Awal dari kisah "kesesatan" ini adalah keberangkatan saya dan keluarga dari kampung di Mali, bukan Mali yang ada di Afrika sana terlalu jauh hayalan teman-teman, tapi ini Mali, Mali Guyui sebuah desa yang berada di kecamatan Sakti atau lebih dikenal dengan sebutan Lamlo. Sore kisaran pukul 17:30 kami berangkat dari sana dengab perjalan yang sangat santai menurut saya, kecepatan kendaraan tertinggi hanya menunjukkan angka 80 KM/jam, kadang kecepatan itupun melemah ke angka 60 dan 40 KM/jam.
Karena kecepatan kendaraan yang saya kendarai terbilang lambat, banyak kendaraan yang mendahului kami dalam perjalanan itu, bahkan becak sekalipun juga tidak mau ketinggalan dalam memacu adrenalin untuk mendahului kendaraan yang saya kendarai itu. Anak-anak seakan sedang bermain di rumah dalam perjalanan ini, hal ini karena kecepatan kami betul-betul santai menurut saya.
Dua SPBU saya sambangi dalan perjalanan itu, untuk sekedar mengharap BBM subsidi dapat mengisi tanki kendaraan kami, namun di SPBU pertama tertulis bahwa PREMIUN dalam perjalanan, saya terbayang akan perjalan saya sendiri dan mungkin perjalanan BBM bersubsidi itu lebih santai dari perjalanan saya, setelah saya membaca tulisan itu, saya keluar dari SPBU iti kembali memacu kendaraan dengan santai, dan beberapa kendaraan tidak sabar berjalan dibelakang saya karena terlalu lambat juga menurut mereka, dan kami sudah di SPBU kedua, hal yang sama juga di sampaikan oleh petugas SPBU, bang ada premium? Tanya saya pada petugas, kosong bang sedang dalam perjalanan, demikian keterangan karyawan berseragam merah itu. Saya memilih mengisi BBM ber oktan 99 dikarenakan BBM bersubsidi sedang dalam masa-masa evaluasi pemerintah.
Dua kali saya berhenti untuk keperluan hajat anak-anak yang sudah tidak tahan lagi melepaskan rasa kangen nya akan kamar kecil sekedar membuang air kecil dan tidak akan menyebabkan bandang, itu berhenti pertama selain kebutuhan BBM, berhenti kedua untuk memenuhi panggilan Allah SWT yang menjadi kebutuhan semua manusia mukmin aqil baligh. Maaf kalau teman-teman adabyang sudah tidak sabar lagi menunggu "kesesatan" saya di Simpang Surabaya semalam.
Untuk menghindari kehabisan kesabaran teman-teman, saya memacu cerita saya dengan lebih cepat agar saya cepat sampai di Simpang Surabaya, sebuah tugu di persimpangan jalan mulai terlihat dari jarak tiga ratusan meter, pertanda saya sudah memasuki kota yang pernah saya diami selama 6 tahun dan dua tahun setelah itu saya tinggalkan sejenak kota ini, kemudian setalah dua tahun itu, saya kembali lagi mendiami kota ini, dan sudah tujuh tahun belakangan setiap minggunya kota ini menjadi tempat saya transit, kenapa saya harus mengatakan ini biar "kesesatan" saya semalam di Simpang Surabaya tidak dianggap sebagai tempat yang pertama saya datangi.
Untuk teman-teman ketahui bahwa di kota ini ada sesuatu yang baru, tapi tidak baru-baru kali juga buat saya yaitu jalan layang/jembatan pengurai kemacetan/fly over yang dibangun di Simpang Surabaya, jembatan ini satu sisi berada di depan Gedung Keuangan Peuniti, sementara sisi yang satunya lagi berada di Lamseupueng dan Labuy, nah di sisi Lamseupueng inilah awal cerita "kesesatan" saya semalam di Simpang Surabaya, begitu tiba di fly over ini saya memilih jalur yang berada di sisi kiri dan tidak menggunakan fly over karena tujuan saya adalah ke klinik andalas yang berada di tepi jalan di bawah fly over.
Ketika tiba di ujung fly over Lamseupueng atau Labuy saya sempat mengatakan pada istri, seakan jalan ini menurun, hal ini disebabkan tanjakan fly over, disinilah awal mula saya hilang sasaran dan radar saya blank, jalan yang yang lalui secara otomatis akan mengarahkan saya berbelok kiri, di belokan itu ada sebuah warung kopi ternama yang saya tidak sanggup lagi menghitung berapa kali saya ngopi di sana, namun semalam saya tidak melihat warung itu, ketika kendaraan belok kiri saya bertanya pada seisi kendaraan, nyo hoka? (ini sudah dimana?) Saya betul-betul tidak tau lagi berada dimana, lalu istri mengatakan bahwa jalan ini arah menuju terminal Batoh, tapi saya betul-betul tidak tau saya berada dimana. Saya betul-betul tersesat. Sehingga istri mengarah kan saya harus berbelok kemana alias menjadi penunjuk arah sampai kami tiba ditujuan.
@resteemator is a new bot casting votes for its followers. Follow @resteemator and vote this comment to increase your chance to be voted in the future!
Good story
Regards
@romiyulianda
Hahaha bit bit meumang lon, padahal simpang surabaya nyan cit tempat transit lon
Hahaha seru Pak ceritanya. 🤣
Untung Pak @seumalu memiliki GPS manual (istri) 😁
Salah belok langsung di keplak sama GPS nya... Hahaha
Hahaha benar sekali @gojopeppo 😂
Hahahaha kita orang baik gak bakal dikeplak
lanjutkan bg tulisannya... penasaran ujungnya... :D
Lage di samon meunan, untung ada GPS manual
Alhamdulillah 😃
GPS manual memang bereh 😉
Ternyata di banda aceh pak @seumalu pikir surabaya sana...hahaha
Hahaha ngapin jauh2 ke Surabaya, krn di Surabaya tidak ada simpang surabaya
maklum lah pak @seumalu, dikarena baru sekali ke banda jadi tidak tahu jalannya tapi gk sampai sesat
Hahahahaa
Hehehehe
Hehehehe biar ga sesat jangan lupa tulis surat bg @sumalu ....
Saleum
@zulfikarsh
Surat itu bernama "saya kesesatan di simpang surabaya
Hehehe ia bg @seumalu...
Terimakasih Uda mau follow dan vote saya
Saleum
@zulfikarsh
Cerita yg bagus dan menarik dari @seumalu, kami tunggu part 2, he he he
Part dua renungan atas kesesatan itu, di samon lon
Congratulations @seumalu! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of comments
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP