Foto by @emisa
Rumah Aceh itu, tampak sudah mulai lapuk, karena dimakan usia dan kurangnya perawatan, dibawahnya terlihat seorang anak duduk bersila diantara penyangga sebuah tempat tidur yang terbuat dari bambu, tempatnya juga sudah payah. Namanya Amirullah, umurnya sekira lima tahun, matanya sesekali ke kanan dan kekiri, melihat anak-anak lain seuisianya yang bermain diluar pagar, tubuhnya serasa ingin ikut nimbrung bersama mereka, tapi bukan dia tidak mau, melainkan kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan dia bergabung.
Dia adalah anak dari pasangan M. Jamil dan Darwisyah, warga Gampong Kret Paloh, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, mereka adalah keluarga miskin yang kurang perhatian dari publik bahkan pemerintah dan hanya mengandalkan pendapatannya dari profesi buruh tani. Amir, panggilan anak itu, kakinya lumpuh sejak lahir, hal itulah yang membuat dia tidak bisa pergi kemana-mana untuk bermain bersama teman seusianya.
Beberapa waktu lalu, beredar surat curhatan dari abangnya Muhammad, murid kelas 4 SDN 2 Padang Tiji, sepucuk surat tersebut tertulis ditujukan kepada Abusyik, yang merupakan nama akrab Bupati Pidie, Roni Ahmad.
Dengan tulisannya tangannya sendiri, dia mengutarakan bahwa dia memiliki adik yang masih kecil, namun tidak bisa bisa berjalan karena lumpuh sejak lahir. Mimpi sebenarnya dia adalah dapat mengendarai sepeda bersama adiknya, seperti anak – anak yang lain, tapi dia tahu itu nyaris tidak mungkin dengan kondisi keluarganya yang miskin. Pun demikian, dalam tulisan yang masih ‘petak-petak’ tersebut, dia sangat memimpikan Bupati Pidie, dapat melihat adiknya yang lumpuh dan diberikannya sebuah kursi roda, sehingga dia bisa membawa adiknya berjalan-jalan mengelilingi Gampong.
Surat tersebut kemudian beredar ditangan-tangan rekan Jurnalis Pidie, melihat belum adanya pihak yang merespon surat tersebut, pihak Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Pidie, dibawah Koordinator Idris Ismail, mengutarakan niat segara membelikan kursi roda kepada Amirullah, dibantu sumbangan dari kuli tinta yang ada di Gedung Putih, berlantai dua di Gampong Lampeudeu, Kecamatan Pidie itu.
Sontak saja, “Surat beredar, rodapun datang,” mungkin itu kata kiasan yang cocok untuk dinobatkan dalam masalah ini. Sejumlah kawan-kawan PWI Pidie, langsung mendatangi rumah tempat tinggal Amirullah, anak tersebut masih kaget tidak tahu apa-apa, mukanya sangat polos, saat sebuah gardus besar diturunkan dari sebuah mobil menuju kearahnya. M. Jamil, yang memakai kaos lusuh, langsung menghampiri para kuli tinta tersebut.
Kursi roda tersebut langsung dibuka, Amirullah pun, ikut serta duduk diatasnya, tapi dia masih belum tahu apa-apa, sehingga rawut wajahnya masih saja polos, selayaknya anak kecil seusianya yang tak tahu apa itu.
Senyum manis tersirat dari bibir manisnya, seakan-akan dia tahu, ada harapan baru dalam hidupnya mulai hari itu. Harapan yang bermula dari surat sang kakak kepada Bupati Pidie, Abusyik, agar dibelikan kepadanya kursi roda. Kini, kita hanya dapat berdoa agar diberi kesembuhan kepadanya, semoga dia dapat bermain bersama abangnya dan teman seusianya, seperti anak-anak lain.
Koh can dia e e e
koh can apa tu....???
Koh koh pokoknya e e e 😂😂😂😂
Pajoeh bue peu???
Ini benar2 membuat saya terharu kawan. Terima kasih sahabat2 dari PWI Pidie. Saleum
Sama-sama @rezaacoi terima kasih sudah membaca. mohon masuknnya juga..
Mantap @zianmustaqin. Lanjutkan misi mulia
Nyo yg lagee2 nyoe peurlee dipopulerkan.. Bah rame ureung tupue, ngat dibantu.
teumuleeh yang memang jeut ke faedah... hahahhaa.
Nyan kabutoi.. Apa lagi masalah tgk dayah, lubeh meufaedah lom..hahaha
Geupaps... Hahhahaha
Nyan KA lon pateh bg @zianmustaqin.
Sigoe-sigoe kapateh....@fajri26
Sangat luar biasa
Apanya yang luar biasa ni bray... ???