Tadi malam saya menamatkan membaca novel Lolita, saya butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya, karena novel itu adalah novel bahasa Inggris.
"Lolita, light of my life, fire of my loins. My sin, my soul."
Begitulah kalimat pembukan dalam novel Lolita, ini adalah novel sastra pertama kali yang aku baca. Termasuk novel klasik. Aku terkesan sekali dengan halaman pembukannya. Dulu aku membaca versi terjemahan, dan tadi malam aku selesai membaca dalam versi aslinya, yakni bahasa Inggris. Ditulis oleh Vladimir Nobokov. Novel bercerita mengenai seorang fidofil, seorang pria tua yang memiliki hastrat kepada seorang gadis kecil, Lolita. Naratornya unreliable, dan aku sangat terkesan akan gaya narator mengenalkan Lolita kepada pembaca, gayanya seperti berikut:
"Lo-lee-ta: the tip of the tongue taking a trip of three steps down the palate to tap, at three, on the teeth. Lo. Lee. Ta."
Kemudian cara dia merangkai kata, memperdetil lagi mengenai Lolita kepada pembaca. Karena kelihaiannya menyusun kata, sebagai pembaca, saya lupa bahwa tokoh prontagonis sekaligus narator adalah seorang fidofil. Seperti berikut ini dia menambah penjalasan tentang Lolita di awal-awal halaman:
"She was Lo, plain Lo, in the morning, standing four feet ten in one sock. She was Lola in slacks. She was Dolly at school. She was Dolores on the dotted line. But in my arms she was always Lolita."
Selanjutnya saya ingin membaca karya Nadine Gordimer, tapi tidak dalam bahasa Inggris, saya kapok membuka kamus.
Nadine Gordimer, peraih nobel sastra 1991, aku sudah lama mendengarkan nama dan reputasinya. Tapi baru kali ini memiliki kesempatan untuk membaca karyanya, kumpulan cerpennya. Buku ini setebal 300 halaman lebih, bercerita mengenai kemanusiaan. Sebelumnya aku pernah membaca karya Afrika lainnya, JM Coetzee, tapi dia kini sudah menjadi warga negara Australia. Mau mengakui atau tidak, orang yang paling berjasa dalam mempengaruhi penulis dunia adalah Jorge Luis Borges dari Argentina. Borges sendiri amat terpengaruhi oleh kisah 1001 malam(Arabian Nights). Gaya khas Arab bernarasi itu mirip perawian hadist, unik sekali. Beberapa penulis kontemporer yang memakai gaya ini adalah Tariq Ali(Pakistan), Amiin Maalouf(Libanon). Di Indonesia umumnya para penulis berkiblat ke Belanda, Belanda tidak mahir dalam hal ini, Belanda mahirnya dalam hukum dan menimbun laut.