Saat pertama kali aku melihatnya, aku rasa ada yang berbeda. Saat pertama kali aku menatapnya, aku rasa ada yang istimewa. Saat pertama kali aku menyapanya, hati ini terasa mulai ada rasa. Inilah yang namanya cinta pandangan pertama. Katanya, cinta pandangan pertama adalah cinta yang sempurna.
Kala itu, hujan bergerimis. Aku sendiri memandangi langit-langit malam. Tidak biasanya aku merasakan perasaan rindu seperti ini. Rindu yang kala itu makin lama makin menguat dibenakku. Entah apa yang aku pikirkan dan entah apa yang aku takutkan. Sejenak terbayang lagi wajahnya saat aku sedang duduk berdua dengan sahabatku di salah satu warkop langgananku.
Wajah yang begitu mempesona, anggun nian parasnya membuat aku dalam sekejap jatuh hati padanya.

Saat itu, seperti hari biasanya, aku menghabiskan waktu bersama sahabatku. Berbincang sekenanya dengan sahabatku, mulai dari satu masalah ke masalah yang lainnya. Tidak ada pembicaraan yang serius kala itu yang kami bicarakan.
Tiba-tiba dari kejauhan, aku melihat sosok wanita yang aku anggap sangat mempesona. Wanita yang baru aku kenal beberapa hari sebelumnya. Wanita yang kala itu bisa membuat aku penasaran karenanya. Kepribadian yang sesuai dengan hijabnya. Inilah yang dinamakan bidadari dunia, pikirku.
Selesai memarkirkan sepeda motornya, gadis itu tampak buru-buru masuk kedalam warkop tempat kami berada. Tampak dia sedang mengejar sesuatu yang sangat penting. Saat itulah aku sempat berpikir, akankah dia datang menyapaku ?.
Ah, mana mungkin dia datang untuk menyapaku, dia pun belum terlalu mengenalku, gumanku. Tapi hati ini berharap lain, ingin rasanya agar dia datang untuk menyapaku. Begitulah saat itu, antara hati dan pikiran tidak lagi dalam satu tujuan.

Inilah yang dinamakan takdir, saat itu dari kejauhan gadis itu tersenyum melihat aku dan sahabatku, senyumannya saat itu entah untuk sahabatku ataupun untukku, aku tidak peduli. Melihatnya saja sudah membuat aku bahagia. Tanpa terasa dia sudah ada didepanku, menatapku dengan senyuman. Ingin kutegur dia saat itu, tapi apalah daya, tiba-tiba aku kehilangan kata-kataku. Tapi lebih daripada yang di harapkan, saat itu gadis itu yang menyapaku.
"Udah lama disini ?" tanyanya
"Enggak, baru 10 menit kami disini", jawabku spontan.
Aku mencoba menyuruhnya untuk duduk bersama kami, namun saat itu dia buru-buru harus mengikuti rapat bersama orang lain. Setelah itu, dia berpamitan meninggalkan kami untuk mengikuti rapat.
Saat itu, sahabatku seakan tau apa yang ada dalam pikiranku. Dia berbisik padaku, itulah wanita yang pantas untuk diperjuangkan. Aku hanya membalas bisikan sahabatku dengan senyuman penuh arti. Dalam benakku kembali datang perasaan yang kian tak jelas. Ingin rasanya aku memperjuangkan wanita itu untuk dekat denganku, dan di sisi lain aku juga memikirkan kelayakanku untuk memilikinya. Saat itu aku merasa tidak pantas kalau harus bersanding dengannya. Begitulah kembali, antara hati dan pikiran kembali tidak dalam satu tujuan.
Aku menunggu, iya saat itu aku ingin kembali menunggunya. Besar harapan dihati saat itu dia mau duduk bersama kami menghabiskan waktunya. Tetapi takdir berkata lain, kekecewaan dihati kembali aku rasakan. Saat itu selesai mengikuti rapat dia harus buru-buru pulang dan dia hanya sempat melambaikan tangannya saja padaku yang masih setia menunggunya. Akhirnya aku juga mengerti, saat itu waktu sudah tidak memungkinkan bagi seorang gadis untuk berkeliaran diluar rumah, dan aku berusaha memahami itu.
Selesai pertemuan kami yang singkat itu, maka disinilah aku sekarang, mencoba membayangkan kembali wajahnya, mengingat kembali suaranya, dan mencoba untuk mengingat kembali setiap untaian kata yang dikeluarkannya.
Tidak terasa, hujan diluar pun semakin deras. Jam di dinding mencoba memberitahuku inilah saatnya waktu untuk tidur. Di tengah kerinduan yang begitu mendalam, aku mencoba memenjamkan mata, besar harapan agar aku kembali dipertemukan dengannya.
Bersambung.........