SIAPA PERUSAK MANGROVE ACEH TAMIANG ?
Dua bulan yang lalu, masyarakat Aceh atau saya khususnya yang berdomosili di kawasan pesisir Aceh Tamiang tersentak ketika sebuah media nasional, yaitu harian Kompas memberitakan tentang kondisi terakhir hutan mangrove di kawasan pesisir Aceh Tamiang, dengaan judul berita yang menyedihkan : Hutan mangrove di Aceh Tamiang Kritis”
Link berita : https://kompas.id/baca/nusantara/2018/03/10/hutan-mangrove-di-aceh-tamiang-kritis/
Tak kurang, sebuah situs berita khusus lingkungan yaitu mongabay juga memuat berita serupa yang dikutip berdasarkan pers release WALHI Aceh. http://www.mongabay.co.id/2018/03/14/hutan-mangrove-di-aceh-tamiang-rusak-begini-kondisinya/
Saya bukan terkejut karena baru mengetahui cerita tentang hal ini, melainkan karena kenapa baru hari ini issu nya diangkat padahal persoalan kerusakan dan pengrusakan hutan mangrove di daerah saya ini sudah berlangsung lebih dari satu dekade yang lalu, dan terus berlangsung seolah tanpa solusi serta antisipasi yang memadai.
Berita ini sebetulnya sudah masuk kategori berita yang sudah out of date, berita basi, karna sudah dimuat skitar dua bulan yang lalu. Tapi saya selalu saja teringat untuk membuat sbuah tanggapan singkat mengenai hal ini, karena ada hal mengganjal dalam hati yang sepertinya butuh muara untuk menyalurkannya, prihal kerusakan mangrove di Aceh Tamiang.
Saya sudah sejak lama memperhatikan segala sesuatu terkait pemberitaan dan peristiwa terkait mangrove di wilayah ini, dan saya melihat sebuah pengkondisian yang tidak tepat terkait pelaku pengrusakan hutan tersebut. Dalam banyak berita dan peristiwa, selalu muncul kesimpulan bahwa kontributor terbesar dalam proses kerusakan mangrove Aceh Tamiang adalah petani/pencari kayu bakau untuk bahan baku arang serta pemilik dapur arang.
Ini jelas merupakan kesimpulan dan justifikasi yang sangat mengusik rasa keadilan saya, karena petani arang di posisikan sebagai tertuduh utama tanpa disertai dengan proses pembuktian yang memadai. Dalam berbagai pertemuan saya sering mengungkapkan rasa kebertan saya terhadap tudingan ini, sehingga mungkin menimbulkan kesan bahwa saya membela kepentingan pemilik dapur arang. Sebenarnya tidaklah seperti itu. Saya hanya inginkan sebuat penilaian yang adil.
Saat ini saya dan teman-teman se ide yang bernaung di bawah CSO Kawasan Ekosistem Mangrove Pantai Sumatera (KEMPRa) yang berkedudukan di Aceh Tamiang sedang membuat sebuah kajian spasial tentang sejauh mana tingkat kerusakan mangrove di kawasan ini dan apa yang menjadi penyebab utama kerusakan tersebut.
Dan dari hasil sementara yang yang kami dapatkan, fakta menunjukkan bahwa tingkat kerusakan utama kawasan mangrove di Aceh Tamiang bukan di sebabkan oleh prbuatan penebangan kayu bakau untuk bahan baku dapur arang, melainkan 75% kerusakan disebabkan oleh alih fungsi lahan bakau menjadi pertambakan, perkebunan dan lahan pertanian serta peruntukan lainnya.
Jadi, berhentilah menghakimi petani arang di Aceh Tamiang..
Congratulations @izuddin-idris! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Congratulations @izuddin-idris! You have completed the following achievement on the Hive blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
Your next target is to reach 50 replies.
You can view your badges on your board and compare yourself to others in the Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Support the HiveBuzz project. Vote for our proposal!