Seorang anak dan ayahnya

in #life7 years ago

Seorang Anak dan Ayahnya

Postingan ini adalah tentang apa yang sering terjadi didalam sebuah keluarga..

Alkisah ada sebuah keluarga yg memiliki seorang anak laki2..
Si anak tidak suka tinggal di rumah, karena ayahnya selalu mengomel;
"Nak, kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan kipas angin.."
“Matikan TV! Jangan biarkan menyala di ruangan di mana tidak ada siapa-siapa menontonnya.."

“Simpan pena di tempatnya, itu jatuh ke bawah meja..”

Putranya tidak suka ayahnya mengomelinya untuk hal-hal kecil ini..

Tapi dia terpaksa harus mentoleransi hal-hal ini sejak kecil, karena dia tinggal bersama keluarganya di rumah yang sama..

Kemudian datanglah hari dimana dia mendapat undangan untuk wawancara kerja...

Dia membatin dalam hatinya, "Begitu saya mendapatkan pekerjaan itu, saya akan meninggalkan kota ini. Tidak akan ada lagi omelan dari ayah saya.." Begitulah pikirnya..

Ketika dia hendak pergi untuk wawancara, sang ayah menyarankan:
“Nak, jawablah pertanyaan yang diajukan kepadamu tanpa ragu-ragu.. Bahkan jika engkau tidak tahu jawabannya, sebutkan itu dengan percaya diri!” Ayahnya memberi uang yg lebih banyak daripada yang sebenarnya dibutuhkan untuk menghadiri wawancara hari itu..

Si anak akhirnya tiba di pusat wawancara..

Dia memperhatikan bahwa tidak ada penjaga keamanan di gerbang. Meskipun pintunya terbuka, gerendelnya menonjol keluar, hal itu bisa membuat orang yg masuk melalui pintu menabraknya.
Dia meletakkan gerendel kembali dengan benar, menutup pintu dan kemudian memasuki kantor.

Di kedua sisi jalan dia bisa melihat tanaman bunga2 yang indah. Air mengalir di pipa selang dan tidak terlihat seseorang di mana pun. Airnya meluap sampai ke jalan setapak.
Dia mengangkat selang dan meletakkannya di dekat salah satu tanaman dan kemudian melangkah lagi.

Sesampainya dikantor dia melihat tidak ada seorang pun di area resepsionis. Namun, ada pemberitahuan yang mengatakan bahwa wawancara berada di lantai pertama. Dia perlahan menaiki tangga.

Lampu yang dinyalakan tadi malam masih menyala hingga pukul 10 pagi itu. Tiba2 dia ingat peringatan ayahnya "Mengapa kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan lampu?!" Dan dia masih bisa mendengarnya sekarang. Dia merasa sedikit jengkel oleh pikiran itu, namun dia mencari saklar dan mematikan lampu itu.

Di lantai atas di aula besar dia bisa melihat banyak pelamar yg duduk menunggu giliran.
Ketika melihat banyaknya pelamar itu, hatinya bertanya-tanya apakah dia punya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan itu.

Dia pun memasuki aula dengan sedikit gentar dan menginjak keset yg bertuliskan "Selamat Datang" yang ditempatkan di dekat pintu.
Diperhatikannya bahwa keset itu terbalik. Spontan saja dia membetulkannya, walaupun dengan sedikit kesal.

Dia melihat bahwa dalam beberapa baris di depan ada banyak orang yang menunggu giliran, sedangkan barisan belakang kosong, tetapi kipas angin menyala di atas deretan kursi kosong itu.
Dia mematikan kipas yang tidak diperlukan dan duduk di salah satu kursi yang kosong.

Dia melihat banyak pria memasuki ruang wawancara dan segera pergi dari pintu lain. Jadi tidak mungkin ada yang bisa menebak apa yang ditanyakan dalam wawancara.

Ketika tiba gilirannya, dia pergi dan berdiri di hadapan pewawancara dengan sedikit gemetar dan pesimis.

Sesampainya didepan meja, pewawancara langsung mengambil sertifikat, dan tanpa berkata apa2, mereka langsung bertanya, "Kapan anda bisa mulai bekerja?"

Dia terkejut dan berpikir, "apakah ini pertanyaan jebakan, atau sebuah sinyal bahwa saya telah diterima untuk pekerjaan itu?"
Dia bingung.

"Apa yang kamu pikirkan?", tanya sang bos.
Kemudian ia melanjutkan kata2nya, "Kami tidak mengajukan pertanyaan kepada siapa pun di sini.
Karena dengan mengajukan hanya beberapa pertanyaan, kami tidak akan dapat menilai siapa pun.
Tes kami adalah untuk menilai sikap orang tersebut. Kami melakukan tes tertentu berdasarkan attitude para kandidat."

"Kami mengamati setiap orang yg datang melalui CCTV, untuk mengamati apa saja yg dilakukannya, ketika melihat hal2 yg tidak benar terjadi disekitarnya, seperti: gerendel di pintu, pipa selang dengan air yg mengalir, keset selamat datang, lampu dan kipas yang tidak berguna."

"Dan anda adalah satu-satunya yang memperhatikan dan memperbaiki hal2 itu.
Itu sebabnya kami memutuskan untuk memilih anda.”

Hatinya terharu, dia langsung ingat ayahnya.
Dia yg selalu merasa jengkel terhadap disiplin dan omelan ayahnya, sekarang menyadari bahwa omelan dan disiplin yg ditanamkan oleh ayahnyalah yang telah membuat dia diterima pada pekerjaan yg diinginkannya..
Kekesalan dan kemarahannya pada ayahnya seketika sirna..

"Ayah, maafkan anakmu", demikian bisiknya..

Dia memutuskan akan meminta maaf kepada ayahnya, dan dia akan membawa ayahnya melihat tempat kerjanya..
Dia pulang ke rumah dengan bahagia..

Apapun yang ayah kita katakan kepada kita, hanyalah untuk kebaikan kita..
Semua bertujuan untuk memberi kita masa depan yang cerah!

Batu karang tidak akan menjadi patung yang indah dan berharga, jika dia tidak mau menahan rasa sakit dari pahat yang memotongnya - nn

Agar kita menjadi pribadi yang indah dan baik, maka kita perlu menerima dan mematuhi peringatan yg ada..
Kita harus bisa memahat kebiasaan baik dari hal2 atau perilaku buruk yg muncul disekitar kita, dimulai dari diri kita sendiri..

Ibu mengangkat anak di pinggangnya untuk memeluk, memberi makan dan untuk membuatnya tidur..

Tetapi ayah mengangkat anak ke pundaknya untuk membuatnya melihat dunia yang lebih luas yg kadang bahkan si ayah sendiripun tidak bisa melihatnya..

Ayah dan ibu adalah pahlawan dan guru kehidupan..
Petunjuk dan kasih sayangnya mendampingi kita sepanjang kehidupan kita..

Perlakukanlah mereka dengan baik..
Hal ini akan menjadi contoh dan bimbingan dari generasi ke generasi berikutnya, sebagai estafet nilai kehidupan..