Suasana subuh yang dingin di sebuah pondok pesantren, walau terasa dingin tapi ketika aku mulai melantunkan lafaz-lafaz al-quran, rasa dingin pun menjadi sangat hangat dan sejuk di hati. Seperti biasa, pagi ini aku mempersiapkan diri untuk menyetorkan apa yang telah aku hafalkan.
“Mutia… sekarang giliranmu” kata ummah, setelah setoran selesai karna tidak ada ngaji kitab aku pun pergi ke toko untuk membeli sebuah kitab bersama kawanku Ulfia.
“Mutia..... cantik banget kamu pake kerudung putih itu” kata temenku Ulfia, “bisa aja kamu Fia, oh ya kitakan mau beli kitab bukan kerudung"
"Ouh iya ya, Mut..... pengemarmu lewat tuh”. “siapa Fia?” sahutku, “itu anak yang selalu kepo denganmu..” “ouh dia”.
Setiap dia lewat aku hanya tersenyum padanya dan dia pun melakukan hal yang sama, aku belum tahu pasti namanya, kata Ulfia namanya sih Mubaraq, aku memang selalu cuek dengan laki-laki, makanya aku gak peduli soal namanya.
Adzan dzuhur pun berkumandang, kami lansung pulang ke pesantren untuk sholat. Ketika aku berwaudhu, tiba-tiba Mubaraq datang ke lokasi santriati, dia mengajakku kenalan. “Assalamu'alaikum, boleh tau namanya ?”. aku tersenyum dan menjawab cuek “Wa'alaikum salam, maaf aku nak sholat !” dia pun membiarkanku untuk sholat. Selesai sholat dia mengahampiriku lagi. “maaf, tadi antum belum menjawab pertanyaanku”. aku agak kesal, dan akhirnya aku beritahu namaku “kamu lagi.. iya iya, aku Mutia, la kamu ?”. Dia tersenyum padaku “Ouh Mutia ! Nama yang cantik kayak orangnya.. aku Mubaraq, boleh minta nomor hpnya ?”. Dalam hatiku sangat kesal dan kebiasaan cowok suka ngerayu “cari saja sendiri” setelah mengatakan itu, aku langsung pergi dan masuk ke asrama.
Keesokan harinya Serperti biasa setelah setoran, aku lansung naik ngaji, pagi itu Mubaraq datang lagi kelokasi santriati, aku pun terkaget dan bertanya. “kenapa kamu di sini ?”. “aku ingin menunjukkan ini padamu”. Dia memperlihatkan sebuah tulisan yang berisi data diriku yang sangat lengkap, aku sangat kaget. “dari mana kamu dapat data diriku?”. “itu rahasia, intinya aku mendapatkannya dengan perjuangan. Hehehe”.
Setelah itu akupun mulai penasaran tentang'a. Setiap hari dia selalu inbox aku di facebook, pertama kali aku membalas inboxnya dengan rasa malas dan cuek, tapi hari demi hari aku mulai terbiasa dan aku merasa nyaman saat berbicara dengannya di inbox.
Hari berikutnya dia memberitahuku lewat inbox, kalau dia sedang curhat dengan temanya yang satu pondok di kantin. Seperti ini inboxnya “eh Mut aku sedang curhat dengan temenku tentang kamu, Hehehe”, “anak cowok kok curhat-curhatan? curhat tentang aku? Soal apa?”, “emangnya gak boleh ya? Wkwkwk, yeee kepo!”, “ya boleh sih.. hehehe. biarin kepo, soal apa sih?”, tiba-tiba dia off sebentar lalu on lagi dan membalas inboxku “ok aku boleh jujur ?”, aku mulai bertanya-tanya “jujur soal apa ? Boleh kok!”, "emmm AKU SUKA KAMU, walaupun hasilnya negatif setidaknya aku udah nyampein perasaanku”. Aku terkaget, karena aku tidak memiliki perasaan padanya, “heehehe aku udah tau dari duluk kok, kita temenan aja ya”, “aku tahu kamu seoarang hafidzah, makanya tidak mungkin kamu menerima aku, bisa temenan sama kamu aja udah buat aku seneng banget ”.
Dia cowok yang menurutku berani, padahal banyak cowok yang aku tahu kalau mereka suka aku, tapi tidak satupun dari mereka yang berani mengungkapkan perasaannya padaku.
Pada waktu subuh kata-kata Mubaraq masih ada di pikiranku, sehingga konsentrasiku pada hafalan terganggu. Aku berpikir, apa karena kata-katanya, aku suka padanya? Hmmm aku mulai nyaman untuk menyampaikan kerisauanku padanya. “Mutia… Mutia… ayo maju..!!” tanpa sadar aku melamun, karena pangilan ummah aku pun tersadar “iya ummah”, “ada apa Mut ? Kok gak seperti biasa ? Apa kamu kelelahan atau banyak pikiran, sehingga hafalanmu terganggu !”, “maaf mah, aku sedang banyak pikiran”, ummah tersenyum seakan tahu apa yang aku pikirkan “ingat pesanku ya, jangan sampai kamu mempunyai niat mondok selain mencari ilmu dan memperbanyak persaudaraan atau teman, karena jika kamu memiliki niat lain, itu akan mengganggu pikiranmu dan juga hafalanmu, sehingga akan mengacaukan semuanya”, “iya mah” setelah mendengar ucapan ummah, aku merenung “mungkin gara-gara aku memikirkan dia makanya hafalanku terganggu, atau memang mungkin aku sedang banyak pikiran, entahlah.. semoga aku selalu terjaga dari fitnah syetan”.
Tut… bunyi hp ku ada inbox masuk “Mut, aku mau mengajakmu surat-suratan, yaa… mungkin kayak anak kecil tapi, karena sangat sulit bahkan mustahil untuk berbicara langsung denganmu makanya aku mengajakmu surat-suratanmau gak?”. “di inbox kan juga bisa kan?”, “kalo inbox itu setelah off pasti lupa, tapi kalo surat itu kan bisa mengenang kita ketika kita berpisah atau saat kita sudah tua, kalo surat itu masih ada ya, hehehe”, “terserah kamu lah”.Mulai saat itu kami saling mengirim surat satu sama lain, kalo saya pikir kayak anak kecil juga ya. hmm semakin aku dekat dengannya, hafalanku semakin kacau. Tapi karena dukungan dan motivasi darinya aku terus berusaha dan berusaha untuk menguatkan hafalanku.
Pada akhirnya aku pun terbiasa dengan semua ini, mulai saat ini aku sudah agak terbuka pada laki-laki berkat Mubaraq. Walaupun kami tidak pacaran tapi kami sangat dekat seperti seoarang pacar.
Aku mulai memancingnya untuk menjadi orang yang aku inginkan di hidupku dalam sebuah surat “jujur ya, aku suka banget sama cowok yang ahli kitab, ya karena aku seoarang hafidhah jadi wajar ya kalo aku ingin memiliki seoarang laki-laki yang pintar soal kitab, hehehe mungkin itu bisa memotivasimu hehehe” ternyata surat itu benar-benar memotivasinya, dia sangat semangat untuk mempelajari kitab-kitab. Tetapi setelah dia sangat pintar karena mendalami kitab, dia memutuskan untuk berpisah denganku dalam sebuah surat dia berkata “Mut, maaf dan terima kasih, kamu adalah penyemangatku, berkatmu aku bisa menjadi seperti ini. Tapi ingat satu hal aku masih suka kamu walau aku memilih untuk menjauhimu, karena aku berpikir kalo aku hanya menjadi beban untuk hafalanmu. Karena aku tahu seoarang hafidhah ujiannya lebih berat dari orang biasa, jadi aku tidak mau menambah beban untukmu” mungkin dia mempunyai alasan lain atau semacamnya… hmm memang membingungkan tapi itulah kenyataanya, padahal aku sudah terbiasa dengan semua ini dan sudah memiliki perasaan padanya. Tapi setelah ku pikir-pikir ada baiknya juga.
Hari-hari dipesantren dia tak ada khabar lagi, ternyata dia sudah berangkat ke Yaman
Aku salalu berpikiran diri'a, n mulai ada rasa rindu, aku jatuh Cinta kepadanya, dalam hati ku berkata "mungkinkah dia kembali kepadaku lagi"
Ya mungkin inilah cara Allah menjagaku, dan menyimpan y terbaik untukku.....
😔😔😔😔😔
Salam penulis
Santri DNI.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://steemit.com/motivasi/@muhajirr/hafidzah-katuh-cinta-20171026t923969z
Santri jatuh cinta. Menunggu cerita Santri
Santri juga manusia....
Telah kami upvote yah..
Ka necok atra long, nyan bayee