## Two Lenguage, Indonesia and English
## Indonesia
## Mengenal SPGM
Jalan Medan - Banda Aceh merupakan jalan lintas nasional yang terdapat di Provinsi Aceh. Jalur ini merupakan jalur darat satu - satunya untuk akses masuk menuju Provinsi Aceh dari Provinsi Sumatera Utara atau jalur keluar dari Provinsi Aceh Menuju Provinsi Sumatera Utara. Jalur ini terlihat mulus dan bagus untuk menempuh perjalanan ke Sumatera Utara atau sebaliknya dari Sumatera Utara menuju ke Provinsi Aceh. Aceh merupakan subuah daerah konsumen terbesar di Indonesia. Dalam hal ini, provinsi Aceh melakukan pemasokan kebutuhan segala keperluan kebutuhan jenis produk melalui Provinsi Sumatera Utara. Pemasokan produk ke Aceh banyak dilakukan melalui jalur darat nenggunakan mobil pengangkutan.
Gampong Mancang merupakan sebuah Gampong atau Desa yang terletak di jalan lintasan Medan - Banda Aceh. Di Gampong ini terdapat banyak toko - toko yang berjualan barang atau produk yang di datangkan dari Provinsi Sumatera Utara atau dari provinsi Lainnya. Melalui toko-toko inilah para konsumen membeli kebutuhan sehari-hari yang mereka butuhkan. Seperti bahan kebutuhan pokok, kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Satuan Pekerja Gampong Mancang ( SPGM ) adalah sebuah perkumpulan pekerja harian lepas lokal Gampong Mancang yang bertugas sebagai buruh bongkar muat. Buruh bongkar muat ini bertugas membongkar barang dari mobil pengangkutan untuk di masukkan ke dalam toko atau gudang. Setiap barang yang masuk ke gampong mancang melalui pengangkutan, maka para pekerja ini akan melakukan pekerja jasa yaitu membongkar barang yang terdapat dari dalam mobil untuk di masukkan ke dalam toko atau gudang. Proses pembongkaran ini melibatkan banyak pekerja. Para pekerja juga tidak terbatas, hal ini dikarenakan para pekerja tidak ada ikatan yang berarti. Hanya saja siapa yang ada dan ketentuan harus penduduk Gampong Mancang. Para pekerja ini juga tidak bisa sembarangan orang dan hanya diperuntuhkan untuk orang-orang yang sedang menganggur atau sedang tidak mempunyai pekerjaan. Jadi apabila penduduk yang sedang tidak mempunyai pekerjaan bisa menjadi pekerja buruh ini. Sedangkan yang mempunyai pekerjaa lain dilarang melakukan pekerjaan ini dikarenakan pekerjaan ini hanya diperuntuhkan untuk orang-orang yang sedang menganggur atau sedang tidak mempunyai pekerjaan. Jadi Satuan Pekerja Gampong Mancang ( SPGM ) ini bisa jadi sebagai alternatif bagi penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Pekerjaan ini tidak memerlukan kemampuan atau keahlian yang terampil, akan tetapi yang sangat dibutuhkan adalah tenaga untuk mengangkat barang pada saat pembongkaran.
Kerasnya hidup dan kurangnya lahan pekerjaan di Aceh membuat pekerjaan ini sering ramai dan diminati masyarakat agar mendapat penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari.
Pekerjaan ini pada dasarnya sangatlah berbahaya dan harus berhati-hati. Dikarenakan barang-barang yang dibongkar mempunyai beban yang berat dan harus dijaga agar barang tidak rusak. Para pekerja buruh ini terlihat tidak menggunakan pengaman atau pelindung tubuh mereka. Kurangnya biaya dan tidak adanya anggaran kas membuat pekerja ini tidak mampu membeli atau melakukan pengadaan pelindung diri.
Proses pembayaran mereka tergantung pada jumlah ongkos angkut barang tersebut. Misalnya ongkos angkut 30 batang besi dari Sumatera Utara ke Aceh sebesar Rp. 300.000.-, maka jumlah upah yang mereka terima yaitu 20% dari harga ongkos barang tersebut. Jadi apabila ongkos angkut barang besi tersebut sebesar Rp. 300.000.- maka yang menjadi bagian para pekerja tersebut yaitu sebesar Rp. 60.000.-, dan dibagi kepada pekerja yang terlibat dalam pembokaran barang tersebut. Sedangkan Rp. 240.000.- menjadi milik pihak pengangkutan barang tersebut.
Kehadiran mereka haruslah menjadi tanggungjawab pemerintah dan dilakukan pemberdayaan oleh pemerintah mengingat ini merupakan perkumpulan yang harus diberdaya dan dibina. Pemberdayaan bisa dilakukan melalui pemberian pelatihan dan pengadaan alat-alat pelindung diri mereka saat mereka melakukan pekerjaan bongkar muat ini.
Demikianlah liputan singkat saya tentang Satuan Pekerja Gampong Mancang ( SPGM ) dan semoga dengan informasi ini bisa menjadi pengetahuan kita dan menjadi bahan pengambilan keputusan pemerintah untuk memberdayakan keberadaan mereka.
English
Get to know SPGM
The Medan - Banda Aceh road ramp is a national crossroad found in Aceh Province. This line is the only land route for access to the province of Aceh from the province of North Sumatera Utara the exit from the Province of Aceh Towards the Province of North Sumatera. This path looks smooth and good to travel to North Sumatera Utara vice versa from North Sumatra to Aceh province. Aceh is the largest consumer area in Indonesia. In this case, the province of Aceh to supply the needs of all needs of the type of product needs through the Province of North Sumatra. Supply of products to Aceh is mostly done by land using a freight car.
Gampong Mancang is a Gampong or Desa located on the national road of Medan - Banda Aceh. In Gampong there are many shops - shops selling goods or products that come from the Province of North Sumatra or from other provinces. It is through these stores that consumers buy the everyday necessities they need. Such as basic needs, primary needs and secondary needs.
The Gampong Mancang Workers Unit (SPGM) is an association of local freelance workers of Gampong Mancang who served as loading and unloading laborers. This loading and unloading worker is in charge of unloading the goods from the freight car to enter into the shop or warehouse. Any goods that enter the gampong mancang through transportation, then these workers will do the service workers that is unpacking the goods contained from the car to be inserted into the store or warehouse. This demolition process involves many workers. The workers are also unlimited, this is because the workers have no significant ties. It's just who is there and the provisions should be residents of Gampong Mancang. These workers also can not be arbitrary and only undone for people who are unemployed or unemployed. So if the unemployed population can become these workers. Those who have other workers are prohibited from doing this work because this work is only undone for people who are unemployed or unemployed. So the Satuan Pekerja Gampong Mancang (SPGM) could be an alternative for the unemployed population to fulfill their household needs. This job does not require skillful skills or skills, but what is really needed is the power to lift the goods at the time of dismantling. The harshness of life and the lack of jobs in Aceh makes this work often crowded and enthused people in order to earn income for daily needs.
This work is basically very dangerous and must be careful. Because the goods dismantled have a heavy burden and must be maintained so that the goods are not damaged. These workers are seen not using their bodyguards or body armor. Lack of costs and the absence of a cash budget make these workers unable to afford or procure personal protective equipment.
Their payment process depends on the amount of freight charges. For example, the cost of transporting 30 iron rods from North Sumatra to Aceh is Rp. 300.000.-, the amount of wages they receive is 20% of the cost of the goods. So if the cost of transporting the iron is Rp. 300.000.- then that part of the workers is Rp. 60.000.-, and divided to the workers involved in the circulation of the goods. While Rp. 240.000.- belongs to the carrier.
Their presence should be the responsibility of the government and empowered by the government considering it is an association to be empowered and nurtured. Empowerment can be done through the provision of training and procurement of their personal protective equipment as they perform this loading and unloading work.
Such is my short coverage of the Satuan Pekerja Gampong Mancang (SPGM) and hopefully with this information can become our knowledge and become the government's decision-making materials to empower their existence.
Hi,
SPGM harus dikelola profesional untuk menjaga tim tetap solid baik waktu bongkar muat maupun ditempat lain.
Harus jelas mana anggota SPGM sehingga bisa fokus kerja dan jelas pendapatannya, kalau semua masyarakat sebagai anggota SPGM jadi tidak seimbang pendapatan kr ada sebagian masyarakat yang bekerja atau punya profesi khusus namun tetap jadi buruh ... Kan kasihan bagi anggota SPGM nya yang hanya mengandalkan upah dari bongkar-muat ini.
Bravo SPGM