Peta Dunia Buatan Ibu Guru

in #life5 years ago (edited)

images.jpeg
source

Rintik hujan yang dibawa awan, telah mengelayuti sekolah kami pagi itu, aroma air dari langit menyentuh tanah di halaman sekolah, membuat aku menoleh ke luar pintu kelas.

Sepertinya hujan akan menjadi lebat tak lama lagi, benar saja, kilatan cahaya di langit yang diikuti suara menggelegar, menjelaskan hujan datang dengan riuh.

Sebuah kelas di Madrasah Tsanawiyah tampak lebih lengang dari biasanya, para siswa yang sudah hadir, sedang melakukan aktifitasnya masing - masing, sambil menunggu datangnya guru untuk pelajaran Geografi.

Hasil-Belajar-dan-Upaya-Meningkatkan-Hasil-Belajar-768x480.jpg
source

Siswa yang duduk tepat di belakangku sedang saling memperdengarkan hafalan Quran. Sedangkan di sudut lain, beberapa siswa berbicara tentang kaset Nintendonya yang belum dikembalikan.

Aku sendiri hanya terdiam, tak punya kata, dalam hati aku malah mengkhawatirkan Ibu Nurjannah, guru Geografi yang belum juga hadir.

Dari kejauhan terdengar suara langkah kaki, perlahan dan bersahaja, semakin lama semakin jelas. "Oh, itu Ibu Nurjannah...", ucapku.

Ibu Nurjannah, melempar senyum manisnya, barisan gigi putih yang amat rapi, mengintip dari celah bibirnya. Selalu saja dengan semangat yang aku ingat, dari pertemuan - pertemuan sebelumnya, padahal beberapa bulan lagi, Ibu Nurjannah akan memasuki usia pensiun.

Segera setelah mengucapkan salam, ia langsung mengambil kapur, dan mulai menggores di atas papan tulis hitam. Seperti biasanya, mengawali pelajaran Geografi dengan menggambar peta dunia menggunakan tangannya sendiri.

Tak butuh waktu lama, ia begitu cekatan menggambar lima benua, lengkap dengan peta Indonesia ditengahnya, padahal kami punya gambar peta dunia yang sudah dicetak.

Tidak pernah ada yang tau sejak kapan, ia mulai menggambar peta di papan tulis, ia tampak sangat profesional dengan aktifitasnya tersebut.

Kami memanggilnya Ibu Nur, ia punya banyak cerita, yang menambah kaya pembahasan materi pelajaran Geografi. Pengalamannya hidup di tiga masa pemerintahan, telah membuat banyak pengalaman.

Terkadang ia bercerita tentang zaman penjajahan Belanda, dan tak jarang pula ia bercerita tentang penjajah Jepang, selain itu cerita tentang Presiden Indonesia pertama dan kedua, juga ia faham benar.

Suatu hari ia berpamitan pada kami, ia berkata bahwa hari ini adalah hari terakhirnya mengajar, masa pensiun telah memanggilnya.

images (1).jpeg
source

Aku adalah salah satu dari murid yang bersedih, dengan perpisahan ini. Bagi kami, pelajaran Geografi menjadi lebih menarik dan mudah difahami, dengan cara belajar yang diberikan oleh Ibu Nur.

Sepeninggal Ibu Nur, pelajaran Geografi diberikan oleh guru pengganti. Ia mencoba meniru gaya Ibu Nur dalam mengajar, kami menghargai usahanya, membawa romansa Geografi yang sama dengan Ibu Nur. Hanya saja jauh dari dalam hati, jujur pelajaran Geografi tidak lagi semenarik dulu.[]