Kopi, Budaya atau Gengsi! Kopi ku Buat Sendiri.
Coffee, Culture or Prestige!
Saya sering melihat banyak orang posting sedang minum kopi di warung kopi atau café mewah , pilihan menunya beragam begitu juga sajian kopinya juga beragam pilihan, mulai dari kopi hitam, kopi tubruk, kopi sareng, kopi ala barat seperti latte, expresso, ada juga yang menampilkan nama orisinilnya, seperti Arabica, Gayo, Toraja, Lampung, Bali, NTB, Aceh, Tapanuli, dan Ntah berantah Lainnya.
I often see a lot of people post being drinking coffee in coffee shops or fancy cafes, the choice of menu is also good coffee also offer a variety of choices, ranging from black coffee, tubruk coffee, sareng coffee, western-style coffee such as latte, expresso, there is also a name originally, such as Arabica, Gayo, Toraja, Lampung, Bali, NTB, Aceh, Tapanuli and Etc.
Bagi saya minum kopi itu bukan sekedar gaya gaya-an, bagi saya kopi itu cita rasa dan kesederhanaan, saya menikmati bagaimana dari proses memetik kopi dikebun, menjemur dan memisahkan kulit ari dan biji kopi atau beans, menjemur, mensangrai, glinder, memasak, menyaring lalu menuangkan dalam gelas dengan tambahan gula atau tidak, menurut saya itu sederhana walau tidak bagi kebanyakan orang.
For me coffee is not just style styles, for me coffee taste and simplicity, I enjoy how from the process of picking coffee gardening, drying and separating the epidermis and coffee beans or beans, sunning, roasting, glinder, cooking-boiling water, filtering then pour in a glass with added sugar or not, I think it is simple though not for most people.
Saya beruntung karena kakek nenek saya di Banda Baro dahulu pernah menanam kopi asli daerah setempat, pohonnya besar biji kopinya kecil kecil, bila berhasil pembuahan dari bunga ke buah maka satu batang bias menghasilkan 10-15 Kilogram dalam sekali Panen.
I was so lucky that my grandparents in Banda Baro had once planted the local coffee, the big tree was small coffee beans inside, when the success of fertilization from flower to fruit then one stem can produce 10-15 Kilograms in one harvest.
Pohon kopi ini sudah lama tidak berbuah, namun sejak kepindahan saya ke kampong buahnya lengket dan tetap dipohon hingga merah, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk memanen dan meracik kopi sesuai keinginan saya sendiri, mo kental, encer tubruk sareng, kopi susu, dll. Nikmat.
This coffee tree has long been fruitless, but since my move back to my village sticky and still pleaded to red, I do not waste this opportunity to harvest them and mix the coffee according to my own desires, mo thick, dilrent tubruk sareng, coffee milk, etc. . Favors
Mari menikmati kopi buatan sendiri dengan nikmat yang tiada tara, mengalahkan kopi buatan barista berpengalaman dimanapun diseluruh dunia, hehaaaa.
Ngopi Tidak Seharusnya Mahal...
Yang penting ngopi
Luar biasa bengouhnyo kompak postingan t tentang kopi
Thanks hr1 to visited my blog and voted mu posting.
Sangat menginspirasi
Ehemm
Bertuss PAk @dedycado
Yang mahal itu GAYA, bukan kopinya.
He he... Gaya saya sesederhana kopi itu berasal... Hah
Sangat mantap bang, saleum kupi cor uro 😄
Thanks supportnya...
Oman that brat bereh...
Sangkira na ku meu 2 hektar
Nyan neusedukah keu lon saboh hektar
Nyan neusedukah keu lon saboh hektar
Jep kupi bek pungo... 😂 pat nyan bang ngat tajk bantu panen.. 😂👌
Bak dua bak sapat lam kuburan