Suatu Hari di Ixobox
Menggunting rambut sama seperti berobat ke dokter. Kalau kita sudah merasa cocok dengan satu orang penata rambut, kita akan sulit pindah ke lain hati. Masih ingat bintang sepakbola Rusia, Andrew Arshavin (entah ada hubungannya dengan @hattaarshavin), ketika ia bermain di Arsenal?
Ketika baru tiba di markas The Gunner di London, Arshavin tidak nyaman dengan penata rambut di London. Akhirnya, dia membiayai penerbangan penata rambutnya dari Moskow ke London, membiayai akomodasi dan memberikan honor yang lumayan. Sang penata rambut—meski diuntungkan dengan sikap itu—tidak bisa memahami mengapa ada orang seperti Arshavin yang mau mengeluarkan uang yang sangat banyak hanyal untuk menggunting rambut.
Begitulah gaya hidup seseorang yang mau mengeluarkan banyak uang demi sebuah kenyamanan.
Saya sering berdiskusi dengan seorang tukang gunting rambut di Lhokseumawe tentang perilaku tersebut. Termasuk bagaimana seorang kawan yang sudah lama bermukim di Amerika Serikat, setiap pulang ke Indonesia selalu gunting rambut di tempat langganan sekaligus kawannya di Lhokseumawe. “Pernah ditanyai sama stylish di Amrik, gunting di mana? Guntingan berkarakter,” kata kawan saya itu. “Kalau stylish di Amrik saja sudah memuji, masak saya mau gunting di tempat lain,” tambahnya beralasan.
Saya yakin, soal kenyamanan itulah yang membuat orang enggan mengganti tukang gunting meski barangkali lebih bagus. Saya juga jarang pindah-pindah tempat menggunting rambut karena menganggap tukang gunting langganan sudah sangat memahami karakter rambut saya, bentuk kepala, dan jenis rambut. Dia bisa membuat model rambut sederhana, menyisir hanya denganjari sehingga sangat praktis, dan menyembunyikan “kekurangan” saya pada bentuk kepala yang besar di bagian belakang.
Namun, terkadang saya ingin mencoba di beberapa tempat meski eksperimen seperti ini menanggung risiko yang besar ketika penata rambut menggunting dengan model yang tidak cocok dengan saya; secara fisik dan karakter. Saya menganggap, model rambut juga harus sesuai dengan profesi dan karakter kita. Saya yang suka praktis, tentu tidak cocok dengan model rapi yang harus menyisir dan membaluri minyak rambut dengan licin. Kata anak muda, itu bukan gua banget…
Beberapa waktu lalu, ketika menemani kawan ke Mall of Indonesia (MoI) di Jakarta, saya mencoba guntingan di Ixobox. Ketika baru berkunjung, saya menduga usaha waralaba tersebut berasal dari Korea karena melihat model-model rambut yang terpampang di dinding.
Namun, menurut seorang penata rambut bernama Heri yang menggunting rambut saya, usaha Ixobox itu usaha murni milik warga negara Indonesia meski ia mengakui terinspirasi dengan model usaha dan model rambut di Korea. Siang itu ada dua penata rambut di Ixobox MoI dan mereka memang selalu berdua meski pengunjung ramai. Mereka tidak butuh penyapu lantai, tidak butuh kasir, juga tidak butuh costumer service. Tentunya lebih menghemat biaya operasional.
Pengunjung dipersilakan memilih model yang sesuai di dinding. Tapi sebelumnya, harus membayar dengan Rp50.000 dengan cara memasukkan uang ke dalam boks. Seharusnya ini lebih praktis karena kita mendapatkan antrean sendiri. Namun, terkadang uang sulit masuk, justru karena uang itu rapi. “Kalau agak kusut, justru lebih mudah masuk. Tapi uang yang bernoda juga sulit masuk,” ungkap Heri yang saya mintai tolong memasukkan uang ke dalam boks karena selalu ditolak. Heri melakukannya berulang kali sampai berhasil. “Biasanya tidak sesulit ini,” keluhnya.
Proses gunting juga berlangsung lebih cepat tanpa mengurangi kerapian. Yang membedakan dengan salon, rambut tidak dicuci sebelum dan sesudah digunting. Dan tidak ada tempat cuci rambut di sana. Setelah selesai, mereka menggunakan vakum untuk menyedot potongan rambut. Ceceran potongan rambut juga tidak disapu dengan sapu biasa, melainkan disedot dengan vakum sehingga bersih total.
Tidak butuh waktu lama di Ixobox yang bernuansa serba putih termasuk seragam penata rambut, kecuali di akhir pekan yang sering ramai. “Kalau di sini (MoI), harganya masih Rp50.000 karena belum seramai di tempat lain,” ungkap Heri. Di beberapa mal lain yang ramai di Jakarta, biayanya ada yang Rp70.000.
Menurut Heri, Ixobox memang baru ada di seputaran Jabodetabek dengan jumlah terbatas. Di lemari pakaian yang digunakan untuk pelanggan, saya melihat stiker yang mengajar bekerja sama untuk membangun usaha Ixobox, lengkap dengan nomor kontak yang bisa dihubungi. Jadi, tampaknya Ixobox ingin melebarkan sayap ke beberapa daerah.
Anda berminat?
One Day at Ixobox
Cutting hair is the same as going to a doctor. If we already feel fit with one hair stylist, we will be difficult to move to another heart. Still remember the Russian football star, Andrew Arshavin (somehow related to @hattaarshavin), when he played at Arsenal?
When Arshavin arrived at Gunner's headquarters in London, Arshavin was uncomfortable with a hairdresser in London. Finally, he financed his hairdresser flight from Moscow to London, financed the accommodation and provided a decent salary. The hairdresser-though benefited by the attitude-can not understand why anyone like Arshavin wants to spend so much money just for haircutting.
That's the lifestyle of someone who wants to spend a lot of money for a convenience.
I often discuss with a hairdresser in Lhokseumawe about the behavior. Including how a friend who has long lived in the United States, every home to Indonesia always hair scissors at the place of customers and friends at Lhokseumawe. "Ever been asked as stylish in Amrik (US), scissors where? Characters clippings, "my friend said. "If stylish in the United States have been praised, cook I want to scissors elsewhere," he added reasoned.
I'm sure it's about comfort that makes people reluctant to change scissors though perhaps better. I also rarely move to where to cut hair because I consider the scissors subscribers have very understand the character of my hair, head shape, and hair type. He can make a simple hairstyle, combing only with the fingers so that it is very practical, and hide my "flaws" on the large head shape on the back.
However, sometimes I want to try in some places even though such experiments bear a great risk when hairdressers cut with a model that does not suit me; Physically and character. I assume, hairstyle must also fit our profession and character. I like the practical, certainly does not fit with a neat model that must comb and smooth the hair oil with slippery. Said the young man, it's not really my style...
Some time ago, while accompanying my friends to the Mall of Indonesia (MoI) in Jakarta, I tried a cutout on Ixobox. When I just visited, I suspect the franchise business is from Korea for seeing hair models on the wall.
However, according to a hair stylist named Heri who cut my hair, Ixobox's business is a purely Indonesian owned business even though she admits inspired by the model of business and hairstyle in Korea. That afternoon there are two hairdressers in Ixobox MoI and they are always both together despite the crowded visitors. They do not need floor sweepers, do not need a cashier, nor do they need customer service. Certainly more operational cost savings.
Visitors are welcome to choose the appropriate model on the wall. But before, have to pay with Rp50.000 by way of putting money into the box. This should be more practical because we get the queue itself. However, sometimes money is difficult to enter, precisely because the money is neat. "If somewhat tangled, it is easier to enter. But the stained money is also difficult to enter, "said Heri who I asked to please put money into the box because it is always rejected. Heri did it repeatedly until it worked. "Usually not as difficult as this," he complained.
The process of scissors also takes place more quickly without reducing neatness. What distinguishes the salon, the hair is not washed before and after cutting. And there is no washing place there. Once done, they use a vacuum to suck the haircut. Cut the haircut is also not swept with a regular broom, but sucked with a vacuum so that the total net.
It did not take long in the all-white Ixobox including a hairdresser uniform, except on a busy weekend. "If here (MoI), the price is still Rp50.000 because not crowded elsewhere," said Heri. In some of the other bustling malls in Jakarta, it costs Rp70,000 (around $5.3).
According to Heri, Ixobox is new in around Jabodetabek with limited number. In the wardrobe used for customers, I see stickers that teach work together to build Ixobox businesses, complete with contact numbers. So, it seems that Ixobox wants to spread its wings to some areas.
You are interested?
"Hidup yang berkualitas tidak selalu harus mahal."
Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan jejak yang indah di postingan saya.
Saleum:
@ayijufridar
Wuih...canggih nih, benar Mas kalau potong rambut mesti cocok2 an. Siip :)
Di tempat @happyphoenix sudah ada belum Ixobox?
Belum...atau saya yang belum tahu...he..he..! :)
Kabarnya di Jabodetabek sudah banyak @happyphoenix
postingan nya oke bisa ini pangkas rambut disitu
Sambil menyelam gunting rambut @deesy
Kapan kita buka seperti
Kalau di Matang, gimana Pak @dsatria yang mulai?
Gak cocok blm karena masih kampungpolitan.
Di Jakarta, ada tempat pangkas namanya Bawah Pohon, Pak @dsatria. Pengunjungnya ramai sekali. Meski namanya Bawah Pohon, lokasinya ada di mal, bukan di bawah pohon, heheehehe.
Saya mulai mengenal Andrew Arshavin saat pergelaran EURO 2008, saat Rusia mengalahkan Belanda 3-1. Sejak saat itu mulai menyukai dia dan menggunakan nama Arshavin.
Terima kasih atas postingannya :)
Oooh, kirain ada hubungannya @hattaarshavin. Hehehehehe....
I am the Great Cornholio! I'm a gringo!
That's right @cornholio
Kenyamanan dan kepuasan yang diperlukan.
Kalau keduanya tidak ada, pasti akan beralih ketempat lain bg @ayijufridar.
Dalam membangun usaha, dua hal itu juga yang perlu dipertimbangkan @amryksr.
Iya bg @ayijufridar
Tulisannya keren pak @ayijufridar
Terima kasih @wahyusetiawan
Keren bang @ayijufridar..pengen pangkas rambut kok gitu..salam komunitas steemit indonesia bang..join bang
Begitulah cara kreatif berbisnis @dianchlasher. Saleum.
Di Lhokseumawe aceh uda ada ya? @ayijufridar
Belum ada. Kalau tertarik, @alhabbal bisa membangun usaha itu sebab itu waralaba