Danau itu sudah terlihat didepan mataku. Terbentang mengisi sebagian besar lembah itu. Airnya yang tenang bagaikan kaca dilihat dari ketinggian. Aku terpaku sejenak memandang keindahan dibawah sana. Kamu mengambil beberapa foto. “ Wah, sepertinya airnya sedang naik. Biasanya pondok itu cukup jauh dari tepian danau” ujarmu sambil menunjuk sebuah pondok di kejauhan. Kamu menggenggam tanganku dan mengajakku melanjutkan perjalanan. kita turun dari bukit itu, lalu melintasi tepian danau dan naik lagi untuk memutari bukit didepannya. Hampir setengah jam kita berjalan, sebelum akhirnya jalan setapak itu menurun, dan sampailah kita di pondokan itu. Beberapa temanmu sudah mulai memasak makan siang dan yang lain sedang bersantai di tepi danau.
Kamu mengajakku ke tepi danau setelah meletakkan tas kita bersama dengan tas yg lain. “Indah sekali danau ini. Maaf aku sering berhenti waktu jalan tadi.” Aku merasa tidak enak padanya karena kita selalu tertinggal di belakang.
“ Kamu baru beberapa kali naik gunung, aku tahu kondisi fisik kamu. Jangan meminta maaf.” Dia tersenyum memandangku. Aku hanya merasa tidak enak pada teman-temannya. Dua wanita lain yang ada dalam 12 orang ini membawa tas sebesar milikmu, tapi mereka bisa berjalan lebih cepat dariku. Dalam hati aku berjanji aku akan rajin berolahraga, supaya bisa mengimbangimu. Kita memakan makan siang kita di tepi danau. Dan aku mencuci peralatan makan yang kita pakai dengan air danau. Airnya dingin sekali, tapi tidak mecegahku untuk mencuci muka.
Dalam hati aku bersyukur pada Tuhan, diberi kesempatan untuk menyaksikan pemandangan seindah ini. Danau ini benar-benar membuatku jatuh cinta, rasanya sayang sekali sebentar lagi harus meninggalkan tempat ini dan melanjutkan perjalan kami ke Mahameru. Aku berharap bisa menghabiskan seharian penuh di tempat ini.
“ yuk siap-siap, sebentar lagi kita jalan. Supaya sebelum malam datang kita sudah sampai di Kali Mati.” Aku mengangguk, dan berdiri. berjalan mengikutimu mengambil tas dan memakai sepatu kita. Sebelum kita mulai berjalan kamu sempat bertanya pada seorang porter yang sedang memasak mengenai sumber air di dekat Kali Mati. Setelah yakin kamu mengerti dimana sumber air tersebut, seluruh rombongan mulai berjalan.
Saat sampai di sebuah tanjakan yang harus dilalui seorang temanmu berbicara. “Tanjakan cinta, ayo siapa yang sedang jatuh cinta jangan lupa memikirkan pujaan hatinya dan jangan menoleh kebawah sebelum sampai diatas.” Kamu hanya tertawa bersama yang lain mendengar hal tersebut. Kemudian meraih tanganku dan menggenggamnya selama melalui tanjakanini. Aku tidak memikirkan siapapun saat berjalan, tetapi aku juga tidak menoleh ke belakang sebelum menginjakkan kaki di tanah datar. Setelah sampai di atas kamu memintaku untuk berbalik dan memandang Ranu Kumbolo. Keindahannya seakan menahanku untuk cepat-cepat mengalihkan pandangan dan pergi.
“Mungkin ini sebabnya muncul mitos kita tidak boleh menoleh saat melewati tanjakan tadi Ranu Kumbolo seakan memanggil kita untuk kembali.” Ujarmu disampingku. Tanganmu tidak melepaskan tanganku, dan kita berdiri berdampingan mengatur nafas dan memandangi Ranu Kumbolo untuk terakhir kalinya. Sebelum kita turun kembali besok. Aku jatuh cinta pada danau ini, dan aku harus kembali lagi kesini untuk menghabiskan sepanjang hari di Ranu Kumbolo. Kuharap saat aku kembali kesini, kamu ada bersamaku. Keindahannya semakin sempurna dengan dirimu disini menggenggam tanganku.
Selamat @dhoni98! Sudah ngumpul di Steemit. Senang melihat anda bersama kami.. sudah upvote yah.. 😉