Hallo Steemians
Semogah selalu dalam lindungan tuhan Yang Maha Esa. Ucapan terima kasih kepada penulis senior di Komunitas Steemit Indonesia dengan tulisan-tulisannya yang membantu memberikan bimbingan kepada penulis pemula.
Sebelum memasuki inti daripada tulisan ini saya mengajak sahabat semua nuntuk mampir di tulisan saya sebelumnya
[Rencong: Bukan Sekedar Senjata, tapi Identitas Bangsa] (https://steemit.com/aceh/@irsanse/9-rencong-bukan-sekedar-senjata-tapi-identitas-bangsa)
[Ants: A Motivation Story]
(https://steemit.com/life/@irsanse/8-ants-a-motivation-story)
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi kepada sahabat steemit tentang sebuah kebiasaan yang sering kita temui, yaitu Jam Karet.
source image: bayufajarpratama.web.id
Pernahkah kalian mendengar istilah Jam Karet ? di Indonesia istilah ini sangat melekat dikalangan masyarakat. Ia kerap kali di sebut-sebut berbarengan dengan rasa kesal, bahkan tak jarang ia di gunakan sebagai salah satu indikator disiplin atau tidaknya seseorang.
Lalu apa sih Jam Karet itu ? Bagaimana ia bisa berkembang di kalangan masyarakat ? Serta apa pula yang menjadikannya begitu menjengkelkan bagi orang-orang dengan disiplin ayng tinggi.
Jam karet adalah istilah yang merujuk kepada konsep "elastisitas" waktu, di mana sebuah waktu yang telah ditentukan bukan merupakan sesuatu yang pasti, melainkan sesuatu yang dapat dapat diundur (dianalogikan dengan direnggangkan seperti karet).
Lalu apa yang menjadikannya berkembang di kalangan masyarakat? Sebenarnya ada beberapa alasan kenapa budaya Jam Karet terus berkembang. Berikut beberapa penyebab berkembangnya budaya Jam Karet.
- Pertama
Suka menunda, tak di sangkal lagi kebiasaan ini seolah menjadi sesuatu hal yang wajib untuk di lakukan. Dalam kehidupan sehari-hari tak sedikit orang yang melakukan penundaan pada pekerjaannya seperti menunda pekerjaan kantor, tugas kuliah, pertemuan dll.
prayogisantosojournal.blogspot.co.id- Kedua
Kebiasaan” memaklumi” Jam Karet, sebagai contoh “kenapa kamu terlambat?”, “maaf tadi malam saya tidur terlalu larut malam”, “maaf saya terjebak macet”. Jika hal tersebut terus dilakukan memaklumi untuk melegalkan jam karet, maka tentunya akan sulit untuk menghilangkan kebiasaan yang tidak baik ini.
- Ketiga
Banyak yang menganggap “jam karet” sebagai budaya yang biasa dilakukan. Sebagai contoh dalam suatu pertemuan “untuk apa datang lebih awal, toh yang lain akan telat juga”. Tak bisa di pungkiri terkadang saya pun juga sering berpikiran serupa.
Tentunya untuk mengatasi kebiasaan buruk pada diri sendiri tidaklah segampang membalikan telapak tangan, akan tetap hal tersebut bisa di kikis dikit demi sedikit. Bisa mulai dari diri sendiri dengan memikirkan dampak buruk yang akan diterima apa bila terlalu sering melakukan jam karet.
Ada istilah dikit-dikit menjadi bukit, nampaknya ini bisa dijadikan sebagai semangat untuk memulai menghilangkan kebiasaan budaya Jam Karet. Butuh motivasi yang kuat untuk bisa memulainya, mintalah seseorang untuk selalu mengingatkan anda, memikirkan cita-cita anda yang tidak bisa dicapai dengan budaya Jam Karet.
Tentu indah bukan bila kebiasaan yang satu ini bisa dihilangkan 😊
Salam @irsanse
Nyan biasa pa aceh bang yang seureng 😂😂
Good luck bang
Hahah,,nyan beutoi @asrinaphonna :p
Btw makasih udah mampir,
Postingan kamu uda saya vote.
Hihihi... Makasih banyak yaakkk... 😃😃😃😃
Sipp sama-sama @asrinaphonna
Jangan lupa untuk bantu vote postingan saya juga, berbagi itu indah :p