritakan pada orang lain pun kadang diobralnya. Padahal baik buruknya pasangan, cukuplah kita yang tahu. Apa gunanya orang lain mengetahui 'isi perut' kita. Apa gunanya menceritakan perihal beras yang kurang, bawang yang habis, atau gula yang tak cukup kepada orang lain. Apakah dengan begitu beras di dalam karung jadi otomatis bertambah? Bukankah dengan menjelek-jelekkan pasangan pada orang lain itu sama saja dengan mengumbar aib sendiri? Membuat orang ilfil pada kita.

Sesama pasangan, sudah sepatutnya saling merahasiakan aib bukan? Saling memberikan kenyamanan dan menambal kekurangan masing-masing, juga saling memuliakan. Jika kita tak memuliakan pasangan kita, apakah orang lain ujug-ujug mau memuliakannya?

Jauh-jauh hari Nabi Ibrahim sudah mengingatkan bagaimana seharusnya seorang istri bersikap. Tak apalah saya ceritakan selintas untuk mengulang rekam ingat kita tentang cerita itu.

Suatu ketika Nabi Ibrahim datang untuk menjenguk anaknya Nabi Ismail. Tetapi Nabi Ismail sedang pergi berburu, otomatis Nabi Ibrahim hanya bertemu dengan menantunya. Beliau pun menanyakan bagaimana kondisi rumah tangganya dan istri Nabi Ismail curcol mengenai kondisi rumah tangga mereka yang sulit dan kekurangan. Nabi Ibrahim berpesan: “Apabila suamimu datang, sampaikan salam dariku dan katakan agar ia mengganti palang pintu rumahnya.”

Ketika Nabi Ismail pulang, istrinya menceritakan perihal pertemuan itu dan pesan tersebut. Lalu Nabi Ismail mengatakan: “Dia adalah ayahku, dan engkaulah yang dimaksud dengan palang pintu itu. Kembalilah engkau kepada orang tuamu (Nabi Isma’il menceraikan istrinya, ed.)!”

Nabi Ismail pun kembali menikah dengan perempuan lain. Di waktu yang lain Nabi Ibrahim kembali menemui anaknya, sayangnya Nabi Ismail juga tidak di rumah. Yang ada hanya menantunya. Nabi Ibrahim kembali bertanya perihal rumah tangga anaknya. Menantunya bercerita mengenai kondisi keluarganya yang penuh berkah dan rahmat dari Allah. Ketika hendak pulang Nabi Ibrahim menitipkan pesan: “Jika suamimu datang, sampaikanlah salam kepadanya dan katakan kepadanya agar ia mengokohkan palang pintu rumahnya.”


IMG20171223164921-ANIMATION.gif


Ketika Nabi Ismail pulang, ia menanyakan kepada istrinya apakah ada orang yang mencarinya. Istrinya pun menceritakan tentang kedatangan Nabi Ibrahim dan pesannya.

"Dan ia bertanya pula tentang kehidupan kita, maka aku sampaikan bahwa kita berada dalam kenikmatan, dan aku mengucapkan syukur memuji Allah.”

Nabi Isma’il bertanya lagi, “Kemudian apalagi yang ia katakan?”

Istrinya menjawab, “Ia menitipkan salam untukmu dan memerintahkannmu untuk mengokohkan palang pintu rumahmu.”

Nabi Isma’il lantas berkata, “Dia adalah ayahku, dan engkau adalah palang pintu itu. Ia memerintahkan agar aku tetap mempertahankanmu (sebagai istri).”

Dari penggalan cerita di atas bisa kita ambil pelajaran, perbuatan berkeluh kesah bukanlah perbuatan yang disukai dan tercela. Bukan tidak mungkin perasaan-perasaan 'kurang' yang selama ini kita rasakan justru akibat kebiasaan buruk kita sendiri. Sering mengeluh adalah wujud dari kurangnya rasa syukur, dan kurangnya syukur bisa memantik prasangka buruk kepada Allah. Jangan sampai sifat buruk kita justru membuat rezeki untuk keluarga seret. Naudzubillah.[]

[]

Sumber bacaan: muslimah.or.id

Sort:  

Enak ceritanya, kalau lebih lengkap dan panjang bisa ada haru di situ. btw kapan gelar itu bakal disandang han?

ceritanya kriuk-kriuk...siapa dulu dong guru menulisnya dulu, yess kan?

gas pool terus pokoknya han

Intinya, semoga saya bisa menikah cepat dan memuat postingan seperti ini. Tentu saja tentang istri saya. Hahaha

hahahahahahah jangan baper ya wkwkkwkwkw

Udah duluan baper. Gimana dunk. Sedihnya aku.

hahahahhaa..... itu artinya makin produktif bikin puisinya wkwkwkw

Tapi puisiku datar bangets

Mengharu biru semoga yang nulis cepat bersanding

Emang situ kapan jadi istri? :p

situ kapan jadi suami? :P

Tinggal bilang saja, situ maunya kapan! :D

Terima kasih Ihaan. Love you to the Pluto and back!

Nyess kali bacanya. Semoga kak Aini jadi palang pintu yang dipertahankan seterusnya...selamanya. Aamiin.

aminnn aminnnn aminnn kalau kakak sih palang pintunya udah pake baja hahahahah